Siapkah Indonesia Terjun ke Alam Metaverse?

Kalangan investor dan perusahaan modal ventura di dalam negeri disebut mulai tertarik mengucurkan dana ke industri teknologi penyokong Metaverse.

Redaksi

18 Jan 2022 - 16.00
A-
A+
Siapkah Indonesia Terjun ke Alam Metaverse?

Metaverse/freepik

Bisnis, JAKARTA — Masyarakat dan pasar Indonesia dinilai belum siap menerima keberadaan Metaverse sebagai sebuah layanan yang dapat digunakan dalam keseharian, meski di Tanah Air sudah ada beberapa pelaku industri lokal yang membuat layanan teknologi penyokong Metaverse.

Ketua Umum Asosiasi Digital Kreatif Indonesia Saga Iqranegara menyebut beberapa entitas industri lokal sudah ada membuat Metaverse. 

"Keberadaan teknologi baru tersebut direspons oleh para entitas lokal, ekosistemnya masih belum lengkap untuk saat ini," ujarnya, awal pekan. 

(BACA JUGA: NFT dan Bumerang Keamanan Data Pribadi)

Menurutnya, para pemain di industri kreatif  dan digital Indonesia saat ini secara perlahan membentuk ekosistem yang dibutuhkan untuk menyokong Metaverse.

Namun, langkah-langkah tersebut belum spesifik mengarah pada bisnis atau layanan yang khusus merambah Metaverse.

Selain itu, menurut Saga, masyarakat dan pasar yang tersedia belum siap untuk menerima layanan Metaverse secara luas seperti penerimaan masyarakat terhadap layanan teknologi yang sudah ada saat ini.

Saga berharap, dalam kurun yang tidak terlalu lama akan muncul satu entitas lokal yang menyediakan akses dan layanan Metaverse secara khusus serta mampu diakses secara luas oleh masyarakat.

"Jika layanan tersebut ramai digunakan dan jadi pembicaraan publik, secara langsung akan membangun kesadaran masyarakat tentang metaverse," katanya.

Berbagai laporan menyebut periode 2022 siap menjadi tahun terbesar untuk metaverse, karena perusahaan besar di bidang teknologi seperti induk Facebook, yakni Meta, Apple, Microsoft dan Google bersiap untuk merilis produk perangkat keras dan layanan perangkat lunak baru untuk menopang perkembangan baru di dunia teknologi tersebut.

Metaverse di sini menggambarkan perangkat lunak dan perangkat keras yang memungkinkan pengguna untuk bermain atau bekerja di ruang virtual 3D, atau menarik informasi dari internet dan mengintegrasikannya dengan dunia nyata secara real time.

Bagaimanapun, peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut posisi Indonesia masih cukup jauh sebelum bisa mengembangkan industri Metaverse secara optimal.

"Infrastruktur, masyarakat, dan kebijakan yang belum menunjang kegiatan digital membuat perkembangan Metaverse ya gitu-gitu saja," ujarnya.

Menurut Huda, saat ini Indonesia masih dalam tahap pemanfaatan platform digital, dan belum masuk ke ranah Metaverse. 

Menurut Huda, dari sisi infrastruktur, masih terdapat wilayah di Tanah Air yang tidak mendapatkan akses internet. Tidak hanya itu, banyak fasilitas umum yang tidak menyediakan jaringan internet. 

Dari sisi masyarakat, Huda menilai banyak yang hanya ikut-ikutan dan latah terhadap teknologi baru. Hal itu justru menunjukkan ketidaksiapan sebagian masyarakat Indonesia untuk bisa mengadopsi teknologi Metaverse. 

Menurut Huda, pemerintah juga belum menyiapkan paket kebijakan yang menyeluruh terkait Metaverse dan nonfungible tokens atau NFT. "Jadi menurut saya masih jauh untuk pemerintah bisa mencanangkan Metaverse ini," ujarnya.

Bagaimanapun, kalangan investor dan perusahaan modal ventura disebut mulai tertarik mengucurkan dana ke industri teknologi penyokong Metaverse.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut investor dan perusahaan modal ventura banyak yang sudah mengalokasikan pendanaan ke sektor NFT, blockchain, dan Metaverse.

"Dari obrolan saya dengan para investor dan modal ventura, banyak yang sudah tertarik dan akan masuk ke sana pada tahun ini dan ke depan," ujarnya.

Menurut Edward, sudah banyak perusahaan teknologi dan platform dari luar negeri yang siap kerja sama dengan startup di Indonesia untuk mengembangkan layanan berbasis Metaverse serta NFT.

Dia menilai pasar dan masyarakat saat ini mulai teredukasi melalui berbagai pemberitaan dan media sosial. Salah satunya dengan adanya fenomena Ghozali di NFT Opensea minggu lalu.

Edward berpendapat saat ini bahkan sudah ada platform blockchain yang dibuat oleh orang Indonesia dan disokong oleh yayasan lokal seperti Vexanium yang berkolaborasi dengan startup Kolektibel  meluncurkan platform NFT untuk IBL (Indonesian Basketball League), LaleIlmaNino, dan beberapa stasiun TV.

"Beberapa startup yang memakai platform Binance Smart Chain (BSC) juga cukup agresif masuk ke sektor ini," ujarnya. (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.