Simak Perjalanan Sederet Waralaba Lokal yang Sukses Mendunia

Waralaba atau franchise adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Istilah waralaba berasal dari gabungan kata wara yang artinya lebih, dan laba artinya keuntungan.

Mia Chitra Dinisari

12 Sep 2021 - 16.45
A-
A+
Simak Perjalanan Sederet Waralaba Lokal yang Sukses Mendunia

Kebab Turki Baba Rafi - babarafi.com

Bisnis, JAKARTA—Waralaba masih menjadi salah satu bentuk usaha favorit di Tanah Air. Ada ratusan bahkan mungkin ribuan waralaba yang tersebar di seluruh Indonesia.

Waralaba atau franchise adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Istilah waralaba berasal dari gabungan kata wara yang artinya lebih, dan laba artinya keuntungan.

Berdasarkan perundang-undangan di Indonesia, waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.

Menurut Asosiasi Franchise Indonesia waralaba adalah suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pewaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Dikutip dari goukm.id, berikut ini sejumlah waralaba lokal yang sudah sukses go international:

 

Kebab Baba Rafi

Siapa sangka jika makanan yang diadaptasi dari makanan khas Turki ini bisa laris manis hingga ke pasar global. Kebab Baba Rafi, bahkan kini telah menjadi waralaba kebab terbesar di dunia. Adalah Hendy Setiono yang menggagas usaha makanan yang berasal dari timur tengah ini. Sejak 2003, Hendy bersama mantan istrinya mendiri UKM ini, di Surabaya dengan sebuah gerobak yang sederhana,

Selang 2 tahun kemudian tepatnya pada 2005, Kebab Baba Rafi pun mulai diwaralabakan karena waralaba merupakan usaha yang potensial dan menjanjikan. Kemudian, pada 2007 usaha Kebab Turki Baba Rafi ini telah berkembang sangat cepat hingga seluruh Indonesia dengan berdirinya 336 outlet.

Karena pesatnya usaha ini, pada 2008, head office UKM ini dipindahkan ke Jakarta, dan merekrut banyak tenaga kerja profesional demi manajemen kantor yang sehat. Ternyata keputusannya tersebut benar, Kebab Turki Baba Rafi makin berkembang pesat hingga berbagai macam penghargaan diraihnya.

Setelah mencapai puncaknya, pada 2009 UKM ini pun memutuskan untuk go International sekaligus membawa nama Indonesia ke mancanegara. Negara Malaysia dipilih menjadi negara pertamanya, tak lama kemudian UKM ini pun membuka cabangnya di Filipina, China, Srilanka, Singapura, Brunei Darussalam, dan Belanda. Pada 2015, usaha kebab ini telah memiliki 1.200 outlet yang tersebar di Indonesia dan mancanegara.

 

California Fried Chicken (CFC)

Meski banyak yang mengira bahwa CFC seperti KFC yang merupakan waralaba asal Amerika yang memproduksi ayam crispy, nyatanya CFC asli Indonesia. Hanya saja, namanya menggunakan nama salah satu negara di Amerika, California.

Perusahaan yang didirikan sejak 1989 ini, ternyata tak mau hanya namanya saja yang seperti KFC, tetapi juga bisnisnya. Makanya perusahaan generasi pertama di Indonesia yang memperkenalkan konsep restoran siap saji berbahan dasar ayam ini juga mencoba peruntungan di negara tetangga agar lebih dikenal dunia.

Mulai 1996 CFC mulai mendirikan waralabanya di China. Tak tanggung-tanggung langsung dibangun 20 outlet CFC di sana. CFC juga tak mau hanya menyediakan ayam sebagai menu andalan tetapi juga burger, donut, dan minuman ringan persis seperti waralaba KFC.

 

Jco Donuts

Banyak yang salah menebak bahwa Jco Donuts merupakan waralaba asing, padahal ini adalah UKM lokal Indonesia yang kini telah menjadi perusahaan yang besar. Perusahaan ini didirikan oleh Johni Andrean seorang pengusaha yang sukses di bidang salon.

