Waswas Menanti Sikap The Fed, Aset Crypto Memerah

9 aset crypto berkapitalisasi pasar terbesar kompak memerah, respons pasar terhadap sikap The Fed. Simak penjelasannya.

Mutiara Nabila & Duwi Setiya Ariyanti

14 Des 2021 - 19.37
A-
A+
Waswas Menanti Sikap The Fed, Aset Crypto Memerah

9 aset crypto berkapitalisasi pasar terbesar kompak memerah, respons pasar terhadap sikap The Fed. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Sembilan aset crypto dalam jajaran aset berkapitalisasi pasar terbesar memerah, waswas menanti sikap The Fed.

Dikutip dari Coinmarketcap, Selasa (14/12/2021) pukul 19:08 WIB, harga Bitcoin masih bertahan di bawah US$50.000 yakni US$47.347,29 atau terkoreksi 2,68 persen.

Dengan koreksi tersebut, aset berkapitalisasi pasar paling besar itu terkoreksi 7,91 persen dalam sepekan. Walhasil, kapitalisasi pasar Bitcoin menyentuh US$893,73 miliar.

Koreksi juga terjadi pada delapan aset lainnya dengan koreksi terbesar terjadi pada Polkadot dengan koreksi harian 6,76 persen dan koreksi sepekan terbesar dialami Solana dengan 23,37 persen.

Menariknya, hanya Dogecoin yang tumbuh secara harian dan mingguan yakni 14,6 persen dan 3,84 persen secara berturut-turut. Hal itu menandai kembalinya Dogecoin yang sempat tergeser oleh Terra.

Dikutip dari Coindesk, Bitcoin turun lebih dari 7 persen pada Senin (13/12/2021) yang merupakan koreksi harian terbesar sejak awal Desember. Koreksi tersebut terjadi akibat sikap bank sentral Amerika Serikat yang mendorong aksi jual.

Federal Reserve diharapkan mengeluarkan sikap tentang kebijakan moneternya. Pasalnya, pelaku pasar berasumsi bahwa Federal Reserve mempercepat pengurangan pembelian obligasi pemerintah dan sinyal menaikkan suku bunga acuan pada tahun depan.

Adapun, kenaikan suku bunga acuan bakal membuat kinerja aset berisiko dibayangi sentimen bearish. Hal itu kontras dengan apa yang terjadi selama tekanan akibat pandemi terjadi yang mendorong kinerja aset berisiko mencetak kenaikan tertinggi sepanjang sejarah.

Perusahaan data transaksi cryptocurrency, Kaiko menyebut bahwa secara historis kinerja aset crypto menunjukkan perpindahan dana investor.

“Sejak akhir Oktober, rasio relatif statis dan mencapai level tertinggi sejak 2018,” katanya.

Dukungan terlihat pada pergerakan rata-rata dalam 200 hari terakhir di sekitar US$46.700. Level tersebut juga menjadi level terbawah dalam pergerakan beberapa minggu. Kendati demikian, Bitcoin memiliki risiko bergerak di bawah level support.

Saat ini, mengacu pada Relative Strength Index (RSI) menyentuh oversold sejak Mei yang mendorong aksi beli jangka pendek. Sayangnya, suntikan tenaga untuk menguat menuju US$50.000 terbatas. Level support berikutnya bisa menyentuh sekira US$40.000.

Kinerja Bitcoin di bursa berjangka secara teknis menunjukkan backwardation yang artinya minat investor institusi atau pemodal jumbo terhadap aset crypto.

Menariknya, harga Bitcoin di bursa berjangka masih lebih rendah dibandingkan dengan harga di pasar spot. Pasalnya, harga Bitcoin di bursa berjangka terkoreksi 14 persen, koreksi terdalam dalam setahun.

Investor institusi lebih memilih kontrak bursa berjangka CME yang teregulasi untuk mendapatkan tambahan eksposur terhadap Bitcoin. Diskon di bursa berjangka CME menunjukkan permintaan lemah dari institusi dan pemodal jumbo.

Dilansir Bloomberg seperti yang dikutip Bisnis.com, Rabu (8/12/2021), aset digital ini diprediksi akan mengalami koreksi dalam pada 2022. Berdasarkan survei yang dilakukan Natixis Investment Managers, tiga dari empat institusi mengatakan bahwa aset kripto bukan investasi yang tepat untuk investor ritel.

Sementara itu, 28 persen dari semua institusi yang disurvei saat ini berinvestasi aset kripto, hampir sepertiganya mengatakan berencana untuk meningkatkan alokasi aset kripto mereka tahun depan.

Secara keseluruhan, 8 persen dari semua investor institusi yang disurvei, berencana untuk meningkatkan alokasi mereka tahun depan. Adapun, total aset yang dikelola oleh responden mencapai senilai US$12,3 triliun.

Tahun ini, banyak institusi pengelola dana mulai mencoba-coba investasi crypto. Di sisi lain banyak pula investor ternama , yang terkenal karena ketajaman pasar keuangannya terlibat. Banyak yang mengatakan aset digital seperti Bitcoin dapat bertindak sebagai lindung nilai inflasi yang baik di tengah lingkungan yang penuh stimulus.

Meskipun aset kripto terbilang volatil, tidak jarang token yang berbeda mengantongi keuntungan besar. Indeks kripto terbesar, Bloomberg Galaxy Crypto Index sendiri tumbuh setidaknya 200 persen sepanjang tahun ini.

Dalam survei Natixis, sekitar 40 persen responden mengatakan mereka mengakui aset kripto sebagai opsi investasi yang sah, meskipun bank sentral pada akhirnya perlu mengaturnya.

Prediksi mengerikan soal harga yang merosot tajam sudah menajdi hal biasa bagi aset digital, terlebih badi Bitcoin, sebagai aset crypto terbesar dan asli, sejak debutnya lebih dari satu dekade lalu. Nilai Bitcoin sendiri sudah tumbuh 5.000 persen selama lima tahun terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.