Bisnis, JAKARTA – Eksportir dan importir terus diimpit oleh tarif pengapalan barang yang mahal. Biaya pengiriman kontainer turun, tetapi masih mencekik leher.
Eksportir mengatakan masalah kelangkaan peti kemas kosong (empty container) sebagian telah tertangani, tetapi persoalan kekurangan ruang muat kapal tak kunjung teratasi. Akibatnya, tarif pengapalan alias biaya tambang (ocean freight rate) masih bertengger tinggi.
Sekjen Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan tarif yang mahal terjadi pada semua rute internasional, terutama tujuan ke Eropa dan Amerika. Menurutnya, biaya yang tinggi ini membuat beberapa eksportir barang kerajinan tangan di Bali tumbang.
“[Kenaikan tarif pengapalan] berat untuk produk padat karya atau UMKM,” katanya, Senin (21/2/2022).