Bisnis, JAKARTA — Kasus gagalnya Silicon Valley Bank (SVB) memantik kekhawatiran bahwa kasus serupa bakal terjadi di Indonesia, meski beberapa waktu terakhir kalangan stakeholder kompak membantah kemungkinan tersebut.
SVB gagal terutama karena bisnisnya yang terlalu berfokus pada pembiayaan satu industri tunggal, dalam hal ini yakni startup teknologi. Kendati produk startup terdiversifikasi pada berbagai sektor, pada dasarnya model bisnisnya relatif sama.
Sayangnya, kondisi ekonomi terkini menjadikan pesona startup yang sempat meroket pada awal pandemi lalu seketika memudar. Kenaikan pesat suku bunga acuan bank sentral global, terutama the Fed di Amerika Serikat, menjadikan biaya dana startup mahal.
Tidak mudah untuk kembali mendapatkan dana investor di saat likuiditas pasar mengetat akibat kebijakan pengetatan suku bunga. Di saat yang sama, beban-beban keuangan startup pun meningkat. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, startup pun mulai kesulitan mencicil pinjaman.