Tren Positif Pembiayaan Hunian

Kalangan lembaga pembiayaan perumahan menyiapkan berbagai strategi guna memaksimalkan kinerja sebagai respons atas sejumlah insentif pemerintah untuk mendorong sektor properti residensial pada masa pandemi.

Roni Yunianto

26 Sep 2021 - 08.16
A-
A+
Tren Positif Pembiayaan Hunian

Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis - Abdullah Azzam

Bisnis, JAKARTA - Kalangan lembaga pembiayaan perumahan menyiapkan berbagai strategi guna memaksimalkan kinerja sebagai respons atas sejumlah insentif pemerintah untuk mendorong sektor properti residensial pada masa pandemi.

Insiatif tersebut termasuk insentif pajak pertambahan nilai (PPN), pelonggaran rasio loan to value (LTV), hingga pelonggaran aset tertimbang menurut risiko (ATMR).

Pada pertengahan Agustus lalu, pemerintah juga telah memutuskan untuk memperpanjang insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah hingga akhir tahun untuk pembelian rumah tapak dan susun baru yang diserahkan dalam kondisi siap huni.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Kurniawan Agung Wijayanto, mengatakan bahwa kondisi industri real estat secara keseluruhan pada Juli tahun ini lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

"Pertumbuhan KPR meningkat seiring stimulus kebijakan yang diberikan oleh pemerintah, BI, dan otoritas terkait. Walaupun kembali terkontraksi akibat PPKM , tapi seiring dengan demand yang tinggi, ini diperkirakan akan kembali menguat," katanya.

Dalam laporan Bank Indonesia, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR)/kredit pemilikan apartemen (KPA) per Juni tercatat Rp542,9 triliun atau tumbuh 7,2% secara tahunan.

Kondisi ini mengalami kenaikan dari penyaluran kredit KPR/KPA sebesar Rp537,6 triliun pada bulan sebelumnya dengan pertumbuhan 6,2%. BI mencatat bahwa kenaikan penyaluran KPR didorong meningkatnya permintaan kredit tipe rumah di atas 70 meter persegi. Perbankan optimistis terhadap pertumbuhan penyaluran KPR tahun ini seraya menyiapkan berbagai upaya untuk memfasilitasi kebutuhan nasabah untuk memiliki hunian.

Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, insentif yang diberikan itu sejalan dengan peran BTN sebagai bank spesialis pembiayaan perumahan, yang menunjukkan kinerja baik sepanjang tahun berjalan, terutama dalam urusan penyaluran KPR.

Pada semester pertama 2021, BTN telah menggelontorkan KPR Subsidi untuk pembiayaan 86.000 unit rumah, yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pada awal Agustus, perseroan juga mendapat tambahan kuota 18.500 unit skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan untuk kuartal ketiga 2021.

Adapun, berdasarkan laporan keuangan BTN per semester pertama tahun ini, KPR subsidi tercatat naik 11,7% year-on-year (yoy) menjadi Rp126,9 triliun. Begitu juga dengan kPR Non-Subsidi yang tumbuh 0,9% yoy menjadi Rp80,59 triliun.

Sementara itu, Director Consumer and Commercial Lending BTN Hirwandi Gafar menyatakan, perseroan masih melihat kebutuhan rumah yang cukup tinggi. Selain karena banyak pasangan milenial baru yang membutuhkan rumah, tren work from home juga banyak mendorong masyarakat mulai lebih gencar pindah ke rumah pribadi.

"Jadi kalau dilihat sekarang ini, pertumbuhan kredit BTN justru di rumah yang tinggi. Bicara sektor perumahan, kita bisa lihat dari tahun ke tahun terjadi peningkatan permintaan," ujarnya.

Kendati demikian, dia menyebut, pandemi memberikan tantangan bagi bank, pengembang, dan nasabah untuk berinteraksi secara langsung dalam proses kepemilikan rumah. Oleh sebab itu, lanjutnya, BTN menyiapkan serangkaian upaya seperti menggelar acara virtual yang menggandeng 100 pengembang rumah tapak dan hunian vertikal, menawarkan properti di berbagai wilayah kepada nasabah. Menurutnya, acara virtual seperti ini mampu memfasilitasi pertemuan antara para pengembang dengan konsumen.

Selain itu, paparnya, perseroan juga menyiapkan berbagai kemudahan kepada nasabah untuk memiliki hunian impian. Ini termasuk menawarkan suku bunga mulai 4,5%, bebas uang muka, bebas biaya provisi, bebas angsuran pokok, same day approval, dan lain sebagainya.

CATAT PERTUMBUHAN

Pertumbuhan kredit pemilikan hunian pada tahun ini diamini oleh Director Consumer Banking PT CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan yang mengatakan bahwa perusahaan mencatatkan pertumbuhan KPR sebesar 7% pada semester pertama tahun ini.

