Virus Krisis Evergrande Menular ke Developer Lain di China

Rontoknya developer raksasa China Evergrande ibarat virus yang melemahkan pengembang lainnya di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Nindya Nabila & M. Syahran W. Lubis

6 Okt 2021 - 19.36
A-
A+
Virus Krisis Evergrande Menular ke Developer Lain di China

Properti gedung-gedung bertingkat di China./Bloomberg

Bisnis, JAKARTA – Kekhawatiran tentang meningkatnya default utang oleh pengembang properti China melemahkan sentimen investor di tengah penurunan peringkat kredit baru dan ketidakpastian tentang nasib China Evergrande Group karena berebut untuk mengumpulkan uang tunai dengan menjual aset.

Evergrande menghadapi salah satu default terbesar di negara itu karena bergulat dengan lebih dari US$300 miliar utang. Perusahaan itu bulan lalu gagal melakukan pembayaran kupon pada dua tahap obligasi dolar AS.

Kemungkinan runtuhnya salah satu peminjam terbesar China itu memicu kekhawatiran risiko penularan ke sektor properti di ekonomi terbesar kedua di dunia, karena rekan-rekan yang sarat utang terpukul dengan penurunan peringkat karena gagal bayar.

Evergrande pada awal pekan ini meminta penghentian perdagangan sahamnya sambil menunggu pengumuman tentang kesepakatan besar. Evergrande Property Services Group juga meminta penghentian mengacu pada "kemungkinan penawaran umum" untuk saham perusahaan.

Global Times yang didukung Pemerintah China mengatakan Hopson Development adalah pembeli 51% saham dalam bisnis properti dengan nilai lebih dari HK$40 miliar, mengutip laporan media yang tidak disebutkan.

Evergrande menolak berkomentar menjelang pengumuman resmi, karena perdagangan saham perusahaan tetap ditangguhkan pada Selasa (5/10/2021).

Sementara investor menunggu konfirmasi divestasi saham Evergrande, pengembang China Sinic Holdings menjadi yang terbaru yang diturunkan peringkatnya oleh Fitch Ratings karena ketidakpastian pembayaran obligasi senilai US$246 juta yang jatuh tempo 18 Oktober.

Peringkat default emiten jangka panjang Sinic dipotong menjadi "C" dari "CCC", dan muncul setelah perusahaan mengumumkan bahwa anak perusahaan tertentu telah melewatkan pembayaran bunga pada pengaturan pembiayaan dalam negeri, Fitch mengatakan dalam laporannya pada Selasa (5/10/2021).

S&P Global Ratings juga menurunkan peringkatnya, dengan mengatakan perusahaan itu mengalami "masalah likuiditas yang parah dan kemampuan membayar utangnya hampir habis". Perusahaan kemungkinan akan default pada catatannya yang jatuh tempo pada 18 Oktober. Sinic menolak mengomentari penurunan peringkat tgersebut.

"Sejak krisis Evergrande, investor menjadi lebih khawatir dan fokus tentang kemampuan pembayaran pengembang China," kata Thomas Kwok, kepala bisnis ekuitas di pialang Hong Kong Chief Securities.

TAK BISA BERUTANG BARU

Masalah likuiditas meningkat karena banyak pengembang tidak dapat menerbitkan utang baru untuk dibiayai kembali, dan karena kemampuan mereka untuk mengumpulkan uang dari penjualan properti turun karena peraturan baru.

"Ini akan menjadi lingkaran setan bagi para pengembang yang tidak cukup kuat, karena tidak ada cukup likuiditas di pasar untuk semua orang," kata Kwok.

Dana US$5 miliar kemungkinan diperoleh Evergrande dari penjualan unit saham yang dilaporkan secara teoritis akan menutupi pembayaran obligasi lepas pantai jangka pendeknya. Perusahaan itu memiliki kupon obligasi US$500 juta yang jatuh tempo akhir tahun, diikuti obligasi yang jatuh tempo US$2 miliar pada Maret 2022.

