Bisnis, JAKARTA — Daya tarik pasar surat utang negara atau SUN pemerintah Indonesia tidak akan lekas pudar, kendati dibayangi potensi penurunan harga akibat kenaikan yield, seiring dengan naiknya suku bunga the Fed. Imbal hasil riil yang tinggi di tengah inflasi yang terkendali akan sulit untuk diabaikan investor.
Naiknya suku bunga the Fed telah menjadi kekhawatiran utama di pasar surat utang global. Bagaimanapun, naiknya suku bunga the Fed akan memicu pengetatan moneter. Seiring dengan itu, ketersediaan likuiditas untuk pembelian surat utang pun menurun.
Hal ini bakal memicu turunnya harga. Seiring dengan itu, yield surat utang akan naik, dimulai dari yield US Treasury atau surat utang pemerintah Paman Sam. Sebagai instrumen acuan banyak negara, naiknya yield US Treasury akan menyebabkan kenaikan yield surat utang di banyak negara berkembang pula.
Berdasarkan data worldgovernmentbonds.com, per Jumat (24/3) pukul 9.00 WIB, tingkat imbal hasil atau yield US Treasury dengan tenor 10 tahun berada di level 2,374 persen. Ini sudah naik signifikan dibanding posisi akhir tahun 2021 lalu yang sebesar 1,51 persen.