Target Pemerintah Turun, Minat Lelang SUN Bakal Tetap Ramai

Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada esok hari, Selasa (26/10) dinilai masih menarik bagi para investor meski dari jumlah diperkirakan tidak akan terlalu banyak.

Ika Fatma Ramadhansari & Lorenzo Anugrah Mahardhika

25 Okt 2021 - 20.59
A-
A+
Target Pemerintah Turun, Minat Lelang SUN Bakal Tetap Ramai

Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis, JAKARTA — Minat investor terhadap lelang surat utang negara (SUN) yang bakal digelar esok, Selasa (25/10), diperkirakan masih akan tinggi, meskipun kemungkinan besar tidak akan setinggi lelang-lelang sebelumnya.

Pemerintah akan kembali menggelar lelang SUN esok untuk memenuhi target pembiayaan APBN 2021. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, lelang kali ini akan melibatkan tujuh seri.

Ketujuh seri tersebut terdiri atas dua seri surat perbendaharaan negara (SPN) yakni SPN03220126  dan SPN12220707, serta lima seri obligasi negara yakni FR0090, FR0091, FR0088, FR0092, dan FR0089.

Senior Economist Samuel Sekuritas, Fikri C. Permana mengungkapkan setidaknya ada empat sentimen yang akan mempengaruhi penawaran lelang SUN pada esok hari dengan sentimen utama adalah pernyataan Kementerian Keuangan yang akan menurunkan jumlah realisasi anggaran di sisa tahun 2021.

“Kalau melihat pernyataan Kemenkeu juga tadi lewat webinar mereka, di mana jumlah realisasi anggaran kemungkinan juga akan relatif lebih rendah sehingga kemungkinan pembiayaan dari surat utang akan relatif lebih ditahan oleh Kementerian Keuangan,” ungkap Fikri kepada Bisnis, Senin (25/10).

Berdasarkan keterangan DJPPR Kementerian Keuangan, pemerintah telah menetapkan target indikatif dari lelang minggu terakhir Oktober 2021 tersebut adalah sebesar Rp8 triliun dan target maksimal Rp12 triliun.

Oleh karena itu, meski masih menarik minat investor, Fikri mengungkapkan jumlah penawaran tidak akan terlalu banyak seperti yang terjadi pada beberapa bulan sebelumnya.

Pada lelang 31 Agustus 2021 lalu pemerintah mencatatkan penawaran tertinggi sepanjang tahun yaitu Rp116,10 triliun yang kemudian dimenangkan sebanyak Rp21 triliun. Setelah itu, lelang selanjutnya perlahan mengalami penurunan jumlah penawaran.

Pada lelang 14 September jumlah penawaran turun menjadi Rp80,67 triliun dengan jumlah yang dimenangkan pemerintah sebesar Rp21 triliun, sama dengan jumlah yang dimenangkan pada hasil penawaran tertinggi.

Pemerintah kemudian masih memenangkan Rp21 triliun pada lelang 28 September 2021 dan membukukan penurunan total penawaran menjadi Rp58,82 triliun.

“[Jumlah penawaran besok] Mungkin sekitar Rp40 triliun - Rp50 triliunan karena di minggu ini kan jumlah yang ditawarkan juga lebih sedikit antara Rp8 triliun - Rp12 triliun,” ungkap Fikri.

Terkait dengan minat investor yang masih tinggi, Fikri mengungkapkan sentimen yang mempengaruhinya adalah masih tingginya likuiditas di pasar domestik yang menurutnya mendorong permintaan SUN, terutama dari sektor perbankan.

Selain itu, Fikri mengungkapkan risiko global sedikit menurun meski terdapat kasus Evergrande di China dan credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia sedikit meningkat.

Namun, sentimen tersebut menurutnya juga akan mendorong masuknya investor asing pada obligasi Indonesia dan mengingat investor asing yang melakukan aksi beli pada penjualan obligasi sebelumnya.

Sentimen lainnya adalah stabilnya nilai tukar rupiah dan inflasi di Tanah Air menurut Fikri menjadi salah satu pendorong investor asing untuk berinvestasi pada SUN esok hari.

Vice President of Economist Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan penurunan imbal hasil atau yield yang signifikan dalam dua minggu terakhir terutama disebabkan kenaikan sentimen risk-on. Josua pun mengungkapkan bahwa sentimen tersebut masih berlanjut mempengaruhi penawaran SUN esok hari.

Berdasarkan data laman World Government Bonds pada Senin (25/10) pukul 15.30 WIB, imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun berada pada level 6,25% yang telah turun 4,6 basis poin (bps) selama sepekan dan turun 5,3 bps selama sebulan kebelakang.

“Dalam dua minggu terakhir, yield dari obligasi benchmark 10 tahun telah turun 19 bps, sehingga diperkirakan appetite dari investor meningkat,” ujar Josua kepada Bisnis, Senin (25/10).

Selain itu, Josua mengungkapkan bahwa mendekati awal tahun 2020, di mana seri yang dilelangkan sekarang diproyeksikan menjadi seri benchmark tahun depan, para investor masih akan mencari seri yang dilelangkan.

Hal ini ungkapnya terkait dengan persiapan portfolio tahun mendatang ataupun untuk diperdagangkan kembali. Oleh karena itu, meski target indikator telah menurun, Josua masih memperkirakan penawaran yang masuk bisa mencapai hingga Rp70 triliun.

Incoming bids pada lelang hari Selasa diproyeksikan sebesar Rp50 triliun - Rp70 triliun,” ungkapnya.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan dua pekan lalu mengungkapkan, target lelang hari ini diturunkan menjadi Rp8 triliun dari target lelang SUN pada dua pekan lalu sebelumnya sebesar Rp12 triliun.

“Penurunan target lelang tersebut dilakukan seiring dengan membaiknya realisasi penerimaan negara serta optimalisasi belanja negara dan pembiayaan non utang, sehingga defisit anggaran diprediksi lebih rendah,” ungkap Deni dalam keterangan pers, Selasa (12/10).

Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan tahun 2021, imbal hasil surat berharga negara (SBN/SUN) yang wajar di pasar sekunder, serta pemenuhan supply SUN dari pasar perdana, Deni mengatakan pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp8 triliun.

Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Ezra Nazula secara terpisah mengungkapkan bahwa di sisa tahun ini, sentimen yang akan mempengaruhi penawaran lelang SUN adalah pergerakan yield US Treasury.

“Sentimennya lebih ke arah level yield US Treasury yang harapannya telah stabil di level 1,6 persenan sekarang,” ungkap Ezra kepada Bisnis.

Menurutnya dengan kondisi makro yang suportif seperti neraca perdagangan dan cadangan devisa yang tinggi maka nilai tukar diperkirakan stabil, sehingga dengan suplai lelang yang mengecil sampai akhir tahun akan mendukung pasar obligasi.

Sementara itu, dengan banyaknya dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia, menurut Ezra tidak akan berdampak langsung pada penawaran lelang obligasi karena antara pasar saham dan obligasi memiliki segmen investor masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.