Telat Panas Bulog Dongkrak Stok Cadangan Beras Pemerintah

Setelah dihujani berbagai kritik terkait serapan beras untuk cadangan pemerintah, Bulog akhirnya buka suara. Perusahaan memastikan bakal menyerap beras petani berapapun jumlahnya untuk mengamankan pasokan pangan. Namun langkah ini disampaikan saat penghujung tahun sudah di depan mata.

Rayful Mudassir

6 Nov 2022 - 23.26
A-
A+
Telat Panas Bulog Dongkrak Stok Cadangan Beras Pemerintah

Berbagai jenis beras dan harga dijajakan pedagang pasar./ Bisnis- Eusebio Chrisnamurti

Bisnis, JAKARTA - Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik atau Perum Bulog menyiapkan strategi untuk menyerap beras dari petani demi mencapai cadangan beras pemerintah (CBP) 1,2 juta ton pada akhir tahun. 


Langkah ini diumumkan perusahaan plat merah itu saat penghujung tahun kurang dari dua bulan. Bukan tidak mungkin target 1,2 juta ton beras berujung sekadar isapan jempol belaka. 


Kinerja Bulog menjadi sorotan dari pemerintah setelah realisasi serapan beras maupun gabah di tingkat petani jauh dari kata aman. Data terakhir Bulog pada 3 November 2022 mencatat pembelian beras petani baru menyentuh 830.000 ton.


Padahal pergantian tahun tinggal hitungan minggu. Badan Pangan Nasional (Bapanas) bahkan berulang kali menyinggung kinerja perusahaan itu dalam memaksimalkan serapan beras maupun gabah di tingkat petani.


Catatan Bapanas menyebut stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog pada Oktober 2022 hanya 673.613 ton, angka terendah sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut hanya setengah dari stok aman yang ditetapkan pemerintah.


Dari capaian ini, target untuk memiliki CBP sebesar 1,2 juta ton pada Desember berpotensi tidak tercapai. Terlebih, pengadaan beras pada dua bulan terakhir tipis, sehingga proyeksi Bapanas stok beras Bulog berada di bawah 500.000 ton pada akhir tahun nanti.



Menanggapi hal itu, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menegaskan bahwa Bulog telah menyiapkan dana lewat kerja sama dengan bank milik negara untuk menyerap beras petani berapapun jumlahnya.


“Kami sudah bekerja sama dengan Himpunan Bank Milik Negara [Himbara] untuk permodalan dalam melakukan penyerapan beras petani ini, jadi kalau terkait jumlah pendanaan tidak ada permasalahan sama sekali, kita siap menyerap maksimal produksi gabah beras dalam negeri,” katanya dalam siaran resmi, Sabtu (5/11/2022).


Melalui kerja sama tersebut, Perum Bulog mengklaim dapat menyerap berapapun jumlah beras yang ada di petani dengan dana tidak terbatas dari Bank Himbara.


Sepanjang tahun ini hingga 3 November 2022, Perum Bulog telah melakukan pembelian beras petani dalam negeri dengan jumlah mencapai 830.000 ton dengan melibatkan kelompok tani/gapoktan, penggilingan dan berbagai stakeholder lainnya.


Selain pendanaan, pihaknya menyebut sangat siap untuk menyerap dan menyimpan produksi gabah beras dalam negeri, karena saat ini kapasitas gudang masih banyak tersedia.


“Kami memiliki 1.682 unit gudang dengan kapasitas 4 juta ton yang tersebar di seluruh Indonesia sampai dengan daerah tertinggal, terdepan, terluar [3T] sekalipun, jadi terkait sarana penyimpanan juga tidak ada masalah,” jelas Suyamto.


Sementara itu, pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk mengamankan pasokan CBP minimal 1,2 juta ton per tahunnya. Sementara berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan hingga pertengahan Oktober lalu, CBP milik Perum Bulog di kisaran 697.000 ton.




GAGAL


Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh secara terang-terangan menilai Bulog telah gagal menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan khususnya beras. Berbarengan dengan tirisnya stok, harga beras di tingkat konsumen pun naik 4,2 persen.


"Kalau itu (stabilisasi) enggak berjalan, fungsi Bulog sebagai stabilisator enggak ada. Saya gimana mau menjawabnya, memang enggak berfungsi," ujarnya.


Penurunan stok CBP terjadi setelah Bulog menyalurkan beras untuk mengantisipasi kenaikan harga. Kini, selain harga mengalami kenaikan, Bulog juga ditengarai tak siap menyerap gabah di tingkat petani.


Saifulloh menuding Bulog selama ini tidak berhubungan langsung dengan petani, penggilingan, hingga entitas-entitas yang berkaitan. Sebaliknya, perusahaan umum tersebut lebih banyak mempercayakan tugas tersebut kepada mitranya.


Akibat kondisi itu, implementasi kebijakan pemerintah di lapangan menjadi bias. Sebab, informasi yang beredar dari hulu sampai hilir tidak langsung disampaikan Bulog kepada pihak pembeli gabah maupun beras. (Annasa Rizki Kamalina)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.