Bisnis, JAKARTA – Penurunan harga telur ayam ras dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan deflasi pada September.
Badan Pusat Statistik melaporkan deflasi bulanan 0,04% pada bulan lalu. Selama tahun berjalan, inflasi tercatat 0,8%, sedangkan secara tahunan 1,6%.
Penurunan harga sejumlah bahan pangan di tingkat konsumen menjadi penyebab deflasi. Telur ayam ras tercatat deflasi 0,07%, cabai rawit 0,03%, dan bawang merah 0,03%.
“Ini adalah deflasi kedua selama 2021 setelah terjadi di bulan Juni 2021,” kata Kepala BPS Margo Yuwono, Jumat (1/10/2021).
Di level grosir atau perdagangan besar, telur ayam ras juga menjadi penyumbang deflasi. Bersama cabai rawit, bawang merah, dan ikan teri asin (ikan kering), telur ayam ras menyebabkan deflasi indeks harga perdagangan besar September sebesar 0,01% (month to month).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, harga telur ayam ras turun 4,8% dalam sebulan. Harga telur ayam ras yang pada 30 Agustus mencapai Rp25.100 per kg, turun menjadi Rp23.900 per kg pada 30 September.
Margo mengatakan sektor pertanian bulan lalu memberi andil dominan terhadap deflasi. Sektor lainnya, seperti pertambangan, industri, dan konstruksi, mengalami inflasi.
Sementara itu, inflasi inti September tercatat 0,13% secara bulanan, lebih lambat dari Agustus yang mencapai 0,21% (mtm). Inflasi inti bulan lalu cenderung digerakkan oleh kenaikan tarif sewa rumah.
Adapun, komponen harga bergejolak atau volatile food turun 0,88%, sedangkan harga yang diatur pemerintah atau administered price inflasi 0,14%, terutama digerakkan oleh bensin, rokok putih, dan rokok kretek filter.