Telisik Lima Calon Emiten yang Siap Ramaikan Bursa Pekan Depan

Mayoritas calon emiten yang bakal melantai di bursa saham pekan depan merupakan bagian dari grup besar.

Tim Redaksi

2 Sep 2021 - 17.11
A-
A+
Telisik Lima Calon Emiten yang Siap Ramaikan Bursa Pekan Depan

Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (14/9/2020). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia bakal semakin semarak pada pekan depan. Apalagi ada lima calon emiten yang bakal menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).

Kelima emiten tersebut yaitu, PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT), PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK), dan PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA).

Kemudian ada PT GTS Internasional Tbk. (GTSI) dan PT Global Sukses Solusi Tbk. (RUNS). Adapun Kedoya Adyaraya menetapkan harga Rp1.720 per saham untuk penawaran hingga 185,92 juta saham baru.

Artinya, Kedoya Adyaraya akan meraih dana IPO hingga Rp319,81 miliar. PT Buana Capital Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek Kedoya Adyaraya.

Sedangkan Surya Biru Murni Acetylene mematok harga perdana sebesar Rp180 per saham dengan jumlah saham yang ditawarkan 278,40 juta saham. Emiten dengan kode saham SBMA itu mengincar dana IPO hingga Rp50,11 miliar.

Perseroan juga menerbitkan waran sebagai pemanis IPO dengan harga pelaksanaan Rp230 per unit. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT KGI Sekuritas Indonesia. 

Di sisi lain, Cemindo Gemilang bakal melepas saham baru hingga 1,71 miliar dengan harga Rp680 per saham. Dengan begitu, produsen semen Merah Putih itu berpotensi mengantongi dana segar Rp1,16 triliun.

Perseroan menunjuk PT Ciptadana Sekuritas Asia dan PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan GTS Internasional mengumumkan harga senilai Rp100 per saham.

Emiten jasa angkut laut ini berencana menawarkan saham sebanyak 2,4 miliar atau 15,7 persen dari jumlah modal yang ditempatkan dan disetor dalam IPO. Dengan demikian, perseroan bisa mengantongi dana Rp240 miliar. PT Reliance Sekuritas ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek GTSI.

Terakhir, RUNS menetapkan harga perdana sebesar Rp254 per saham dengan jumlah saham yang ditawarkan 196,80 juta saham. Sehingga perseroan berpeluang meraih dana Rp49,98 miliar.

Penjamin pelaksana IPO Global Sukses adalah PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Berikut jadwal lima calon emiten ini berdasarkan data KSEI:

Tanggal efektif: 31 Agustus 2021

Masa penawaran umum: 2 - 6 September 2021

Tanggal penjatahan: 6 September 2021

Tanggal distribusi saham secara elektronik: 7 September 2021

Pencatatan saham perdana di BEI: 8 September 2021

 

Anak Usaha Grup Besar

Jika ditelisik lebih jauh, emiten yang akan melantai di bursa pekan depan merupakan bagian dari grup usaha yang cukup besar. Seperti Ceminco Gemilang merupakan bagian dari KPN Group yang didirikan oleh keluarga konglomerat Martua Sitorus.

Martua mengendalikan Cemindo melalui WH Investments Pte. Ltd., perusahaan ini menggenggam 97,12 persen saham CMNT sebelum IPO. Sisanya, 2,88 persen dimiliki oleh PT Gamma Group.  

Adapun saham WH Investment digenggam oleh Burlingham International Ltd. Entitas sebesar 73,33 persen. Kemudian Martua memiliki 67 persen saham Burlingham, sisanya 33 persen dimiliki kemenakannya yaitu Darwin Indigo.

Selanjutnya, Martua mengendalikan 100 persen MRIS Incoporated. Perusahaan ini memiliki 25,12 persen WH Investments. Lainnya melalui Agapier Developmnet (0,97 persen). Pemegang sham lain dari WH Investmeny adalah Mutiara (0,29 persen).  