Menurutnya, tingkat kebutuhan hunian masyarakat masih cukup tinggi kendati kondisi pandemi dan pemberlakuan pembatasan masih berlangsung. Oleh sebab itu, CIMB Niaga menyambut baik kebijakan relaksasi pajak dari pemerintah.

"Ini cukup membantu tetap menjaga minat masyarakat untuk membeli hunian, sekaligus berdampak ke KPR," ujarnya.

Lani menuturkan bahwa kendala dalam urusan kepemilikan rumah yang dialami selama dua bulan terakhir - periode penetapan PPKM - termasuk penandatanganan akad dan kunjungan rumah dari konsumen.

Oleh karena itu, paparnya, CIMB Niaga banyak menyelenggarakan acara virtual dengan para pengembang properti, agen properti, dan nasabah untuk terus berkoordinasi serta melakukan promosi, baik untuk hunian primer dan sekunder.

Kendati optimistis terhadap pertumbuhan pembiayaan KPR, Lani menyebut bahwa CIMB masih mempertahankan target tahunannya sebesar 7,5% untuk KPR hingga akhir tahun ini. "Sejauh ini kami belum melakukan revisi dan masih sesuai dengan target," katanya.

EVP Consumer Loan Group Head PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Ignatius Susatyo Wijoyo menyebutkan, kenaikan serupa. Menurutnya, perseroan tetap mengupayakan pertumbuhan kinerja KPR positif sebagai strategi mendorong kinerja kredit konsumer secara keseluruhan.

Realisasi pencairan KPR Bank Mandiri hingga semester pertama tahun ini, papar Susatyo, mencapai Rp4,1 triliun. Angka ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan realisasi Rp2,4 triliun. Sementara itu, baki debet juga mengalami peningkatan hingga Juni 2021.

Dia menuturkan bahwa kondisi saat ini sangat berbeda dengan tahun lalu, ketika baru pandemi mulai merebak dan masyarakat menjadi panik sehingga menahan semua pembelian, termasuk properti. Selain itu, pengembang juga melakukan kalkulasi dan penghitungan ulang.

Adapun, saat ini aktivitas ekonomi relatif lebih bergeliat dan masyarakat mulai mampu mengontrol arus kas. Selain itu, berbagai insentif juga diberikan oleh pemerintah sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk pembiayaan KPR.

"Perpanjangan PPN DTP juga akan memancing pengembang untuk membangun properti dengan cepat untuk bisa memanfaatkan fasilitas yang ada. Jadi, walaupun daya beli masyarakatnya masih belum benar-benar normal, mereka akan tetap diuntungkan," katanya.

Adapun untuk mengiringi insentif yang ada saat ini, lanjut Susatyo, Bank Mandiri telah menyiapkan sejumlah program guna mendorong kinerja KPR perseroan. Ini termasuk KPR Milenial dengan angsuran berjenjang dan opsi bayar bunga dulu lalu bayar cicilan pokok setelah serah terima rumah.

Selain itu, ada juga program dengan LTV hingga 100% bagi pegawai rekanan Bank Mandiri. Dia melanjutkan salah satu program baru yang dilakukan adalah KPR khusus bagi karyawan kontrak profesional. "Kami juga akan join dengan salah satu ecommerce rumah mengadakan pameran daring. Kami akan kasih spesial treatment, bunga khusus, LTV khusus, dan yang lainnya," katanya.

Susatyo menambahkan, sejumlah pembatalan (cancellation) terhadap nasabah KPR di saat pandemi dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian bank. Namun, pembatalan hanya dilakukan pada debitur yang terdampak sehingga bank tidak mungkin menyalurkan pembiayaan dengan ketiadaan penghasilan untuk melakukan cicilan.

Menurutnya, kasus gagal bayar saat ini juga sudah berkurang dibandingkan dengan periode awal pandemi. Menurutnya, kini masyarakat sudah lebih siap dan kreatif menghadapi situasi yang serba tidak pasti.

Di samping itu, penerapan protokol kesehatan dan program vaksinasi juga membantu pemulihan aktivitas ekonomi yang pada akhirnya mendorong konsumsi masyarakat untuk berbagai kebutuhan, termasuk pembiayaan KPR mereka. Hal ini juga sekali lagi didorong oleh sejumlah stimulus yang dikeluarkan pemerintah.

"Bank Mandiri optimistis ini akan terus tumbuh hingga akhir tahun, karena rumah adalah kebutuhan utama dan potensinya masih cukup tinggi baik di pasar primer maupun sekunder. Kami kira juga sekarang adalah waktu yang tepat untuk membeli rumah karena banyak insentif dan harganya relatif lebih murah," tuturnya. (Syaiful Millah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.