Sentimen Global Seret IHSG

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles di akhir pekan sebesar 137,79 poin atau 2,06% ke level 6.561,55. Sebanyak 476 saham merah, 99 saham hijau dan 98 saham stagnan pada perdagangan Jumat (26/11).

Bisnis Indonesia Resources Center

26 Nov 2021 - 18.20
A-
A+
Sentimen Global Seret IHSG

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles di akhir pekan sebesar 137,79 poin atau 2,06% ke level 6.561,55. Sebanyak 476 saham merah, 99 saham hijau dan 98 saham stagnan pada perdagangan Jumat (26/11).

Indeks komposit bergerak di level terendah 6.544,9 hingga tertinggi pada posisi 6.691,71. Sebanyak 28,41 miliar unit saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp16,47 triliun.

Sektor perindustrian dan barang baku menjadi motor penggerak IHSG ke teritori negatif. Kedua sektor tersebut terkoreksi paling dalam masing-masing sebesar 3,61% dan 2,82%.

Investor asing membukukan aksi jual bersih di seluruh pasar dengan net sell mencapai Rp185,16 miliar.

Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi yang paling banyak dilego investor asing dengan catatan net sell senilai Rp322,2 miliar dan membuat harga sahamnya ambrol 2,02% ke level 7.275. Menyusul di belakangnya saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) yang dijual Rp109,95 miliar dan sahamnya anjlok 6,45%.

Selain itu, dua saham bank BUMN juga menjadi sasaran jual investor asing yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp108,53 miliar dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebesar Rp78,13 miliar.

Terkoreksinya IHSG ini sejalan dengan bursa saham Asia yang juga tersungkur. Indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong merosot masing-masing lebih dari 2%.

Kondisi tersebut terjadi akibat adanya lonjakan kasus Covid-19 di Eropa serta munculnya varian baru yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia.

Varian baru virus corona B.1.1.529 ditemukan di Afrika Selatan, yang diduga mengandung beberapa mutasi yang terkait dengan peningkatan resistensi antibodi. Ilmuwan meyakini hal itu dapat mengurangi efektivitas vaksin.

Selain itu, dolar AS juga gagah perkasa karena The Fed (bank sentral AS) kemungkinan akan mempercepat normalisasi kebijakan moneternya. Beberapa pejabat elit The Fed menyebutkan akan mempercepat tapering dan menaikkan suku bunga lebih awal guna meredam inflasi yang tinggi.

Indeks Bisnis-27 

Indeks Bisnis-27 menutup perdagangan di zona merah, sejalan dengan terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Indeks Bisnis-27 menutup perdagangan dengan tersungkur 2,41% atau 12,53 poin terperangkap di level 508,58. Sepanjang perdagangan indeks bergerak di rentang 507,49 hingga tertinggi di level 521,11.

Hampir seluruh anggota konstituen yakni sebanyak 24 saham terpantau menutup perdagangan dengan berada di zona merah atau melemah. Hanya terdapat dua saham yang terapresiasi dan satu saham stagnan.

Saham yang berhasil menguat di tengah pelemahan adalah PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) yang naik 3,56% atau 80 poin ke posisi 2.330 dan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang naik 0,25% atau 10 poin ke level 4.010.

Sementara itu, satu-satunya saham yang stagnan adalah saham emiten teknologi yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) di posisi 1.860.

Lalu dari 24 saham yang terkoreksi, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) memimpin anjloknya indeks dengan merosot paling dalam sebesar 5,58% atau 60 poin ke level 1.015.

Selanjutnya saham PT Astra International Tbk. (ASII) terpantau melemah 5,22% atau 325 poin ke posisi 5.900 dan saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) yang juga turun 5,16% menuju level 1.655.

Keuangan

Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11) indeks sektor keuangan tergelincir 2,23% ke level 1.522,38.

Bank-bank berkapitalisasi besar kompak jatuh. PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO) merosot 4,63% ke level Rp2.060, diikuti PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) melorot 4,18% ke level Rp6.875 dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) minus 3,04% ke Rp7.100.

