Bisnis, JAKARTA – Pertumbuhan surplus neraca perdagangan Indonesia yang lemah menambah kecemasan akan kelanjutan defisit transaksi berjalan. Pasalnya, kondisi itu bisa makin menekan stabilitas rupiah.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (15/9/2023), neraca perdagangan secara kumulatif tercatat hanya mencapai US$24,34 miliar pada periode Januari-Agustus 2023, lebih rendah dari US$34,84 miliar pada periode yang sama pada 2022.
Hal itu sangat mungkin dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh ganasnya inflasi di beberapa negara dan penurunan harga komoditas.
Terlebih, China sebagai mitra dagang Indonesia yang terbesar masih memperlihatkan rapor ekonomi yang tidak terlalu bagus, meski sudah ada perbaikan di sisi produksi.