Tuah Diversifikasi Bisnis Ala Erajaya Swasembada (ERAA)

Emiten peritel PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) semakin aktif melakukan diversifikasi bisnis ke sejumlah sektor pada tahun ini. Ekspansi tersebut diyakini akan berimbas positif terhadap kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Lorenzo Anugrah Mahardhika

23 Des 2021 - 19.04
A-
A+
Tuah Diversifikasi Bisnis Ala Erajaya Swasembada (ERAA)

Gerai JD Sports, peritel asal Inggris yang bekerja sama dengan PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA).

Bisnis, JAKARTA — Diversifikasi bisnis yang dijalankan oleh emiten ritel PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) sepanjang tahun ini bakal membuka banyak saluran keuntungan baru yang mempertebal pundi-pundinya di masa depan.

Salah satu sektor baru yang dirambah oleh ERAA adalah bisnis apotek. Melalui anak usahanya, Erajaya Beauty and Wellness (EBW), ERAA membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk membangun bisnis apotek.

EBW bekerja sama dengan CARiNG Pharmacy Retail Management Sdn Bhd (CPRM), anak perusahaan 7-Eleven Malaysia Holdings Berhad. Keduanya sepakat membangun PT Era Caring Indonesia yang akan bekerjasama dengan PT Era Farma Indonesia dalam menjalankan jaringan apotek dan layanan kesehatan dengan nama Apotek Wellings.

Erajaya merencanakan outlet Apotek Wellings pertama di Indonesia akan dibuka pada kuartal kedua 2022 di Jakarta. Lalu akan disusul dengan lokasi lain di kota-kota utama Indonesia. Mereka berharap Apotek Wellings akan membawa revolusi di industri ritel apotek dan produk farmasi.

Proyeksinya, apotek Wellings akan menyediakan layanan pengisian resep, konsultasi obat, nutrisi, suplemen dan produk kesehatan lainnya, konsultasi kesehatan dan rehabilitasi, dengan pengalaman berbelanja yang nyaman dan harga yang kompetitif, dikawal oleh tenaga apoteker full time yang standby untuk memberikan konsultasi aktif pada konsumen.

Selain itu, unit bisnis anyar tersebut akan mengoperasikan platform e-commerce terbaik di kelasnya untuk memastikan pengalaman konsumen yang terintegrasi.

Elly Kohardjo, CEO of Erajaya Beauty & Wellness mengatakan senang dapat membentuk joint venture dengan Caring Pharmacy, pemimpin di area healthcare retail di Malaysia.

“Inovasi dan strategi ekspansi mereka sejalan dengan visi kami untuk menjadi market leader di area wellness and beauty, dengan mengubah cara pikir dan meningkatkan kesadaran masyarakat luas akan gaya hidup sehat,” katanya dalam keterangan resmi.

Tidak hanya ke bisnis apotek, ERAA juga masuk ke sektor kuliner dengan mengumumkan pembentukan perusahaan patungan bersama Paris Baguette (PB).

Melalui kerja sama PB dan anak usaha ERAA, Erajaya Food & Nourishment, Paris Baguette sebagai fast-casual bakery populer dari Korea Selatan yang terkenal dengan kue, roti dan cake yang inovatif dan berkualitas, resmi memasuki pasar Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai basis ke empat Paris Baguette di Asia Tenggara.

CEO of Erajaya Food and Nourishment Gabrielle Halim mengatakan, masuknya Paris Baguette ke Indonesia membawa angin segar ke industri F&B. Dengan menghadirkan konsep kuliner yang berbeda dan koleksi makanan lezat yang dibuat dengan bahan-bahan premium, akan memuaskan cita rasa pengagumnya.

Outlet Paris Baguette yang pertama di Indonesia telah dibuka pada November 2021 di Jakarta, dan akan dioperasikan oleh anak perusahaan EFN, Era Boga Patiserindo.

Adapun, hingga kuartal III/2021, ERAA juga masih mencatatkan kinerja yang positif. Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, ERAA mencetak pendapatan sebesar Rp31,18 triliun atau naik 34,57 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp23,17 triliun.

