Wanti-wanti Pemulihan Lambat Emiten Semen

Emiten semen agaknya masih perlu berupaya menggenjot kinerjanya pada 2024 ini, indikasi awal mengungkapkan masih rendahnya pertumbuhan demi mengejar nilai kinerja seperti sebelum pandemi Covid-19.

Tim Redaksi

9 Mar 2024 - 22.03
A-
A+
Wanti-wanti Pemulihan Lambat Emiten Semen

Ilustrasi produk semen./Istimewa

Bisnis, JAKARTA - Pertumbuhan permintaan semen melambat pada 2024, sinyal ini menyusul kinerja penjualan awal tahun yang kurang menggembirakan.

Permintaan semen nasional pada bulan pembuka 2024 masih berada 10% di bawah level sebelum pandemi, menjadi sinyal awan mendung emiten-emiten seperti PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP).

Keduanya diketahui merupakan penguasa pangsa pasar semen di pasar domestik dengan masing-masing menggenggam 48,8% untuk SMGR dan 29,8% untuk INTP.

Analis JP Morgan yang dikepalai Arnanto Januri dalam riset terbarunya menyatakan tetap berhati-hati pada saham SMGR dan INTP karena pemulihan semen kantong yang lemah akan mendorong imbal hasil yang tidak menarik bagi investor. Selain itu, proyeksi JP Morgan akan pendapatan kedua emiten pada kuartal IV/2023 meleset antara 5% hingga 10%.

Permintaan semen kantong terhambat oleh kenaikan harga bahan bakar bersubsidi pada 22 September 2023, tetapi dampak yang berkepanjangan menunjukkan bahwa daya beli masih terbatas.

Baca Juga : Alasan Untuk Kembali Memburu Saham PTPP 

"Meskipun INTP dan SMGR tidak memiliki rencana untuk mengurangi ASP [average selling price], kami yakin kondisi yang suram saat ini dapat terus mendorong hilangnya pangsa pasar dan penurunan perdagangan ke merek-merek yang lebih ekonomis dan lebih murah," ujar para analis, dikutip Rabu (28/2/2024).

Secara lebih rinci, SMGR mengalami penurunan pangsa pasar domestik sebesar 244bp MoM pada 24 Januari 2024 menjadi 49%, di bawah angka 50% dan terendah sejak akuisisi Semen Baturaja pada kuartal IV/2023.

Sebagai perbandingan, volume domestik SMGR turun sebesar 23% MoM pada Januari 2024, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan industri yang sebesar -19% MoM.

"Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh menurunnya aktivitas infrastruktur pada Januari 2024, dimana SMGR memiliki eksposur yang cukup besar terhadap proyek IKN," katanya.

JP Morgan tidak mengubah pandangannya pada dua emiten semen tersebut, yakni neutral untuk SMGR dengan target harga saham Rp6.500 dan underweight untuk INTP dengan target banderol Rp8.825.

Andreas Saragih, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan volume konsumsi semen Februari 2024 akan mencapai 4,6 juta ton, aluas turun 9% MoM tetapi naik 2,6% YoY. Angka tersebut diperkirakan akan menjadikan total konsumsi domestik Januari-Februari 2024 sebesar 9,66 juta ton, atau naik 2,8% YoY.

"Kami melihat perlambatan konsumsi pada Februari 2024 karena hari kerja yang lebih pendek, curah hujan yang tinggi di beberapa daerah, lambatnya realisasi anggaran konstruksi, serta sejumlah kendala dari Pilpres 2024," ujarnya.

Sementara JP Morgan lebih berhati-hati pada sektor semen di Indonesia, Andreas Saragih tetap menyematkan rating overweight. Pasalnya, pertumbuhan konsumsi YoY pada Januari 2024 bisa menjadi sinyal perbaikan serapan semen pada bulan-bulan mendatang. Selain itu, produsen pada tier pertama seperti Semen Indonesia dan Indocement mampu mengelola persaingan dan valuasi yang menarik.

