Bisnis, BANDUNG – Indonesia memiliki empat agenda penting yang harus dijaga agar visi Indonesia 2045 bisa tercapai. Terlebih saat ini, Indonesia dan negara lain di dunia sedang berada di dalam ketidakpastian terkait kondisi Covid-19 dan munculnya varian baru Omicron.
Empat agenda yang harus dijaga tersebut adalah meningkatkan keamanan dan ketahanan kesehatan, ekonomi hijau dan berkelanjutan. transisi energi. dan transisi digital.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi saat membuka Kongres Indonesianis Sedunia yang diselenggaran di Bandung, Jawa Barat, 1 hingga 2 Desember 2021.
“Pandemi telah memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa jaminan kesehatan adalah hal mendasar. Begitu ketahanan kesehatan runtuh, ekonomi global goyah. Oleh karena itu, keamanan dan ketahanan kesehatan yang kuat akan menjadi dasar untuk pemulihan ekonomi lebih lanjut dan mempertahankan kemakmuran,” ujar Menlu Retno, Rabu (1/12/2021).
Retno menegaskan bahwa kapasitas industri kesehatan harus ditingkatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi. “Dalam jangka panjang, arsitektur kesehatan global perlu diperkuat. Tidak hanya menjamin kecukupan perbekalan kesehatan, obat-obatan, atau vaksin untuk semua, tetapi juga, pada pembiayaan dan kapasitas untuk memberikan layanan itu sendiri,” ujarnya.
Ditegaskan Menlu bahwa penelitian dan pengembanganakan memainkan peran penting. Indonesia, ujar Menlu, akan menjadikan agenda untuk memperkuat arsitektur kesehatan global sebagai salah satu agenda utama selama kepresidenan Indonesia di G20.
Kongres bertema Indonesia's Post Covid Recovery: Grow Stronger and More Resilient itu dihadiri 400 peserta dari berbagai kalangan.
Kongres juga mengundang panelis asing dan Indonesia terkemuka. Salah satunya, Prof. Bambang Brodjonegoro hadir sebagai salah satu panelis kongres di hari pertama. Seperti diketahui Bambang Brodjonegoro telah lama berkarir di pemerintahan sebagai Menteri Keuangan, Menteri Nasional Pengembangan dan Perencanaan, serta Menteri Riset dan Teknologi. Sekarang dia menjadi Guru Besar Ekonomi di Universitas Indonesia.
Menurut Plt. Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Teuku Faizasyah para Indonesianis yang hadir berasal dari seluruh dunia, termasuk mereka yang bertempat tinggal di Indonesia.
“Kami menyebut Indonesianis sebagai warga negara non-Indonesia atau orang asing yang memiliki minat khusus terhadap Indonesia dan memiliki kedalaman pengertian dan cinta dengan daerah. Mereka antara lain intelektual, akademisi, peneliti, pakar budaya, dan mahasiswa universitas,” ujar Faizasyah saat memberikan sambutan pada acara tersebut.
Karena pandemi COVID-19, tahun ini dan untuk pertama kalinya, kongres diselenggarakan secara virtual atau online.
Pada hari pertama Kongres, diskusi panel membahas topik pembangunan berkelanjutan, ekonomi digital dan industri kreatif, dan kerja sama kesehatan. Di hari kedua, ada presentasi makalah dari Indonesianis yang telah menyerahkan makalah abstraknya. Presentasi mencakup topik-topik seperti ekonomi digital dan industri kreatif, kerja sama kesehatan, demokrasi di tengah pandemi Covid, dan budaya Indonesia di era digital.
Kongres ini didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran.