Waspadai Phising dan Ransomware, Serangan Siber Paling Berbahaya

Phishing menduduki posisi pelanggaran tertinggi bahkan sebelum pandemi Covid-19. Pelanggaran ini masih terus berkembang pesat.

Akbar Evandio & Rustam Agus

12 Jan 2022 - 15.00
A-
A+
Waspadai Phising dan Ransomware, Serangan Siber Paling Berbahaya

Ilustrasi kejahatan siber / istimewa

Bisnis, JAKARTA – Kejahatan siber (cyber crime) patut makin diwaspadai seiring perkembangan teknologi yang mendorong  makin meluasnya penggunaan perangkat digital baik oleh individu maupun korporasi.

Tidak sedikit kasus data perusahaan maupun instansi pemerintah yang mampu dibobol lewat serangan siber meski sebagian merahasiakannya guna menghindari kegaduhan lebih jauh.    

Perusahaan keamanan siber global, Acronis menemukan bahwa selama semester II/2021 hanya 20 persen perusahaan yang tidak melaporkan penyerangan siber.

Hal ini tertuang dalam laporan Acronis Cyberthreats Report tahunan 2022 yang meninjau tentang tren dan ancaman keamanan siber di seluruh dunia, di mana terjadi penurunan dibandingkan semester II/2020 yang mencatatkan angka 32 persen.

Laporan tersebut memperingatkan bahwa penyedia layanan terkelola (MSP) sangat berisiko menjadi incaran penjahat siber saat ini yang  menggunakan metode lebih banyak alat manajemen seperti Professional Services Automation (PSA) dan Remote monitoring and management (RMM).

Ilustrasi waspada kejahatan siber yang makin marak / istimewa

Kedua alat manajemen tersebut mengakibatkan kerentanan terhadap serangan rantai pasokan. 

VP Penelitian Perlindungan Siber Acronis Candid Wuest mengatakan bahwa saat deretan ancaman siber terus berkembang, perusahaan melihat bahwa vektor serangan utamanya tetap sama dan masih bekerja dengan baik. 

“Industri kejahatan siber ibarat sebuah mesin yang diberi pelumas dengan baik, menggunakan kecerdasan awan dan kecerdasan mesin untuk mengukur dan mengotomatisasi operasi mereka,” ujarnya, belum lama ini.

Menurut dia, saat kemunculan serangan bertambah dan menyebabkan ketidakpastian pada 2022, otomatisasi perlindungan siber tetap menjadi satu-satunya jalan menuju keamanan yang lebih baik, mengurangi risiko, menawarkan biaya yang lebih rendah, dan meningkatkan efisiensi. 

Wuest memerinci, metode Phishing masih menjadi vektor serangan utama, di mana 94 persen malware dikirimkan melalui email menggunakan teknik rekayasa sosial untuk mengelabui pengguna agar membuka lampiran atau tautan berbahaya. 

Ilustrasi data bocor / istimewa

Phishing telah menduduki posisi pelanggaran tertinggi bahkan sebelum pandemi Covid-19. Pelanggaran ini masih terus berkembang pesat. 

“Pada 2021, Acronis melaporkan 23 persen lebih banyak pemblokiran email phishing,” tuturnya. 

Selain itu, Ransomware turut masih menjadi ancaman bagi perusahaan besar dan UKM. 

Sektor publik, perawatan kesehatan, manufaktur, dan organisasi penting lainnya masuk dalam target bernilai tinggi. 

Acronis memperkirakan kerusakan akibat ransomware akan melebihi US$20 miliar sebelum akhir 2021.
 
Pengelabuan

Phising merupakan salah satu modus para pelaku kejahatan siber untuk mendapatkan informasi pribadi di internet dengan pengelabuan.

Ilustrasi kejahatan siber phishing / Freepik

Kejahatan siber ini merupakan teknik yang sangat umum dan gampang ditemukan dalam berbagai saluran aplikasi digital yang kita gunakan sehari-hari.

Anda mungkin pernah menerima email atau notifikasi lainnya tentang memenangkan hadiah atau bahkan informasi tidak jelas mengenai pemblokiran akun.

 Itu merupakan tanda-tanda penipuan daring memakai phishing.
 
 Tujuan para pelaku kejahatan ini adalah meyakinkan pengguna untuk mengarahkan mereka ke tautan situs web palsu dan memasukkan informasi penting, seperti akun login dan kata sandi hingga rekening bank. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rustam Agus

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.