Jco bukan saja memproduksi donat, tetapi juga yoghurt beku dan kopi. Proses pengembangan Jco menjadi besar seperti sekarang tentunya tak semudah membalikkan telapak tangan. Johni butuh waktu 3 tahun untuk melakukannya. Johny melakukan riset, survey pasar dan sampling mengenai donat seperti apa yang diinginkan oleh masyarakat. Baru akhirnya dia memulai usaha.

Begitu juga dengan kopi dan yoghurtnya, dia melakukan hal yang serupa. Setelah melakukan survei secara matang akhirnya Johni mulai memberanikan diri membuka bisnisnya pada Juni 2005. Gerai Jco pertama kali dibuka di kawasan Supermall, Karawaci, Tanggerang. Dengan konsepnya, banyak pengunjung yang penasaran dan ingin membeli lagi donatnya.

Keberhasilan Jco di daerah Karawaci membuat Johni tak pikir panjang untuk membuka cabang di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makasar, Lampung, Pekanbaru, dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.

Sejak 2007, J.Co telah berhasil membuka gerai di beberapa negara seperti Singapura, Australia, dan Hongkong.

 

Es Teller 77

Nama Es Teler 77 begitu fenomenal meskipun telah banyak es teler yang menyerupainya. Siapa sangka jika bisnis yang telah laris manis ini dulunya hanya sebuah warung tenda sederhana milik Murniati Widjaja.

Warung tersebut terletak di teras sebuah pertokoan Duta Merlin di kawasan Jakarta Pusat yang kini telah menjadi Carefour Harmony.

Ketika usia Es Teler 77 menginjak di tahun ke 6 tepatnya pada 1987, sang menantu, Sukyanto Nugroho mulai mewaralabakannya. Dengan itu, bisa dikatakan bahwa Es Teler 77 merupakan makanan cepat saji Indonesia yang memulai bisnis waralaba.

Es teler. - .Es Teler 77

Selang 7 tahun kemudian, tepatnya pada 1977 mengikuti tren gaya hidup akhirnya Es Teler 77 membuka gerai di Mall. Saat itu Es Teler 77 tidak hanya menjual es teler, tetapi juga sudah merambah ke bisnis kuliner lainnya dengan memperkenalkan konsep makanan siap saji yang menyajikan makanan dan minuman jajanan populer Indonesia.

Pada 1998, Es Teler 77 mulai memberanikan diri go International dengan mendirikan cabang pertamanya di Singapura. Kemudian, pada 2000 merambah ke Melbourne, Australia, dan pada 2010 Es Teler 77 telah membuka 180 gerai di Indonesia, 3 di Singapura, 2 di Australia, dan 1 Johor Malaysia.

 

Bumbu Desa

Meski berkonsep restoran tradisional yang menyajikan masakan dengan bumbu desa, tetapi ternyata Bumbu Desa mampu menjadi masakan mancanegara. Restoran yang berdiri sejak 2004 ini, semula hanya sebuah restoran di Jalan Laswi Bandung.

Namun karena banyak peminatnya, akhirnya Bumbu Desa membuka outlet di beberapa kota seperti Surabaya, Jakarta, Bogor, Makassar, Cirebon, Tangerang, Yogyakarta, Depok, Bali, Palembang, Padang, Bukittinggi, dan Balikpapan

Dalam waktu singkat, ternyata Bumbu Desa telah mampu berdiri di mal-mal besar di seputaran Jabodetabek hingga memiliki 10 outlet. Selanjutnya, pada 2010, Bumbu Desa pun mulai merambah negara lain dengan membuka outlet di Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia.

Di Malaysia, Bumbu Desa bahkan eksis di gedung pencakar langit KLCC yang merupakan salah satu etalase dunia dan di Bandara Internasional KLIA 2.

 

Pecel Lele Lela

Rangga Umara, Founder Pecel Lele Lela membuka rumah makan pecel lele lela bermula saat perusahaan tempat dia bekerja mengalami krisis keuangan. Rangga berpikir sebelum dirinya dipecat dia harus membuka usaha.

Karena jika menjadi karyawan lagi kemungkinan dipecat pasti ada sehingga Rangga pun memutuskan ingin menjadi pengusaha saja. Dengan bermodalkan uang Rp3juta yang dia dapat dari menjual barang pribadinya kepada teman-temannya seperti jam, parfum, dan handphone, Rangga pun memulai usaha.

