Tuah PPnBM, Industri Komponen Otomotif Tak Lagi Gigit Jari

Sebelum terjadi pandemi Covid-19 IKM komponen otomotif mencatat penjualan yang tinggi. Sayangnya, setelah terjadi pandemi penjualan tinggal 20% dari biasanya.

5 Mei 2021 - 15.16
A-
A+
Tuah PPnBM, Industri Komponen Otomotif Tak Lagi Gigit Jari

Pekerja di lini perakitan di Pabrik Sohari. /Kia Motors

Bisnis, JAKARTA — Kinerja industri komponen kendaraan bermotor terpantau mulai perkasa sejak pemerintah menerapkan diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) pada Maret 2021.

Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, permintaan pembelian (purchase order) terhadap kendaraan roda empat dengan kapasitas mesin 1.500 CC pada Maret naik cukup signifikan, yaitu 190% dibandingkan dengan Februari.

Adapun, pemerintah memberikan relaksasi PPnBM sepanjang 1 Maret—31 Desember 2021 untuk kendaraan bermotor roda empat dengan kapasitas mesin sampai 1.500 CC. Sejak 1 April, relaksasi tersebut telah diperluas untuk kendaraan dengan kapasitas mesin 2.500 CC.

Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Industri Kecil-Menengah Komponen Otomotif (PIKKO) Wan Fauzi mengamini pelaku usaha komponen otomotif mulai merasakan kenaikan permintaan. Alhasil, utilisasi pabrikan komponen otomotif saat ini sudah berkisar di level 70%.

PIKKO sebelumnya mencatat sejak akhir 2020, permintaan industri otomotif memang mulai kembali berdatangan. Hingga awal tahun ini, utilisasi pun sudah meningkat ke level 60% dari sebelumnya di bawah 50%.

"Sekarang memang sudah ada kenaikan meski belum 100%. Utilisasi sudah sekitar 70%, baik untuk motor atau mobil," katanya, Senin (19/4/2021).

Sayangnya, Fauzi menyebut pelaku usaha komponen masih menghadapi sejumlah tantangan harga material yang belum turun sejak awal tahun lalu. Menurutnya, harga material masih berkisar Rp15.000—Rp16.000 dari yang sebelumnya hanya Rp11.000.

Menurut Fauzi, kenaikan tersebut hanya terjadi pada material dari dalam negeri. Sebaliknya, harga material impor lebih stabil dan bahkan cenderung turun.

Untuk itu, Fauzi pun meminta produsen baja lokal agar kembali mempertimbangan pemberian harga jual mengingat kondisi sulit yang masih dihadapi industri penggunanya.

"Sebenarnya kami juga belum tahu kenapa bisa material lokal masih mahal, mungkin dari Krakatau Steel-nya atau seperti apa. Harapan kami bisa diturunkan [harganya]," ujar Fauzi.

Dengan kondisi di atas, Fauzi mengemukakan perusahaan komponen tak jarang meminta pada pemesan agar melakukan pembelian material sendiri sehingga industri komponen tinggal merakit saja. Sebab, sistem pesan selama tiga bulan membuat industri komponen tak bisa melakukan kenaikan harga secara tiba-tiba. 

PENGAWASAN KETAT

Lebih lanjut, Fauzi mendesak pemerintah untuk melakukan pengawasan ekstraketat sebelum merilis kebijakan pemberian kemudahan impor bahan baku bagi industri skala kecil menengah atau IKM yang melakukan kegiatan produksi.

Untuk diketahui, belum lama ini Kementerian Perindustrian melakukan sosialisasi bahwa IKM nantinya juga mendapat jaminan kemudahan bahan baku untuk kegiatan produksi.

Untuk itu, bagi industri komponen yang juga memiliki produk yang dijual langsung pada konsumen atau tidak melalui APM dapat mengajukan kebutuhan bahan bakunya.

"Kebijakan ini akan bagus karena nanti tidak perlu izin-izin lagi, kebutuhan UKM yang sedikit juga akan dilakukan dengan koordinator. Namun, hal yang perlu ditegaskan di sini pengawasannya, jangan sampai ada terselip barang-barang jadi yang akan merugikan industri."

Fauzi pun berharap dengan kebijakan di atas, industri dalam negeri menjadi lebih berdaya saing, khususnya industri hulu yang menyediakan bahan baku.