Saham AGRO melemah akibat dilepas asing sebesar Rp6,17 miliar, lalu BBNI dilego mencapai Rp78,13 miliar dan BMRI net sell Rp81,02 di pasar regular. Minimnya sentimen positif di pasar global membuat IHSG terkoreksi . Hal ini disebabkan pasar saham AS tidak dibuka pada perdagangan Kamis (25/11) karena sedang libur memperingati hari Thanksgiving dan memengaruhi inflow di pasar saham.

Sentimen negatif juga datang dari varian baru Covid-19 yang kembali muncul dengan banyak mutasi lonjakan, B.1.1.529. Varian Covid-19 ini disebut telah terdeteksi di Afrika Selatan dan lebih menular.

Properti dan Real Estat

Indeks sektor properti dan real estat mengalami pelemahan 2,52% ke level 816,14 pada Jumat (26/11).

Melemahnya saham ini diberati oleh PT Bumi Citra Permai Tbk. (BCIP) tergerus 6,78% ke level Rp110, disusul PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) anjlok 4,61% ke level Rp1.035 dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) turun 3,85% ke level Rp500. 

Salah satu kendala sulitnya bangkit sektor properti dan real estat yaitu masih tingginya suku bunga kredit pemilikan rumah. Real Estat Indonesia menilai bunga KPR yang rendah dapat memudahkan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas pembiayaan perbankan untuk membeli hunian di tengah pandemi Covid-19.

Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dikeluarkan Bank Indonesia pada kuartal III/2021, penyaluran KPR tumbuh 9,39% (yoy). Angka itu lebih besar dari pertumbuhan pada kuartal II/2021 yang sebesar 7,24% (yoy).

Teknologi

Pergerakan saham teknologi kembali tertahan di zona merah dengan penurunan 1,23% ke level 9.023,15.

PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) kembali memimpin pelemahan atau anjlok 6,45% ke level Rp580, selanjutnya PT Hensel Davest Indonesia Tbk. (HDIT) ambles 3,51% ke level Rp330 dan PT Kresna Graha Investama Tbk. (KREN) drop 3,09% ke level Rp94.

Harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kembali melemah hingga auto reject bawah (ARB) pada perdagangan akhir pekan ini. Penurunan dalam tersebut sejalan dengan anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG).

Investor asing kembali lanjutkan aksi jual (net sell) saham BUKA hingga Rp109,95 miliar di pasar regular. Penurunan harga tersebut membuat kapitalisasi pasar saham BUKA kembali longsor ke level Rp 44,83 triliun.

Indeks saham teknologi diprediksi akan mengalami pertumbuhan pada tahun 2022 seiring dengan antrenya beberapa perusahaan unicorn yang akan melantai di bursa seperti GoTo, Traveloka dan Tiket.com.

Infrastruktur

Kinerja indeks sektor infrastruktur rontok 1,50% ke level 1,55% pada Jumat (26/11).

Saham-saham konstruksi jatuh berjamaah dengan dipimpin oleh PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk. (DGIK) menyusut 6,71% ke level Rp153. Lalu PT PP Presisi Tbk. (PPRE) menurun 5,29% ke level Rp197 dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) tergelincir 5,19% ke level Rp1.095.

Pada Kamis (25/11) Mahkamah Konstitusi melakukan putusan atas gugatan uji materi terhadap UU No. 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. MK menilai UU tersebut inkonstitusional bersyarat dan akan membawa konsekuensi hukum terhadap keberlangsungan Lembaga Pengelola Investasi (LPI).

Hal ini lantaran lembaga LPI murni berdiri atas perintah dari Undang-Undang No 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja dan akan memberikan efek domino pada saham-saham sektor infrastruktur terutama perusahaan BUMN Konstruksi yang kerap diguyur dana oleh pemerintah.

Putusan MK akan menyebabkan kontrak-kontrak yang dibuat oleh LPI atau INA akan dipertanyakan keabsahannya. Selain itu, LPI menjadi tidak punya dasar hukum yang kuat untuk mencari mitra guna diajak berinvestasi di proyek proyek strategis pemerintah Indonesia.