Namun, menjadi seorang pengusaha ternyata tidaklah mudah. Rangga mengalami jatuh bangun berbagai usaha yang dia bangun, salah satunya usaha sewa komputer. Selain itu, Rangga pun mencoba peruntungan dengan membuka warung makan seafood di tepi jalan tetapi sayang sepi pembeli. Bahkan pernah tak ada satu pun yang datang.

Hingga akhirnya Rangga mencoba untuk memindahkan usahanya dengan sistem kerja sama kepada warung makan atau kios-kios. Namun, mereka selalu menolak.

Akhirnya, dia mendapatkan sebuah warung makan yang hampir bangkrut, dengan menyewa  ruangan semi permanen berukuran 2×2 meter dengan harga Rp1juta per bulan.

Rangga pun ingin memulai sebuah usaha yang spesifik karena usaha yang bertahan biasanya adalah usaha yang spesifik sehingga dia memilih membuka usaha lele sebagai makanan utama di restorannya karena lele merupakan makanan favoritnya.

Namun tetap saja, lele bukan menjadi makanan favorit pembeli karena pembeli kebanyakan membeli lele jika menua ayam sudah habis saja. Namun tak kehabisan akal, ketika ada pelanggan dia suruh mencicipi lele buatannya. Meski lele diawal-awal percobaan masih aneh bentuknya bahkan menyerupai pisang goreng. Namun lama kelamaan lele tepungnya menjadi andalan.  Pelanggan yang suka makan ayam mulai beralih ke lele.

Sayangnya saat sedang laris manis, pemilik gedung menaikkan harga sewa karena tahu bisnis sedang lancar. Naiknya harga sewa membuat Rangga harus memutar otak bagaimana cara memberikan gaji karyawan hingga dirinya harus berutang Rp5 juta agar gaji karyawan bisa dibayar.

Pendapatan Rangga pun minus, tetapi dia harus bertahan  karena tak lagi menjadi karyawan kantoran.

Bisnis Pecel Lele Rangga mulai naik pamor lagi saat banyak pelanggan yang bukan hanya ingin membeli tetapi juga ingin mewaralabakannya. Hingga kini warung makan pecel lele lela sudah membuka 42 cabang di seluruh Indonesia dan satu cabang di malaysia dengan omzet Rp4,8 miliar.

 

Alfamart

Anda pasti tak asing dengan nama Alfamart. Minimarket asli Indonesia ini beberapa tahun ini memang menghiasi setiap sudut jalan di banyak kota dan desa di Indonesia. Biasanya minimarket ini bersanding bersama Indomaret.

Namun ternyata tidak, tak selamanya Alfamart dan Indomaret bersanding karena ternyata Alfamart lebih melesat dibandingkan dengan Indomaret. Saat ini, Alfamart sudah memiliki waralaba di beberapa negara di dunia. Gerai pertamanya berada di Manila, Filipina yang berdiri sejak 2014 hingga akhirnya berkembang menjadi 190 gerai.

Sementara di Indonesia, Alfamart telah memiliki 10.666 jaringan minimarket. Sebanyak 7.596 unit minimarket milik sendiri dan 3.070 minimarket dalam bentuk kerja sama waralaba.

Meski telah memiliki gerai yang banyak, Alfamart tak mau berpuas diri. Minimarket tersebut tetap berinovasi dengan mencari peluang di industri e-Commerce. Dengan cara menambah layanan yang berkaitan dengan pembayaran di toko-tokonya, Alfamart juga memasang target untuk mempunyai toko yang berfungsi untuk titik pembayaran.

Alfamart berdiri di bawah naungan PT Alfaria Trijaya sejak 22 Februari 1989 oleh Djoko Susanto, seorang pengusaha rokok asal Jakarta.

Pada 1999, Djoko membuka jaringan minimarket yang dia beri nama Alfa Minmart yang pertama kali berdiri di Jalan Beringin Jaya Karawaci Tanggerang. Selang 4 tahun kemudian barulah resmi berganti nama menjadi Alfamart.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.