Sementara itu PT Gama Group dikendalikan oleh putri Martua, Jacqueline Sitorus (50 persen) dan kemenakannya yang lain, Andy Indigo (50 persen). Setelah IPO dan kepemilikan saham oleh karyawan (Mesop) terlaksana, maka komposisi pemegang saham CMNT terdiri dari WH Investments Pte. Ltd. (81,54 persen), Gama Group (2,42 persen), masyarakat (14,82 persen) dan Mesop (1,22 persen).

 

Petugas dari lini beton curah Semen Merah Putih melakukan pengecoran di jalan protokol, Jakarta. - Semen Indonesia.

Dalam prospektus CMNT, perseroan menjelaskan hampir seluruh dana segar yang didapat dari IPO akan digunakan untuk utang, baik utang modal kerja maupun utang pada lembaga keuangan hingga kontraktor. Perinciannya 58 persen untuk modal kerja.  

Modal kerja yang dimaksud adalah pembayaran utang usaha, pembayaran utang lain-lain, pembayaran uang muka dari pelanggan yang merupakan deposit perusahaan berafiliasi yakni AAstar atas pembelian produk CMNT.  

Sebanyak 17 persen dana IPO diberikan untuk membayar utang sindikasi yang baru dicairkan pada 31 Mei 2021 lalu. Utang sindikasi sebesar Rp3,92 triliun berbunga 9,5 persen dan jatuh tempo pada 2024 itu. Pokok yang akan dilunasi sebesar Rp288 miliar.

Dari dana IPO, CMNT juga akan membayar utang kepada Sinoma International Engineering Co. Ltd. sebesar Rp192,62 miliar. Utang CMNT kepada Sinoma mencapai Rp1,39 triliun.  

Untuk belanja modal sebesar 8 persen yang digunakan untuk pembangunan premix crusher, penambahan coal fired gas generator, hingga pemeliharan aset. Terakhir, pembayaran sebagian utang kepada PT Sinoma Engineering Indonesia. Dari utang sebesar Rp691,2 miliar, Cemindo akan membayar Rp95,37 miliar.

"Pada 25 Oktober 2018, Perseroan menandatangani perjanjian penangguhan pembayaran dengan PT Sinoma Engineering Indonesia dan Sinoma International Engineering Co. Ltd. untuk pembangunan dan konstruksi Clinker Line 2 milik Perseroan dan Waste Heat Power Generation Unit I dan Unit II di Bayah, Banten," tulis manajemen dalam prospektus yang dipublikasikan 9 Agustus 2021.  

Dari sisi kinerja operasional, produksi Cemindo pada akhir tahun lalu mencapai 14,1 juta ton per tahun. Jumlah itu meningkat dari sebelumnya 11,9 juta pada Januari 2018.

Sedangkan untuk klinker, total kapasitas produksi Perseroan telah meningkat dari 6,3 juta ton pada 1 Januari 2018 menjadi 9,5 juta ton pada 31 Desember 2020 atau melonjak 51 persen.

Manajemen Cemindo menyebut bahwa volume penjualan CMNT pada tahun lalu dibandingkan 2018 turun 1 persen. Penurunan disebabkan oleh lebih rendahnya penjualan di Vietnam.  

Adapun nilai penjualan sepanjang tahun lalu mencapai Rp7,15 triliun. Jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp6,33 triliun.

Nilai penjualan ini merupakan gabungan dari Indonesia dan Vietnam. Dari Indonesia penjualan perusahaan mencapai Rp4,34 triliun baik pasar domestik maupun ekspor. Sedangkan dari Vietnam mencapai Rp2,77 triliun.   

CMNT juga membalikkan posisi keuangan dari rugi Rp58,22 miliar menjadi untung Rp536,87 miliar.  Sedangkan dari hasil audit, aset CMNT mencapai Rp19,04 triliun per akhir 2020. Jumlah ini susut dari periode sebelumnya sebesar Rp19,6 triliun.

Dari jumlah itu, sebesar Rp16,30 triliun merupakan utang jangka pendek dan jangka panjang. Komposisi kedua pos utang ini hampir sama besar dimana utang jangka pendek Rp8,17 triliun jangka pendek dan Rp8,13 triliun dalam jangka panjang.