Transportasi dan Logistik

Pada Jumat (26/11) indeks sektor transportasi dan logistik ditutup turun tipis 0,85% ke level 1.427,48.

Penurunan ini diberati oleh saham-saham pelayaran yaitu PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) ambles 5,43% ke level Rp870, diikuti PT Temas Tbk. (TMAS) jatuh 4,11% ke level Rp700 dan PT Pelayaran nelly Dwi Putri Tbk. (NELY) drop 3,94% ke level Rp244.

Sektor pelayaran turun akibat sentiment negatif aksi profit taking. Emiten SMDR terpantau dilepas hingga Rp2,67 miliar. Meskipun begitu, prospek kinerja emiten pelayaran akan lanjut moncer pada kuartal IV/2021.

Hingga akhir Oktober 2021, SMDR mencatatkan hasil yang menggembirakan. Saat ini, SMDR melayani pelayaran di berbagai sektor mulai dari peti kemas (container), curah, tanker hingga liquefied natural gas (LNG). Sektor yang paling dominan dilayani SMDR adalah peti kemas internasional.

Sementara itu, harga BBM yang sedang naik membuat laba TMAS dari usaha antar barang menjadi tipis meskipun aktivitas pengantaran meningkat. Temas kini mengandalkan penjualan kapal untuk meningkatkan kinerja.

Energi

Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11), indeks sektor energi ditutup di zona merah, turun ke level  1.033,94 atau melemah 2,60%.

Pelemahan sektoral dipimpin oleh PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) yang anjlok 6,92% ke level Rp1.345, lalu saham PT Capitol Nusantara Indonesia Tbk. (CANI) ambles 6,67% ke level Rp182 dan saham PT Mitra Investindo Tbk (MITI) drop 6,30% ke level Rp238.

Kembali anjloknya harga komoditas minyak dunia membuat sektor ini ikut terkerek ke zona merah. Diketahui pelemahan minyak dunia terjadi akibat munculnya kekhawatiran bahwa pelepasan terkoordinasi yang dimotori oleh AS dari cadangan minyak mentah di antara negara konsumen utama dapat menyebabkan surplus pasokan global pada kuartal I/2022.

Tercatat pada data perdagangan pada pukul 15.42 WIB harga minyak jenis Brent anjlok 4,56% di US$78,53/barel, sementara pada minyak jenis WTI ambles 5,72% di US$73,89/barel.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Jumat (26/11), indeks sektor barang konsumen primer akhirnya ditutup melemah 1,88% di level 687,78.

Saham yang mendorong pelemahan ialah PT Falmaco Nonwoven Industri Tbk. (FLMC) anjlok 7,06% ke level Rp316, Kemudian diikuti saham PT Martina Berto Tbk. (MBTO) ambles 6,99% ke level Rp173 dan saham PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) merosot 6,67% ke level Rp630.

Pemerintah mencatat defisit anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Oktober 2021 mencapai Rp548,9 triliun. Defisit ini  setara 3,29% dari Produk Domestik Bruto .

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, defisit hingga Oktober sudah lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang defisit mencapai Rp764,8 triliun atau 4,67% terhadap PDB.

Defisit yang lebih rendah terjadi karena adanya kenaikan penerimaan negara. Hingga Oktober pendapatan negara sampai Oktober 2021 mencapai Rp 1.510,0 triliun atau terealisasi 86,5% dari target APBN.

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11), indeks sektor barang konsumen non-primer melemah 2,03% ke level 850,61.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh saham PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk. (MAPA) yang anjlok 6,91% ke level Rp2.560 diikuti saham PT Globe Kita Terang Tbk. (GLOB) ambles 6,72% ke level Rp250 dan saham PT Arkadia Digital Media Tbk. (DIGI) drop 6,70% ke level Rp167.

Pelemahan terjadi karena para investor masih sangat cemas dengan perkembangan pandemi Covid-19 yang kembali ganas, terutama di Eropa. Selain itu, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menyatakan Undang-Undang No.11/2020 tentang Ciptaker inkonstitusional bersyarat menambah panjang perjalanan kontroversi regulasi ini.