"Top Pick kami tetap INTP, diikuti dengan SMGR. Kami mengantisipasi bahwa INTP akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi ditopang oleh produksi dari set-aset yang baru saja diakuisisi, dan harga bahan bakar yang lebih murah," jelasnya.

Baca Juga : Upaya Ekspansif Bukit Asam (PTBA) Pertahankan Bara Batu Bara 

IKN Solusi Oversupply

Michael Fulbery, Equity Analyst Sinarmas Sekuritas juga memberi catatan dalam risetnya bahwa pembangunan ibu kota negara (IKN) Nusantara, selain akan mendorong permintaan semen, juga berpeluang mengurangi kondisi oversupply industri semen yang telah menahun.

Permintaan semen yang berasal dari IKN diperkirakan mencapai 1 juta metrik ton per tahun, mewakili sekitar 1,6% dari permintaan domestik tahunan.

SMGR menjadi penerima manfaat utama dari proyek ini, terutama karena keterlibatan badan usaha milik negara (BUMN) dalam pembangunan. Sedangkan INTP juga berperan meski fokus menyuplai semen ke perusahaan swasta. Adapun, untuk membiayai proyek IKN, pemerintah memerlukan investasi baik dari pihak swasta maupun BUMN, masing-masing berjumlah Rp253,4 triliun dan Rp123,2 triliun.

"Investasi besar ini dapat menciptakan permintaan semen sebesar 11 juta metrik ton, yang secara bertahap dapat mengurangi situasi kelebihan pasokan nasional saat ini," kata Michael.

Seperti diketahui, kapasitas produksi nasional saat ini mencapai 116,8 juta ton per tahun, sedangkan tingkat konsumsi hanya mencapai 63 juta ton pada 2023. Sehingga tingkat utilitas kapasitas produksi hanya sebesar 54,8%.

Sepanjang tahun lalu, penjualan semen ke Kalimantan telah meningkat 22,2% yoy, jauh di atas pertumbuhan permintaan nasional yang hanya 3,6% yoy.

Baca Juga : Laba Bersih Turun Pada 2023, VKTR Perkuat Layanan Kendaraan Listrik Komersial 

Perkuat TKDN

Sementara itu, Direktur Supply Chain Semen Indonesia Yosviandri mengatakan belanja produk dalam negeri atau Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) SMGR terus mengalami peningkatan. Pada 2023, SMGR dan anak usahanya mencatatkan realisasi belanja produk dalam negeri sebesar Rp23,742 triliun atau mencapai 92,92% dari total belanja barang dan jasa sebesar Rp25,552 triliun. Capaian tersebut meningkat 6,4% dari realisasi belanja di pos yang sama pada 2022 sebesar Rp22,317 triliun. 

“SIG membuka kesempatan yang luas bagi industri besar dan usaha kecil menengah dalam negeri untuk menjadi bagian dalam rantai pasok SIG. Dalam upaya meningkatkan capaian TKDN, SIG juga memberikan pembinaan dan pendampingan bagi UMKM agar mampu memasok produk yang andal secara teknis dan ekonomis sesuai standar kualitas, biaya dan pengiriman,” kata Yosviandri.

Atas upaya tersebut, SMGR mendapatkan penghargaan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) tahun 2024 sebagai Pengguna Produk Dalam Negeri Terbaik kategori Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Kementerian Perindustrian. Prestasi ini menjadikan SIG sebagai BUMN yang berhasil meraih P3DN dua tahun berturut-turut, setelah pada 2023 lalu juga berhasil meraih penghargaan di kategori yang sama.

“Belanja produk dalam negeri merupakan langkah strategis untuk membangun industri Tanah Air yang berdaulat dan mandiri. Dengan begitu diharapkan akan banyak lapangan kerja yang terbuka sehingga mendukung pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Yosviandri.(Reni Lestari, Rinaldi Azka)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rinaldi Azka
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.