Telaah Prospek Menjulang Bisnis Menara Pasca-IPO Mitratel

Ke depan, perusahaan menara yang paling banyak memiliki serat optik adalah yang paling diincar oleh operator seluler, terlebih pada era 5G. Namun, jika Mitratel hanya menyewakan kepada Grup Telkom dan tidak menyewakan kepada operator lain, perusahaan tetap paling cuan dari kompetitornya.

Leo Dwi Jatmiko

26 Okt 2021 - 19.33
A-
A+
Telaah Prospek Menjulang Bisnis Menara Pasca-IPO Mitratel

Mitratel, anak usaha Telkom Indonesia./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Ekosistem kuat Telkom Group menjadi nilai tambah bagi PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dalam bersaing dengan para perusahaan pemilik menara telekomunikasi yang sudah berstatus terbuka. 

Dukungan serat optik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. atau TLKM yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, membuat menara Mitratel tertancap di mana-mana.

Dalam kaitan itu, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi mengatakan peluang Mitratel berkembang sangat besar. 

Mitratel, kata Ridwan, dapat tumbuh dengan menyewakan menara yang dimiliki ke internal Telkom Group atau kepada perusahaan telekomunikasi lainnya.

Adapun, jika Mitratel hanya menyewakan kepada Grup Telkom dan tidak menyewakan kepada yang lain, perusahaan juga sudah memperoleh keuntungan. 

“Apalagi untuk teknologi 5G yang bekerja pada frekuensi midband atau highband ke depan, lebih banyak menara yang dibutuhkan,” kata Ridwan, Selasa (26/10/2021). 

Ridwan mengatakan ke depan perusahaan menara yang paling banyak memiliki serat optik adalah yang paling diincar oleh operator seluler, terlebih pada era 5G. 

“Operator seluler perlu jaringan tertutup untuk koneksi dari menara ke jaringan inti, maka yang paling laku adalah perusahaan menara yang  paling banyak jaringannya,” kata Ridwan. 

Sekadar informasi, Mitratel merupakan anak usaha Telkom. Perusahaan telekomunikasi milik negara tersebut memiliki serat optik sepanjang 169.833 kilometer dan menjangkau 496 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. 

Telkom juga memiliki memiliki layanan seluler  yang dioperasikan oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Pada kuartal II/2021, jumlah menara pemancar atau base transceiver station (BTS) milik tercatat sebanyak 187.408 BTS 3G/4G dan 50.252 BTS 2G. 

Jika digabungkan jumlah BTS tersebut mencapai 237.660 BTS. 

Aset menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. atau Mitratel. Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. itu berencana melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia./ Mitratel.

PERTIMBANGAN OPERATOR

Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pertimbangan operator menyewa menara karena letak menara yang akan disewa sesuai dengan kebutuhan operator. 

Menara tersebut mampu mendukung dan dapat dipakai bersama. Selain itu, koneksi antar menara ke menara lain sebagai hub juga butuh serat optik agar transmisi lancar. 

“Dalam isu menara ini kita tidak bicara ekosistem secara luas. Kebutuhan operator penyewa seperti apa, dan apakah bisa disediakan Mitratel nantinya,” kata Heru. 

Sekadar informasi, berdasarkan prospektus yang diterbitkan pada Harian Bisnis, Mitratel mencatatkan laba bersih sebesar Rp700,7 miliar per Juni 2021. Jumlah itu naik 356 persen dibandingkan dengan tahun lalu senilai Rp153,7 miliar. 

Adapun, top line perseroan tercatat pada posisi Rp3,22 triliun. Jumlah itu juga naik 11 persen dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp2,90 triliun. 

Anak usaha TLKM itu tengah mengincar dana segar hingga Rp24,90 triliun. Jumlah dana penawaran itu lebih besar dari rekor sebelumnya milik Bukalapak Rp21,9 triliun.

Mitratel berencana menggunakan 90% dana hasil initial public offering (IPO) untuk belanja modal. Secara rinci perseroan menyebutkan bahwa 44% di antaranya akan digunakan untuk belanja modal organik.

Misalnya, dengan mengembangkan dan memperluas hubungan dengan pelanggan yang mencakup berbagai pengeluaran. 

PERSAINGAN MENARA

Chief Financial Officer PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) Helmy Yusman Santoso sebelumnya mengatakan perseroan secara berkesinambungan selalu berkolaborasi dengan operator telekomunikasi dalam membangun infrastruktur. 

TBIG membangun sesuai kebutuhan mereka, termasuk dalam hal infrastruktur 5G.  “Kami juga berperan aktif sebagai mitra dalam pengembangan bisnis 5G dari seluruh operator,” kata Helmy 

Hingga akhir 2021 TBIG menargetkan dapat menambah 7.400 penyewa baru. Sementara itu, hingga Mei 2021, TBIG berhasil mendapat 4.400 penyewa baru atau 59% dari target yang ditetapkan. 

Lebih lanjut, sepanjang 6 bulan pertama 2021, TBIG berhasil tumbuh dengan pertumbuhan secara organik dan akuisisi. 

Pada April 2021, TBIG efektif mengakuisisi 3.000 menara milik PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST). Tambahan menara tersebut membuat total menara yang dimiliki TBIG menjadi 32.501 menara.

TBIG berhasil membukukan pendapatan senilai Rp1,42 triliun pada kuartal I/2021, naik 12% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sementara itu, Wakil Direktur PT Sarana Menara Nusantara Tbk, (TOWR) Adam Ghifari mengatakan 4G masih akan menjadi pendorong bisnis menara ke depan. Masih banyak daerah yang belum terlayani oleh 4G. 

Di samping itu, sambungnya, sejumlah perusahaan finansial teknologi dan program digitalisasi di pemerintahan juga tengah berupaya untuk hadir di daerah-daerh tier II hingga tier IV. 

Hal ini membuat lalu lintas data di daerah tersebut bertambah sehingga kebutuhan terhadap penyewaan menara juga meningkat. “Jadi saya melihat 4G ini masih punya landasan yang panjang,” kata Adam.

Tidak hanya itu, kata Adam, pemerintah juga saat ini tengah menggenjot penggelaran jaringan 4G di desa-desa yang belum mendapat akses internet. 

Program pemerintah dalam pemerataan akses internet tersebut turut memberi dampak pada bisnis menara. 

Mengenai 5G, kata Adam, sejak pemerintah mempersiapkan pada 2020 hingga saat ini, telah memberi dampak pada bisnis menara. 

Dia mengatakan rasio penyewa menara dan utilisasi serat optik yang terhubung ke menara. menjadi meningkat dibandingkan sebelum era 5G. Sayangnya, Adam tidak menyebutkan detail peningkatan yang terjadi. 

“Kami melihat rasio penyewa meningkat, rasio utilisasi serat optik juga meningkat,” kata Adam. 

Sekadar informasi, Sarana Menara Nusantara melalui PT Profesional Telekomunikasi Indonesia atau Protelindo belum lama mengakuisisi 94,03 persen saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR) senilai Rp16,72 triliun.

Tujuan pengambilalihan adalah untuk pengembangan usaha Protelindo serta perluasan jaringan usaha agar dapat memperkuat posisi Protelindo sebagai pemilik dan operator tower independen dalam rangka melayani operator telekomunikasi Indonesia. 

Adapun, pada kuartal I/2021, jumlah menara TOWR mencapai 21.424 menara. Sebanyak 12.556 menara berada di Jawa, Nusa Tenggara dan Bali. TOWR juga memiliki serat optik sepanjang 40.000 kilometer. 

Dengan infrastruktur yang dimiliki, TOWR telah melayani 39.794 penyewa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.