Bisnis, JAKARTA — Langkah agresif bank sentral Amerika Serikat, the Fed, yang menaikkan suku bunga acuan hingga 50 bps pada pekan lalu bakal menambah tekanan di pasar surat utang Indonesia, terutama memicu kenaikan yield yang akan berujung pada kejatuhan harga instrumen surat utang.
Keputusan the Fed tersebut tidak terlepas dari kondisi inflasi di Negeri Paman Sam yang telah menyentuh level terburuk dalam 40 tahun terakhir, yakni di posisi 8,5 persen per Maret 2022 lalu. Kondisi ini mau tidak mau harus diredam dengan kebijakan pengetatan moneter.
The Fed juga bakal mengurangi porsi pembelian aset di pasar untuk memperketat likuiditas sehingga ekonomi dapat mendingin kembali dan inflasi dapat kembali ke level sekitar 2 persen saja. Kondisi ini tentu saja bakal berdampak pada gejolak di pasar surat utang.
Berdasarkan data World Government Bonds, yield US Treasury tenor 10 tahun sudah di level 3,187 persen per Senin (9/5). Posisi yield ini sudah meningkat 84,2 bps dari posisi akhir Maret 2022 lalu yang masih di level 2,345 persen.