Fauzi menyebut saat ini industri juga masih mencari cara agar mampu memenuhi kebutuhan pembayaran tunjangan hari raya (THR) yang dibayarkan dalam waktu dekat. Sebab, jika otomotif terus melaju hingga akhir tahun maka diproyeksi tahun depan akan sudah mulai dalam kondisi normal.

Sementara itu, peningkatan order yang terjadi sepanjang tahun ini tentu akan menjadi tambalan minus yang terjadi pada tahun lalu. 

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengamini kondisi industri komponen otomotif mulai menunjukkan tren positif pascakebijakan diskon pajak pembelian mobil.

Dia mengatakan sebelum terjadi pandemi Covid-19 IKM komponen otomotif mencatat penjualan yang tinggi. Sayangnya, setelah terjadi pandemi penjualan tinggal 20% dari biasanya. Adapun tahun ini sampai Maret sebelum PPnBM penjualan sebesar 40%—50% dari sebelum ada pandemi.

"Namun, setelah adanya regulasi PPnBM penjualan naik menjadi 70%—80%, tetapi belum 100% sebelum ada pandemi," ujarnya.

Kegiatan di pabrik mobil./dok

LANJUTKAN BMDTP

Di sisi lain, Ketua Umum Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hamdhani Dzulkarnaen Salim berharap pemerintah meneruskan program bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) untuk membantu dunia usaha yang saat ini kinerjanya belum maksimal.

"Utilisasi secara umum belum kembali ke level 2019 walaupun harapannya akan terus membaik. Tantangannya adalah harga material yang cenderung naik dan adanya masalah logistik baik vessel, kontainer, dan lainnya sehingga cost material yang sebagian masih impor menjadi naik," katanya.

GIAMM mencatat saat ini 90% bahan baku industri kompoen otomotif masih disuplai dari impor. Selain itu, skala keekonomian industri bahan baku komponen otomotif belum terpenuhi oleh permintaan dalam negeri.

Untuk itu, Hamdani menyebut asosiasi sudah sampaikan untuk meneruskan program BMDTP material karena dalam kondisi loading belum optimal dan naiknya harga material akan sangat membantu jika ada program tersebut.

Tak hanya BMDTP, dia juga mengharapkan sejumlah kebijakan relaksasi PPh 21 diperpanjang mengingat kondisi yang belum normal.

"Kalau sampai akhir tahun kami mengharapkan kenaikan penjualan dibandingkan dengan tahun lalu apalagi dengan adanya relaksasi PPnBM yang harapannya akan berdampak positif terhadap penjualan," ujarnya.

Hamdani sebelumnya menyebut kunci agar industri komponen otomotif hidup kembali, adalah pasar harus tetap berjalan. Penjualan kendaraan roda empat dan roda dua harus diupayakan bertumbuh.

Menurut Hamdhani, industri otomotif perlu menghadapi 2021 dengan adaptasi dan inovasi, demi bisa bangkit kembali.

"Besar harapan kami pada 2021 akan lebih baik dengan perkembangan pasar yang signifikan. Sementara itu, di sisi operasional, kita juga harus mengimplementasikan prokes yang mempengaruhi produktivitas."

Dia memaparkan data mengenai perkembangan penjualan di sektor otomotif nasional. Seiring dengan ekonomi Indonesia yang terkontraksi -2,07% pada 2020, pasar otomotif terdampak dengan penurunan minat beli dan penundaan pengeluaran.

Terdapat sebanyak 532.000 unit kendaraan roda empat yang terjual (48,3%) dan sebanyak 3,6 juta unit kendaraan roda dua yang terjual (43,6%) pada tahun lalu.

Penurunan ini juga mempengaruhi utilisasi industri otomotif yang rendah. Produksi kendaraan roda empat mencapai 690 ribu termasuk 232 ribu unit ekspor dalam bentuk CBU (completely build-up) dan 53 ribu dalam bentuk CKD (completely knock-down).

Angka dinilai jauh di bawah kapasitas domestik 2,2 juta unit.

Sementara itu, produksi kendaraan roda dua jauh di bawah total market tertinggi yang pernah mencapai 8 juta unit pada tahun-tahun sebelumnya. Industri komponen pun mengalami penurunan terutama di kuartal kedua 2020.

Namun, kondisi ini sudah mulai membaik sejak kuartal tiga tapi masih belum kembali ke level sebelum pandemi. (Reportase: Ipak Ayu N.)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.