Terimbas Supercycle, Produksi Alat Berat Bisa Tumbuh 40 Persen

Produksi alat berat diyakini mampu tumbuh antara 30 persen hingga 40 persen pada 2022, mendekati tren 2018 yang melebihi angka 8.000 unit.

Reni Lestari

7 Des 2021 - 14.13
A-
A+
Terimbas Supercycle, Produksi Alat Berat Bisa Tumbuh 40 Persen

Alat berat beroperasi di area pembangunan proyek Makassar New Port tahap kedua di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Bisnis, JAKARTA — Tren lonjakan harga komoditas bakal menjadi katalis peningkatan produksi industri alat berat, khususnya untuk sektor pertambahan, pada 2022.

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin memproyeksikan produksi alat berat mampu tumbuh antara 30 persen hingga 40 persen pada 2022, mendekati tren 2018 yang melebihi angka 8.000 unit.

Sementara itu, target penjualan alat berat sepanjang tahun ini dipatok menembus angka 6.000 unit. Jamaludin optimistis target tersebut dapat tercapai mengingat realisasi sampai dengan kuartal III/2021 telah mencapai 4.584 unit.

“Jumlah itu telah melampaui capaian sepanjang tahun lalu sebesar 3.427 unit alat berat,” ujarnya saat dihubungi, awal pekan ini.

(BACA JUGA: Industri Alat Berat Tadah Cipratan Cuan Supercycle Komoditas)

Dia mengelaborasi bahwa kinerja produksi alat berat yang moncer tak lepas dari pengaruh lonjakan harga-harga komoditas. Pada tahun depan, fokus industri dipastikan masih pada sektor pertambangan.

Berdasarkan catatan Hinabi, produksi sebesar 4.584 unit sampai dengan kuartal ketiga 2021 terdiri atas hydaulic excavator 4.232 unit, motor grader 57 unit, bulldozer 239 unit, dan dump truck 56 unit.

"Sektor yang paling utama tentunya pertambangan," imbuhnya.

Jamaludin sebelumnya mengatakan permintaan alat berat di dalam negeri sebenarnya bisa melebih 6.000 unit untuk tahun ini. Namun, pelaku industri cenderung membatasi produksi karena terkendala ketersediaan pasokan komponen.

Sebanyak 40 persen hingga 50 persen pasokan komponen alat berat disuplai dari dalam negeri. Sementara sisanya harus diimpor, salah satunya dari Jepang.

Adapun, data dari Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) menunjukkan bahwa hingga Agustus 2021, penjualan alat berat di seluruh sektor mencapai 8.821 unit, meningkat 99 persen dari penjualan pada Januari—Agustus 2020, sebanyak 4.440 unit.

Peningkatan penjualan terbesar pada Januari—Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206 persen menjadi 3.062 unit, dari 1.001 unit di periode yang sama 2020.

Hal ini didorong oleh situasi harga batu bara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi.

Kemudian, untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84 persen menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64 persen menjadi 3.449 unit, dan sektor agro sebesar 54,7 persen menjadi 823 unit.

Peningkatan penjualan terbesar pada Januari—Agustus 2021 terjadi pada alat berat di sektor pertambangan yang mencapai 206 persen menjadi 3062 unit, dari 1.001 unit sepanjang periode yang sama 2020.

Capaian tersebut didorong oleh situasi harga batu bara dan nikel yang masih tinggi, serta perkiraan meningkatnya jumlah smelter nikel yang beroperasi.

Kemudian, penjualan untuk alat berat di sektor kehutanan meningkat 84 persen menjadi 1.487 unit, sektor konstruksi naik 64 persen menjadi 3.449 unit, dan sektor agrobisnis sebesar 54,7 persen menjadi 823 unit.

Selanjutnya, peningkatan produksi alat berat juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan bahan baku, seperti pelat baja maupun produk-produk komponen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.