Bisnis, JAKARTA — Saham PT Bank Central Asia Tbk. termasuk dalam jajaran emiten yang tertekan akibat sentimen negatif kenaikan suku bunga global, hingga merontokkan semua pertumbuhan yang sempat ditorehkan sepanjang tahun ini. Namun, jajaran direksi justru makin aktif memburu saham perseroan.
Sebelum libur lebaran, saham BBCA sudah sempat menyentuh level Rp8.200. Jika dibandingkan dengan harga penutupan pada akhir 2021 lalu yang sebesar Rp7.300, saham emiten dengan kode BBCA ini sebenarnya sudah tumbuh 12,33 persen year-to-date (YtD).
Namun, begitu pasar kembali dibuka usai libur Lebaran, saham perseroan seketika anjlok. Selama pekan kedua Mei 2022, saham perseroan ditutup melemah selama 3 hari dengan tingkat pelemahan yang sangat dalam, yakni -6,46 persen pada Senin (9/5), -0,99% pada Selasa (10/5), dan -4,90% pada Kamis (12/5).
Sementara itu, penguatan terjadi dalam 2 hari, yakni pada Rabu (11/5) sebesar 1,66 persen dan pada Jumat (13/5) sebesar 0,69 persen. Terlihat bahwa penguatan yang terjadi pada 2 hari ini tidak cukup untuk menebus koreksi tajam yang terjadi pada 3 hari lainnya.