Perseroan mencatatkan laba usaha per kuartal III/2021 naik menjadi Rp1,17 triliun dari Rp585,31 triliun. Perseroan juga berhasil mencatatkan bagian laba dari entitas asosiasi dari posisi rugi pada periode yang sama tahun lalu.

Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 9 bulan 2021 menjadi Rp719,2 miliar naik 143,7 persen dibandingkan dengan Rp295,11 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, ekspansi ERAA di sektor restoran dan apotek memiliki prospek yang positif di tahun-tahun mendatang. Secara khusus Frankie menyoroti ekspansi ERAA ke sektor apotek.

Menurutnya, kolaborasi ERAA dengan Caring Pharmacy Retail Management Sdn Bhd (CPRM) yang merupakan anak perusahaan 7-Eleven, dan pembukaan adalah hal yang baik. Hal ini karena ERAA tepat dalam memilih mitra kerja sama yang sudah sangat berpengalaman dalam bisnis jaringan ritel dan fasilitas pelayanannya di setiap gerainya.

“Apalagi dalam masa-masa ini masyarakat sudah mulai melek kesehatan, sehingga kebutuhan dan permintaan obat-obatan dan suplemen naik signifikan,” katanya saat dihubungi pada Kamis (23/12).

Selain itu, prospek penjualan smartphone dan tablet yang menjadi inti bisnis ERAA juga diprediksi tetap optimal hingga akhir tahun. Hal ini seiring dengan pergeseran gaya hidup masyarakat di tengah pandemi virus corona menuju digitalisasi yang juga berfokus pada pembuatan konten.

Kegemaran masyarakat dalam membuat konten membuat permintaan smartphone dan tablet meningkat. Selain itu, kelonggaran kebijakan PPKM dan menurunnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia, membuat masyarakat mulai berbelanja langsung di gerai-gerai milik ERAA.

Seiring dengan hal tersebut Frankie merekomendasikan investor untuk membeli (buy) saham ERAA. Menurutnya, valuasi saham ERAA saat ini masih murah dan memiliki potensi untuk naik.

“Secara teknikal berada pada level support kuat di level Rp600, saya memasang target harga pada level Rp800,” ujarnya.


KATALIS POSITIF

Sementara itu, laporan dari RHB Sekuritas menyebutkan, prospek kinerja ERAA ke depannya masih positif. 

Salah satu katalis positif untuk ERAA dalam jangka pendek adalah rilis produk iPhone 13 yang akan terlihat pada kinerja perusahaan pada kuartal IV/2021 dan kuartal I/2022.

Secara historis, kebanyakan produk utama Apple cenderung dirilis pada akhir tahun. Hal ini tercermin dari performa ERAA yang cenderung membukukan margin optimal pada kuartal awal dan kuartal akhir.

“Sebagai salah satu produk high-end yang market share-nya mulai meningkat di Indonesia, penjualan iPhone 13 yang lebih tinggi akan berimbas positif bagi margin ERAA,” demikian kutipan laporan tersebut.

Laporan tersebut melanjutkan, sektor ritel masih akan menjadi kontributor utama penerimaan perusahaan. ERAA telah menutup sekitar 300 toko selama PPKM, sekitar 20 persen hingga 30 persen dari total keseluruhan toko yang dimiliki ERAA.

Seiring dengan hal tersebut, kontribusi sektor ritel terhadap penerimaan ERAA menurun dari 50 persen menjadi sekitar 40 persen. Meski demikian, kini traffic pada toko-toko ERAA mulai menguat dan kembali ke level sebelum terjadinya pandemi virus corona.

Selain itu, ERAA dinilai terus melanjutkan ekspansinya pasca-PPKM darurat dengan membuka sejumlah toko baru dan membuka kembali outlet yang sebelumnya ditutup. RHB Sekuritas memprediksi, dengan laju ekspansi saat ini, ERAA dapat membuka sekitar 200 – 300 outlet baru dalam 5 tahun ke depan.

Pembukaan outlet dengan skema waralaba (franchise) yang dilakukan perusahaan juga dapat berimbas positif bagi kinerja ERAA. Saat ini, ERAA memiliki 15 outlet yang dibuka dengan skema franchise.

