Tugas Berat Akselerasi Ekonomi RI Jadi Negara Maju

ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya 5% pada 2023 dan 2024 belum cukup mengejar visi menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju pada 2045.

Maria Elena

14 Des 2023 - 19.22
A-
A+
Tugas Berat Akselerasi Ekonomi RI Jadi Negara Maju

-Karyawan memotret logo Asian Development Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (8/4/2020)./Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Asian Development Bank (ADB) menilai pemerintah perlu mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 6%, sebagai prasyarat mencapai visi Indonesia untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju pada 2045.

Direktur ADB di Indonesia Jiro Tominaga mengatakan bahwa Indonesia telah berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat pascapandemi Covid-19, dari pertumbuhan yang terkontraksi sebesar -2,1% pada 2020 menjadi 5,3% pada 2022.

“Dengan tindakan yang tepat dan berani yang dilakukan pemerintah, pertumbuhan ekonomi kembali ke kisaran positif 3,7% pada tahun 2021 dan 5,3% pada tahun lalu,” katanya dalam acara Media Briefing, Kamis (14/12/2023).

Di sisi lain, ADB menilai bahwa tugas pemerintah selanjutnya adalah mengakselerasi pertumbuhan ekonomi ke 6%.

“Untuk mencoba menaikkan tingkat pertumbuhan dan pertumbuhan dari kisaran 5% menjadi 6% itu akan menjadi tantangan yang dihadapi dalam jangka menengah,” jelasnya.

ADB menilai reformasi struktural yang berkelanjutan perlu diupayakan untuk mendorong pengembangan sumber daya manusia dan produktivitas.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan iklim bisnis yang kondusif dan reindustrialisasi sektor manufaktur yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan.

EKONOMI TAHUN DEPAN

Pada 2023 dan 2024, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada level 5%, tetap kuat di tengah meningkatkan risiko dari sisi eksternal.

Pertumbuhan ekonomi akan didukung oleh konsumsi domestik dan investasi, seiring dengan kinerja ekspor yang mulai melemah akibat berakhirnya booming komoditas dan melemahnya permintaan di pasar global.

Jiro memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat pada level 5% pada 2023 dan 2024. Dia menyampaikan pertumbuhan ekonomi tersebut didukung oleh kondisi ekonomi makro domestik yang kuat, baik dari sisi fiskal maupun moneter, juga dari sisi pengelolaan utang.

“Jadi kami sangat yakin bahwa Indonesia akan terus mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang kuat di masa mendatang,” katanya.

ADB memperkirakan konsumsi domestik akan tetap kuat, dipengaruhi oleh inflasi yang rendah, fundamental rumah tangga yang stabil, dan pengeluaran pemilu 2024 oleh pemerintah dan partai politik. 

Baca Juga : Menutup Keran Stimulus di Kawasan Khusus 

Selain itu, investasi tetap akan terus meningkat seiring dengan percepatan proyek-proyek infrastruktur melalui Program Strategis Nasional (PSN) dan Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Sementara itu, Jiro mengatakan kinerja ekspor perlu diwaspadai ke depan. Selama pandemi Covid-19, ekspor komoditas telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Namun demikian, akibat adanya pelemahan di pasar global, Jiro memperkirakan pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bergeser ke arah permintaan domestik.

Peningkatan permintaan masyarakat atau kenaikan belanja juga dipengaruhi oleh normalisasi mobilitas masyarakat dan tingkat inflasi yang terjaga. 

Adapun, ADB memperkirakan tingkat inflasi di dalam negeri pada tahun ini akan terkendali pada kisaran target Bank Indonesia sebesar 2-4% pada akhir 2023.

Baca Juga : Bank Dunia Soroti Risiko Pelemahan Dagang pada 2024 

MERAMAL THE FED

Principal Economist ADB Arief Ramayandi mengatakan bahwa dengan data ekonomi AS saat ini, kecil kemungkinan suku bunga the Fed (Fed Funds Rate/FFR) kembali meningkat.

“Yang ada kemungkinannya mereka mulai untuk menurunkan suku bunga, cuma seperti yang Fed yang selalu sampaikan, suku bunga naik atau turun bergantung pada data dependent,” katanya dalam acara media briefing, Kamis (14/12/2023). 

Arief menjelaskan, jika melihat data hingga November 2023, laju inflasi di AS mulai mengalami penurunan. Harga minyak dunia pun diperkirakan stabil pada 2024 meski tetap tinggi, sehingga tidak ada faktor cost push inflation dari sisi harga minyak.

Dengan perkembangan tersebut, ADB memperkirakan laju inflasi akan terkendali di dalam negeri pada kisaran 3%. Oleh karena itu. imbuh Arief, tidak ada tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.

Selain itu, Bank Indonesia dinilai baru akan melakukan pelonggaran suku bunga acuan pada semester kedua 2024, mengikuti penurunan suku bunga AS.

Baca Juga : Dua Mata Pisau Insentif Fiskal 

“Amerika kemungkinan akan menurunkan suku bunga di pertengahan tahun depan, sekitar paruh kedua tahun depan, itu akan memberikan ruang bagi Indonesia untuk perlahan menurunkan suku bunganya,” kata Arief.

Adapun, inflasi umum di Indonesia tercatat melemah menjadi 2,3% secara tahunan pada September dan berada di level 2,6% pada Oktober karena base effect dari tahun lalu sehingga memperlambat inflasi pada harga energi. 

Sejalan dengan itu, inflasi inti di dalam negeri tetap rendah, berada di kisaran 2,0%, menunjukkan stabilitas harga  domestik. 

Menurut ADB, depresiasi rupiah dan belanja pemerintah menjelang Pemilu pada tahun depan dapat memberikan tekanan moderat pada inflasi. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diperkirakan tetap kuat pada tingkat 5% pada tahun ini dan tahun depan.

Dengan kondisi ekonomi yang kuat di dalam negeri dan gejolak eksternal yang diperkirakan tidak setinggi tahun lalu, sehingga nilai tukar rupiah juga diperkirakan relatif stabil di level sekitar Rp15.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.