TOWR Agresif Cari Pinjaman, Buka Peluang Konsolidasi Menara

(TOWR) kembali mendapat kucuran fasilitas pinjaman dari perbankan sebesar Rp 3 triliun pada Jumat (10/12/2021).

Lorenzo Anugrah Mahardhika, Pandu Gumilar & Herdanang Ahmad Fauzan

11 Des 2021 - 17.57
A-
A+
TOWR Agresif Cari Pinjaman, Buka Peluang Konsolidasi Menara

Halaman muka Laporan Tahunan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. 2017. - ptsmn.co.id

Bisnis, JAKARTA - Persaingan bisnis menara telekomunikasi semakin ketat. Sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor tersebut pun berlomba-lomba melakukan aksi korporasi hingga ekspansi yang agresif.

Tak terkecuali PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) yang belakangan semakin agresif mencari pinjaman. Berdasarkan perhitungan Bisnis, hingga akhir Agustus 2021, TOWR telah melakukan penambahan atau pembaruan fasilitas kredit dengan sejumlah perbankan hingga kisaran hampir Rp13 triliun. 

Beberapa yang tercatat dalam laporan keuangan TOWR, yaitu pinjaman dari PT Bank HSBC Indonesia sebesar Rp1 triliun, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rp2 triliun, PT Bank Mizuho Indonesia Rp2 triliun dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Rp1 triliun.

Paling anyar, emiten yang telah go public sejak 8 Maret 2010 itu kembali mendapat kucuran fasilitas pinjaman dari perbankan. Kali ini tambahan fasilitas kredit datang dari Bank BTPN dan Bank CIMB Niaga.

Mengacu keterbukaan informasi yang dirilis perseroan Jumat (10/12/2021) malam, total nilai fasilitas mencapai Rp3 triliun. Rinciannya masing-masing Rp1,5 triliun dari BTPN dan CIMB Niaga.

“Tujuan pembiayaan untuk belanja modal, untuk kebutuhan korporasi penerima pinjaman secara umum, termasuk namun tidak terbatas pada kebutuhan modal kerja,” papar Sekretaris Perusahaan TOWR Irfan Ghazali.

Dalam penjelasan tersebut, Irfan menyebut pinjaman dari BTPN dapat digunakan untuk keperluan entitas anak Protelindo seluruhnya, atau bisa dibagi dengan dua entitas anak TOWR lain yakni Iforte dan STP, dengan masing-masing maksimal Rp500 miliar.

Sementara pinjaman dari CIMB Niaga murni diteken dan hanya dapat dialokasikan untuk Protelindo, anak usaha TOWR di bidang penyewaan menara. Namun dalam perjanjian tersebut, Iforte dan STP akan tetap berpartisipasi sebagai penjamin bagi kewajiban Protelindo.

“Perolehan syarat dan kondisi pembiayaan yang baik bagi masing-masing Protelindo, STP maupun Iforte diharapkan dapat membawa dampak positif bagi masing-masing perusahaan dimaksud, dan karenanya membawa dampak positif bagi perseroan [TOWR],” tambah Irfan.

 

 

Prospek TOWR

Seperti diketahui, TOWR melalui anak usahanya, Protelindo, mengakuisisi saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk. (SUPR) sebanyak 1,06 miliar saham atau sama dengan 94,03% dari modal ditempatkan dan disetor. Pengambilalihan saham ini dilakukan melalui proses lelang kompetitif selama 4 bulan, dan Protelindo telah terpilih menjadi pemenang lelang.

Harga pembelian saham SUPR oleh TOWR adalah Rp15.640 per saham. Dengan demikian unit usaha Grup Djarum itu mengeluarkan modal hingga Rp16,72 triliun. Penyelesaian transaksi pengambilalihan saham dilaksanakan pada 1 Oktober 2021.

Dengan aksi  korporasi itu, TOWR mendapatkan tambahan menara milik SUPR. Sampai dengan akhir 2020, SUPR memiliki 6.422 menara dengan penyawaan site menara 12.145 kali. Selain itu, rasio penyewaan menara sebesar 1,89 kali dengan jaringan serat kabel optik 6.277 kilometer.

Sebanyak 63% dari menara SUPR terpusat di Jawa dengan 13% di antaranya adalah Jakarta. Sementara itu, 24% sisanya berada Sumatra dan 13% lainnya wilayah Indonesia Timur.

Dengan aksi korporasi itu, Wakil Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Adam Ghifari optimistis kinerja perseroan bakal makin ciamik pada kuartal IV/2021. Hal itu karena perseroan mulai mengonsolidasikan laporan buku kedua perusahaan.

Di sisi lain TOWR melalui anak usaha Protelindo telah menjadi penjamin bagi SUPR untuk mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar Rp5,25 triliun. Manajemen SUPR pun menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh antara 8% sampai dengan 11%. Mengacu pada torehan semester I/2021, perseroan telah mampu merealisasikan target dengan tumbuh 11% menjadi Rp1,04 triliun.

Adapun target pendapatan hingga akhir tahun berpotensi naik menjadi Rp2,11 triliun dibandingkan dengan torehan 2020 Rp1,92 triliun. Dengan begitu, potensi pemasukan TOWR bertambah berkali lipat.

