Volume Investasi Properti Asia Pasifik Melonjak 30%

Bisnis properti Asia pasifik terus menunjukkan tren meningkat setelah sempat tertekan sejak awal tahun lalu akibat pandemi Covid-19. Investor menanamkan modal ke lebih banyak aset seperti perkantoran dan logistik.

M. Syahran W. Lubis

23 Okt 2021 - 18.13
A-
A+
Volume Investasi Properti Asia Pasifik Melonjak 30%

Ilustrasi kegiatan di subsektor properti logistik atau pergudangan./Reuters

Bisnis, JAKARTA – Volume investasi real estat Asia Pasifik terus meningkat pesat dalam 9 bulan pertama 2021, naik 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Menurut laporan Capital Tracker Q32021 yang dirilis baru konsultan properti global JLL, transaksi real estat langsung Asia Pasifik tahun ini dilaporkan US$125 miliar, hanya 6% di bawah level 2019 dengan investor menanamkan modal ke lebih banyak aset seperti perkantoran dan logistik.

Untuk kuartal III saja, investasi real estat di Asia Pasifik mencapai US$39,5 miliar, meningkat 10% year-on-year (yoy). Namun, transaksi turun 23% quarter-to-quarter (qtq) karena beberapa ekonomi regional terkena dampak Covid-19.

“Meski terus-menerus tidak dapat diprediksi, interaksi kami dengan klien menegaskan kembali daya tarik dan ketahanan sektor real estat komersial Asia-Pasifik,” kata CEO JLL Asia Pacific Capital Markets Stuart Crow sebagaimana dilansir laman bisnis properti EdgeProp.

Perkantoran di Jalan MH Thamrin Jakarta./Antara

Dia menambahkan bahwa sepanjang 2021, minat investor di Asia Pasifik tetap sangat tinggi, karena modal lebih aktif dan volume mendekati tingkat prapandemi di seluruh kawasan, yang diprediksi berlanjut hingga kuartal IV.

Baca Juga: Pemulihan Bisnis Properti Asean Didorong Populasi Muda

Pada kuartal III/2021, investasi kantor terus pulih, mencapai 55% dari kesepakatan, didukung stabilnya tingkat sewa dan hunian. Sejalan dengan itu, transaksi logistik terus naik dengan investasi dalam 12 bulan terakhir mencapai US$43 miliar, dibandingkan dengan US$25 miliar pada 2019.

JLL juga mengantisipasi bahwa investasi logistik akan berlipat ganda menjadi US$50 miliar–US$60 miliar sepanjang 2023 hingga 2025, didorong permintaan yang menguntungkan, spread hasil yang menarik, dan keinginan untuk diversifikasi.

Country Head JLL Property Services (M) Sdn Bhd YY Lau menambahkan Malaysia menjadi salah satu lokasi favorit untuk membangun pusat data di sekitar Asia Tenggara.

Dia memperkirakan lebih banyak perkembangan di subsektor tersebut di negeri jiran dalam waktu dekat sejak peluncuran inisiatif MyDigital oleh Pemerintah Malaysia yang memungkinkan rakyat merangkul digitalisasi sehingga meningkatkan kualitas hidup.

Di sisi lain, JLL memprediksi investasi ritel dan hotel melemah karena pemulihan ekonomi di seluruh wilayah tertunda karena wabah Covid-19. Volume investasi hotel akan menembus US$7 miliar untuk 2021 dan bakal tumbuh menjadi US$9 miliar pada 2022.

Baca Juga: Pandemi, Penjualan Ciputra Malah Bisa Lewati Realisasi 2019

“Kami berharap realokasi portofolio tetap menjadi tema utama hingga 2022 dengan investor menghadapi persaingan ketat untuk aset yang tahan pendapatan termasuk kantor dan logistik, serta di sektor yang lebih khusus seperti penyimpanan mandiri, perumahan, dan pusat data,” kata Lau.

Sementara itu, Kepala Pasar Modal JLL Asia Pasifik Regina Lim mengatakan secara keseluruhan, sentimen investor tetap positif dan JLL mempertahankan pandangan bahwa volume investasi akan naik 15% hingga 20% pada 2021 dengan pemulihan lebih lanjut diharapkan pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.