Bisnis, JAKARTA — Emiten BUMN Karya sedang bersiap untuk menggarap tender proyek Ibu Kota Negara. Namun, pada saat yang sama mereka masih terbebani oleh utang yang berat akibat mandat pembangunan sebelumnya. Masing-masing emiten pun bersiasat untuk mengurangi beban tersebut.
Saat ini, ada empat kontraktor BUMN yang berstatus sebagai perusahaan terbuka, yakni PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Berdasarkan laporan keuangan mereka pada paruh pertama 2022, semuanya mencatatkan beban keuangan yang sangat tinggi. Debt to equity ratio (DER) atau rasio perbandingan antara modal usaha dan beban keuangan keempat emiten tersebut semuanya berada di atas 300 persen.
Beban keuangan terbesar dimiliki oleh WSKT, dengan total liabilitas mencapai Rp77 triliun. Nilai tersebut hampir empat kali lipat dibanding nilai ekuitasnya yang hanya Rp20 triliun. Sementara itu, paling kecil yakni ADHI, dengan liabilitas Rp33 triliun, tetapi nilai itu setara dengan lebih dari 5 kali lipat ekuitasnya.