Analis mengatakan potensi kesepakatan Evergrande menandakan perusahaan masih bekerja untuk memenuhi kewajibannya. Tetapi setiap penjualan asetnya akan semakin memperkuat kekhawatiran tentang sektor properti China lainnya dan ekonomi yang lebih luas.

Pembangun rumah China Fantasia Holdings kehilangan hampir setengah nilai pasar mereka dalam aksi jual besar-besaran obligasi berdenominasi dolar AS pada Senin, setelah dikatakan gagal melakukan pembayaran utang pasar internasional senilai US$206 juta tepat waktu.

Indeks utang imbal hasil tinggi China, yang didominasi oleh penerbit pengembang, mencapai level terendah sejak pandemi pada 2020 dan telah kehilangan hampir 20% sejak Mei.

Pasar Asia jatuh untuk sesi ketiga berturut-turut karena masalah Evergrande menambah kekhawatiran investor yang lebih luas tentang kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan dunia, sementara di Hong Kong rekan-rekan pengembang perusahaan berada di bawah tekanan baru.

Indeks yang melacak saham properti daratan yang terdaftar di Hong Kong turun 2,95% pada Selasa, dibandingkan dengan kenaikan 0,3% pada benchmark lokal.

Saham di Guangzhou R&F Properties dan Sunac China Holdings masing-masing turun 8 persen sementara yuan di luar negeri juga berada di bawah tekanan. Saham unit kendaraan listrik Evergrande turun setelah melonjak pada Senin.

Obligasi dolar AS Evergrande telah menguat sedikit selama beberapa hari terakhir, tetapi tetap pada tingkat tertekan di bawah US$30 sen.

FANTASIA HOLDINGS

Tentang Fantasia Fantasia Holdings Group, Bisnis.com yang mengutip Bloomberg menyebutkan bahwa developer tersebut tidak membayarkan obligasi senilai US$205,7 juta yang jatuh tempo pada 4 Oktober 2021.

Secara terpisah, perusahaan manajemen properti Country Garden Services Holdings Co mengatakan bahwa unit dari Fantasia juga tidak membayarkan pinjaman 700 juta yuan atau US$108 juta yang juga jatuh tempo pada hari yang sama. Dengan demikian, Fantasia terancam gagal bayar.

Dalam pernyataan, manajemen Fantasia akan menilai dampak potensial pada kondisi keuangan dan posisi kas grup yang berasal dari pembayaran obligasi yang dilewati.

Country Garden Services mengumumkan kesepakatan bulan lalu bahwa akan mengakuisisi aset bisnis manajemen properti dari Color Life Services Group milik Fantasia. Country Garden mengatakan pihaknya memberlakukan ketentuan untuk mentransfer saham unit Fantasia ke salah satu perusahaannya.

Namun, skala risiko yang ditimbulkan Fantasia diperkirakan masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan Evergrande, lantaran Fantasia masih berada di peringkat ke-60 dalam daftar penjualan terkontrak pada kuartal I/2021. Sementara itu, Evergrande berada di posisi ketiga.

Saat ini total liabilitas Fantasia mencapai US$12,9 miliar per 30 Juni, berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada semester I/2021. Perusahaan itu masih memiliki outstanding obligasi offshore dan dalam negeri mencapai US$4,7 miliar. Adapun liabilitas Evergrande mencapai US$304,5 miliar dan obligasi luar dan dalam negeri senilai US$27,6 miliar.

Bloomberg mencatat bahwa Fantasia menjadi obligasi dolar terburuk dalam sebulan terakhir. Bahkan, unit Citigroup Inc dan Credit Suisse Group AG telah berhenti menerima surat utangnya sebagai jaminan.

Harga obligasi Fantasia jatuh sebelumnya pada Senin akibat spekulasi meningkat bahwa perusahaan akan kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.