Selain itu, SUPR dalam fase penambahan menara baru sebanyak 200-300 menara. Untuk jaringan fiber, SUPR mentargetkan penambahan sebanyak 3.000 kilometer tahun ini.

Sementara itu, TOWR mampu mencetak pendapatan sebesar Rp6,06 triliun pada akhir September 2021. Jumlah tersebut naik 9,1% dibandingkan dengan 9 bulan 2020 sebesar Rp5,55 triliun.

Pendapatan sewa menara masih menjadi motor utama dengan torehan mencapai Rp5,63 triliun. Pelanggan utama dari lini bisnis tersebut yaitu PT XL Axiata Tbk. (EXCL) sebesar Rp1,7 triliun atau 28% dari total pendapatan.

Kemudian, PT Hutchison 3 Indonesia sebesar Rp1,6 triliun atau setara kontribusi 26%. Ada pula anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), yaitu Telkomsel, berkontribusi 14% yang setara Rp848,9 miliar.

Selain kinerja top line yang terus bertumbuh, bottom line  perseroan juga mencetak performa yang baik. Total laba bersih yang diraup oleh TOWR hingga kuartal III/2021 mencapai Rp2,57 triliun, naik 28,78% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,98 triliun.

Analis Henan Putihrai Steven Gunawan sebelumnya menilai posisi keuangan TOWE yang low-financial-leverage memang memberikan ruang bagi perseroan untuk menjaring pendanaan lebih lanjut. Meskipun ada risiko beban pembayaran bunga utang dapat membengkak seiring kebutuhan pendanaan untuk membiayai ekspansi berkelanjutan dan refinancing utang.

Namun, risiko tersebut setara dengan jumlah menara TOWE yang tumbuh sangat signifikan. “Walaupun menggunakan utang untuk mengakuisisi SUPR, kami mengekspektasikan jumlah menara TOWR bertumbuh menjadi lebih dari 28.000 unit pada tahun depan, dibanding TBIG hanya 20.000,” katanya.

Steven pun merekomendasikan beli bagi TOWR dengan merevisi target harga dari Rp1.575 menjadi Rp1.650 per saham. Jumlah penyewa juga meningkat mencapai 53.000 sedangkan rasio tenansi diestimasikan meningkat menjadi 1,89 kali dari saat ini 1,86 kali.

Sementara itu, analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pihaknya menaikan asumsi pendapatan TOWR dengan adanya penambahan 6.410 menara baru dan kolokasi 1,87 kali yang diberikan SUPR. Dia pun mematok target harga lebih tinggi Rp2.150 dari posisi sebelumnya Rp1.170. 

Pada tahun depan, Hendriko memperkirakan pendapatan TOWR mampu tembus Rp10,24 triliun dengan laba bersih Rp3,9 triliun. Selain itu, price earning ratio berada di kisaran 14,9 kali dengan dividend yield 2,9%.

Analis Indo Premier Hans Tio juga mengatakan setelah mengakuisisi SUPR, kinerja keuangan TOWR akan meningkat hingga Rp10,76 triliun pada top line. Adapun bottom line perseroan diperkirakan mencapai Rp3,85 triliun. Hans merekomendasikan beli TOWR dengan target harga Rp1.590 per saham.

 

 

Buka Peluang Konsolidasi Menara

Sebelumnya Adam mengatakan bahwa perseroan membuka peluang untuk terus melakukan aksi konsolidasi menara. Menurutnya, proses konsolidasi itu akan bergantung pada ketersediaan menara untuk dijual dan adanya penawaran untuk hal tersebut.

Selain itu, TOWR tidak mematok angka pasti terkait target jumlah menara yang akan dikonsolidasikan di bawah Protelindo. “Ini bergantung pada kapan tersedianya penawaran tower untuk dijual. Kami tidak mengendalikan proses tersebut, termasuk waktu terjadinya dan nilainya,” katanya.

TOWR baru-baru ini menyelesaikan konsolidasi menara dengan membelinya dari tiga entitas di bawah Protelindo, yakni PT Iforte Solusi Infotek (Iforte), PT Komet Infra Nusantara (KIN), dan PT Quattro International (Quattro).

Melalui Iforte, Protelindo membeli 1 menara telekomunikasi yang dimiliki Iforte senilai Rp971,64 juta. Protelindo juga membeli 241 unit menara telekomunikasi dari KIN senilai Rp262 miliar.

Pembayaran atas transaksi ini dilakukan atas dua tahap. Pertama, Rp10 miliar dibayarkan pada saat penandatanganan perjanjian. Kedua, pelunasan sebesar Rp252 miliar akan dibayarkan enam bulan setelah tanggal perjanjian tersebut.

Selanjutnya, melalui Quattro, Protelindo membeli 10 unit menara telekomunikasi dengan nilai transaksi Rp14,46 miliar. Manajemen menjelaskan, transaksi ini dilakukan untuk mengkonsolidasikan menara telekomunikasi kepada Protelindo. Melalui transaksi di atas, maka Protelindo dapat meningkatkan efisiensi penerimaan arus kas.

“Hal tersebut secara konsolidasi dapat berdampak positif bagi kegiatan usaha perseroan,” demikian kutipan keterangan tersebut pada awal November 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.