Sementara secara jangka panjang, ia menyoroti langkah ERAA melakukan diversifikasi bisnis di luar smartphones dan tablet juga bisa jadi katalis positif. 

Selain  Apotek Wellings dan Paris Baguette, bulan Juli lalu ERAA membeli 20 persen kepemilikan saham pada PT Sushi Tei Indonesia.

Saat ini, ERAA juga menjadi operator dari 35 toko The Face Shop dan menargetkan untuk membuka gerai JD Sports yang merupakan retailer untuk produk sports-fashion yang telah beroperasi di berbagai negara.

Meski margin dari bisnis ini masih cenderung kecil, tetapi prospeknya dalam jangka panjang diyakini positif. RHB Sekuritas meyakini sinergi ERAA dengan ekosistem ini akan berdampak optimal bagi kinerjanya.

“Kami menilai diversifikasi bisnis ini, berpotensi meningkatkan margin keuntungan ERAA seiring dengan sifat bisnisnya yang memiliki margin tinggi dan negosiasi penyewaan yang lebih baik,” demikian kutipan laporan tersebut.

Seiring dengan hal tersebut, RHB Sekuritas menyematkan rating beli (buy) dengan target harga Rp1.100 dari sebelumnya Rp1.000. Target harga ini merepresentasikan upside sebesar 79 persen.

Sementara itu, riset dari NH Korindo Sekuritas Indonesia memaparkan, kinerja perusahaan hingga kuartal III/2021 terbilang apik seiring dengan kemampuan ERAA menjaga momentum pertumbuhan yang ditopang oleh penjualan smartphone.

Hal tersebut berimbas pada kenaikan margin laba kotor sebesar 10,2 persen dan margin laba bersih pada 2,6 persen. Penjualan dari sebagian besar segmen produk terpantau naik, kecuali produk operator yang turut berkontribusi terhadap capaian penjualan bersih perusahaan sebesar Rp21,1 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Lebih lanjut, prospek ERAA ke depannya juga ditopang oleh implementasi International Mobile Equipment Identity (IMEI). Menurut laporan tersebut, pemberlakuan IMEI akan berimbas pada kenaikan harga jual rata-rata smartphone dan tablet.

“Seiring dengan hal tersebut, kami melihat adanya pertumbuhan harga jual rata-rata sekitar 20 persen per tahunnya, yang berdampak pada kenaikan CAGR sebesar 13,1 persen dalam 2 tahun mendatang,” demikian kutipan laporan tersebut.

Sementara itu, ekspansi ERAA ke sektor-sektor seperti kosmetik melalui The Face Shop dan makanan-minuman melalui Paris Baguette diyakini akan memperkuat kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Terkait pembukaan outlet The Face Shop, laporan tersebut menilai kerja sama ini cukup menjanjikan mengingat prospek bisnis kecantikan dan gaya hidup yang sangat menjanjikan selama beberapa waktu ke depan.

Selain itu, upaya ERAA membuka outlet dengan konsep Erafone Cloud Retail Partner juga dapat menjadi katalis positif. Menurut laporan tersebut, strategi ini memungkinkan perusahaan memasuki pasar baru dengan risiko yang lebih rendah.

Adapun sistem Erafone Cloud Retail Partner mengusung konsep kemitraan dengan investor lokal, tetapi dikelola dan dioperasikan oleh tim Erafone.

“Strategi ini masih memerlukan waktu sebelum hasilnya terlihat pada pertumbuhan top line perusahaan,” ujarnya.

Adapun, NH Korindo Sekuritas Indonesia menyematkan rating overweight pada sektor ritel dan target harga Rp850 untuk ERAA. NH Korindo memprediksi ERAA dapat membukukan pendapatan sebesar Rp42,1 triliun hingga akhir tahun ini, atau naik 23,4 persen dibandingkan perolehan tahun lalu.

ERAA diproyeksikan membukukan laba bersih sebesar Rp973 miliar hingga akhir tahun 2021. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan catatan pada tahun 2020 lalu senilai Rp612 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.