Bisnis, JAKARTA – Tekanan pada industri batu bara dalam negeri masih berlanjut. Setelah merosotnya harga komoditas di tingkat global, kini RI dihadapkan pada potensi pengurangan permintaan dari negara tujuan utama ekspor yakni China.
Negeri Tirai Bambu berencana meningkatkan impor batu bara bermutu tinggi dari Australia dan Rusia seiring dengan kian memburuknya kualitas batu bara yang ditambang di negara tersebut. Alhasil peningkatan impor dilakukan untuk mengimbangi kondisi tersebut.
Menukil laporan Bloomberg yang dimuat di Bisnis.com pada Kamis (21/9/2023) menyebutkan bahwa ekspor batu bara termal Australia untuk pembangkit listrik dan batu bara kokas untuk pembuatan baja naik menjadi 6,69 juta ton pada Agustus 2023. Angka tersebut mencatatkan jumlah tertinggi sejak Juli 2020.
Kemudian, batu bara Rusia juga mendapatkan dukungan setelah invasi ke Ukraina. Negeri Beruang Merah beralih ke sekutu strategisnya untuk menjual komoditas yang dihindari oleh pembeli lain meski dengan harga diskon.