Kapal Ekaputra I yang dioperasikan oleh GTS Internasional.-gtsi.co.id

 

Sedangkan GTSI merupakan bagian dari Grup Humpuss. Perusahaan tersebut berkecimpung dalam bisnis transportasi LNG. Kemal Imam Santoso, Direktur Utama GTSI menyebut prospek bisnis LNG sangat menjanjikan lantaran gas merupakan energi masa depan yang ramah lingkungan.

Pemerintah juga sudah berkomitmen untuk menggunakan sumber-sumber energi yang berkelanjutan. GTSI, jelas Kemal, sangat siap karena kualifikasi sumber daya manusia yang berpengalaman dan terbukti mencapai zero accident sepanjang tiga dasawarsa beroperasi.

Dengan prospek tersebut, GSTI pun berencana menggunakan dana hasil penjualan saham untuk pinjaman kepada PT Anoa Sulawesi Regas (Anoa), untuk membangun permanen FRSU, yang direncanakan akan dimulai pada Kuartal IV/2021.

Kemudian, maksimal 20 persen akan digunakan untuk modal kerja perseroan  yang meliputi antara lain cadangan docking, membangun war room sistem akuntansi dan keuangan, dan shipping monitoring online system. Terakhir, maksimal 16 persen untuk penyertaan modal kepada ANOA.

Dengan penyertaan dana tersebut diharapkan akan memperkuat struktur permodalan dan modal kerja di ANOA, sehingga mampu memberikan kontribusi secara konsolidasi dan stabilitas pendapatan perseroan selama sekitar 15 tahun ke depan.

Adapun selama tiga tahun terakhir, perusahaan senantiasa memetik pertumbuhan pendapatan, mulai dari US$27 juta, kemudian meningkat menjadi US$30 juta pada 2019, hingga mencapai US$31 juta pada tahun lalu.  

Sedangkan net profit dalam kurun waktu yang sama masing-masing US$7 juta pada 2018, lalu US$10 juta pada 2019, dan US$16 juta pada 2020. Kalau dibandingkan, US$16 juta [net profit] dengan US$31 juta [revenue] pada 2020, berarti persentasenya lebih dari 50%.

"Artinya, bisnis ini sangat menguntungkan. Common practice di bisnis LNG melalui skema time charter, di mana seluruh biaya operasional menjadi beban penyewa. Bisnis transportasi LNG tidak berpengaruh pada seberapa banyak kargo yang ditransportasikan lantaran mereka menggunakan waktu sewa. Mau nongkrong, jalan, tetap  dibayar,” pungkasnya.

Terakhir, RUNS merupakan bagian dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan itu rencananya menggunakan dana IPO untuk 4 hal utama.

Pertama, sekitar 74 persen akan digunakan sebagai modal kerja diantaranya untuk pembiayaan proyek baru, biaya overhead dan operasional. Kedua, 11 persen akan digunakan untuk market acquisition and expansion.

Ketiga, 10 persen dipakai  untuk kepentingan riset dan pengembangan. Terakhir, untuk belanja modal yang meliputi alat kerja dan prasarana diantaranya adalah komputer, server, router server, switchhub manageable, server rak 20U, firewall Fortinet, dan kendaraan operasional.

Pada 2020 RUNS mencetak pendapatan sebesar Rp22,49 miliar meningkat sebesar 300,37 persen dibandingkan dengan 2019 senilai Rp5,61 miliar. Kenaikan performa disebabkan oleh peningkatan penjualan RUN System kepada pihak berelasi yaitu PT Metra-Net.

Capaian laba bersih tahun berjalan juga meningkat pada 2020 menjadi Rp7,70 miliar dari Rp2,06 miliar atau naik sebesar 272,73 persen. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dan peningkatan nilai kontrak yang diperoleh perseroan.

(Farid Firdaus, Pandu Gumilar, Anggara Pernando, Mutiara Nabila, MG Noviarizal Fernandez)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.