Diketahui, apabila dalam tenggang waktu tersebut tidak dilakukan perbaikan, maka UU Ciptaker menjadi inkonstitusional secara permanen. Sehingga, MK harus memerintahkan agar segera dibentuk landasan hukum yang baku untuk menjadi pedoman dalam pembentukan UU dengan metode omnibus law yang mempunyai sifat kekhususan.

Kesehatan

Pada Jumat (26/11) indeks sektor kesehatan ditutup menguat 0,24% ke level 1.435,18.

Penguatan sektor ini dipimpin oleh PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) melejit 11,28% ke level Rp10.850, lalu diikuti PT Soho Global Health Tbk. (SOHO) melesat 7,05% ke level Rp6.450 dan PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) naik 4,41% ke level Rp426.

Sentimen positif dari kinerja emiten SILO yang semakin solid seiring dengan tingginya kebutuhan layanan kesehatan pada masa pandemi Covid-19.

Kondisi ini membuat perseroan terus melakukan ekspansi digital atau layanan telehealth melalui aplikasi MySiloam yang terhubung dengan 1.000 dokter yang akan menjangkau pasien lebih luas, khususnya di wilayah luar Pulau Jawa.

Diketahui, digitalisasi tersebut telah meningkatkan kemampuan SILO dalam kerja sama B2B khususnya dengan perusahaan asuransi. Apalagi, kebutuhan layanan medis secara online meningkat saat pandemi Covid-19.

Selain itu berdasarkan laporan keuangan kuartal lll/2021, SILO berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp5,9 triliun atau meningkat 46,7% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,01 triliun. Adapun laba bersih SILO per kuartal lll/2021 tercatat sebesar Rp553 miliar.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Jumat (26/11) berada di zona merah dengan pelemahan 2,82% ke level 1.215,07.

Pelemahan sektor ini didorong oleh saham PT Inter-Delta Tbk. (INTD) yang anjlok 6,84% ke level Rp218, diikuti saham PT Yanaprima Hastapersada Tbk. (YPAS) drop 6,57% ke level Rp640, dan saham PT Semen Baturaja Persero Tbk. (SMBR) merosot 6,21% ke level Rp680.

Industri semen masih mengantisipasi naiknya harga batu bara. Menurut Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kenaikan harga batu bara menjadi permasalahan nasional dan bukan hanya industri semen di Indonesia.

Sebagai informasi, harga batu bara acuan bulan November mengalami lonjakan sebesar 33%. Harga batu bara naik USD53,38 per ton ke level USD215,01 per ton dari bulan Oktober, yaitu USD161,63. Kenaikan harga batu bara dipengaruhi oleh datangnya musim dingin dan krisis batu bara yang dialami China sehingga berimbas pada harga batu bara global.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11), sektor perindustrian melemah 3,61% ke posisi 1.047,05.

Beberapa saham yang terpantau mengalami pelemahan ialah saham PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) anjlok 6,99% ke level Rp266. lalu PT Jembo Cable Company Tbk. (JECC) ambles 6,91% ke level Rp5.725 dan  PT Ateliers Mecaniques D’Indonesia Tbk. (AMIN) drop 6,67% ke level Rp224.

Permasalahan dalam perdagangan maritim global yang memicu naiknya biaya logistik laut dikhawatirkan akan memengaruhi permintaan pada produk ekspor di negara tujuan. Akibatnya para pelaku usaha tidak memiliki banyak pilihan untuk menghadapi situasi ini.

Menurut Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), benang kusut perdagangan global yang dirasakan sejak akhir 2020 kerap membuat proses pengiriman barang terlambat. Masalah ketersediaan kontainer dan ruang kapal membuat biaya pengiriman bisa membengkak sampai lima kali lipat.

Situasi tersebut, membuat importir yang menjual kembali barangnya melakukan penyesuaian harga. Nilai jual produk yang diekspor dari RI cenderung sama, kecuali pada produk dengan komponen impor yang tinggi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.