Young Onset Demensia, Waspada Jika Gampang Lupa di Usia Muda

Orang sering lupa, gejala lupa tidak mengenal usia apalagi jika hal itu terkait dengan demensia. Selain orang tua, orang yang berusia lebih muda bahkan di usia 30-an bisa mengalami demensia.

Saeno

24 Sep 2022 - 13.49
A-
A+
Young Onset Demensia, Waspada Jika Gampang Lupa di Usia Muda

Demensia tak hanya menyerang orang tua, orang yang lebih muda juga bisa mengalaminya./Istimewa

Bisnis, JAKARTA – Dalam kehidupan sehari-hari  terkadang seseorang bisa tiba-tiba lupa sesuatu. Seringkali jika yang mengalami serangan lupa tiba-tiba itu anak muda, yang bersangkutan menjadi korban olok-olok. Lingkungan sekitar akan mencap yang bersangkutan sebagai orang yang pikunnnya lebih dari kakek-kakek atau nenek-nenek. Namun, orang sering lupa, gejala lupa tidak mengenal usia apalagi jika hal itu terkait dengan demensia.

Demensia, seperti dikutip Bisnis.com dari mayoclinic.com, Selasa (13/9/2022), adalah kondisi medis yang membuat  penderitanya mengalami penurunan fungsi otak, terutama dalam hal mengingat. 

Benar bahwa sebagian besar penderita demensia telah berusia lanjut, di atas 60 tahun. Namun, yang perlu diketahui, demensia tidak dapat terdiagnosis pada seseorang yang sebelum berusia 60 tahun. Bahkan, bisa saja hal tersebut terdiagnosa saat penderita berusia 30 tahun.

Fenomena gejala demensia pada usia muda tersebut dikenal dengan istilah Young Onset Demensia (YOD) atau Early Onset Demensia (EOD).

"Ada yang baru berusia 30 tahunan sudah ada diagnosa demensia. Terdapat beberapa faktor, seperti faktor kesibukan, sehingga kita lupa untuk menstimulasi otak, dan otak menjadi tidak aktif dalam melakukan kegiatan keseharian," kata Direktur Eksekutif Alzheimer's Indonesia (ALZI) Michael Dirk R. Maitimoe dalam diskusi daring, Sabtu, seperti dilaporkan Antara (24/9/2022).

Faktor lain pemicu demensia di usia muda adalah tekanan darah tinggi, diabetes, hingga kolesterol. Gaya hidup yang tidak sehat juga memegang peranan penting sebagai faktor risiko demensia.

"Beberapa gaya hidup yang dapat memicu lahirnya demensia alzheimer lebih dini antara lain kurang olahraga, kebiasaan minum alkohol, merokok, serta mengonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak jenuh dan gula, atau kurang bergizi bagi otak," jelas Michael.

Biasanya penderita YOAD mulai mengeluh pada usia 40-50 tahun. 

 

Faktor Genetik Demensia

Demensia alzheimer pada orang muda umumnya terkait dengan faktor genetik. Orang tua yang mengidap demensia bisa menurunkan penyakit tersebut pada anaknya. Namun persentase kasus demensia alzheimer pada orang muda sangat kecil, di bawah satu persen orang.

Terkait risiko demensia akibat faktor genetik (Familial Alzheimer's Disease/FAD) harus dibuktikan dengan pemeriksaan genetik.

ALZI menyebutkan penyandang demensia termuda adalah penderita berusia 23 tahun dari Inggris. Penderita diagnose mengalami Demensia Parkinson yang juga berkaitan dengan faktor genetik dari ibu.
 

Cara Mencegah Demensia di Usia Muda

Michael menyebutkan hal paling sederhana untuk mencegah demensia di usia muda adalah mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Makan dan tidur cukup serta teratur, menghindari alkohol dan rokok, hingga mengelola stres bermanfaat untuk mencegah serangan demensia di usia muda.

"Yang bisa dilakukan adalah dengan bergaya hidup sehat. Investasikan otak kita dengan hal-hal bermakna dan menyenangkan. Stres pasti ada, tapi bagaimana kita mampu mengelola stres tersebut bisa mempengaruhi suasana hati dan pikiran kita," ujar Michael.

 Mengenal Demensia

Demensia bisa dialami siapa saja yang mengalami penurunan fungsi otak. Hal itu misalnya dialami Mantan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi. Akibat demensia, Abdullah Badawi dikabarkan tidak dapat mengingat beberapa hal. 

Kabar tentang kondisi mantan PM Malaysia itu diungkap Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin melalui akun Twitter miliknya, Minggu (11/9/2022). 

"Ini merupakan tantangan bagi kami untuk melihat penurunan fungsi kognitifnya. Beberapa orang sadar tetapi banyak yang tidak. Keluarga telah memutuskan untuk membagikan ini secara terbuka sebagian untuk menyoroti demensia dan gangguan kognitif," tulis Khairy. 

Seperti ditulis mayoclinic.com, demensia adalah kondisi medis yang terjadi saat penderita mengalami penurunan fungsi otak, terutama dalam hal mengingat hingga berdampak pada kehidupan sehari-hari.  

Gejala Demensia 

Gejala demensia bervariasi tergantung pada penyebabnya. Gejala penyakit ini terbagi menjadi dua perubahan yang dialami seseorang, yakni perubahan kognitif dan psikologis.

Perubahan Kognitif misalnya kehilangan memori. Biasanya orang lain yang akan menyadari hal ini, bukan penderita. 

Gejala lainnya adalah kesulitan berkomunikasi atau menemukan kata-kata. 

Penderita juga bisa mengalami kesulitan dengan kemampuan visual dan spasial, kesulitan penalaran atau pemecahan masalah, kesulitan menangani tugas yang kompleks, kesulitan dengan perencanaan dan pengorganisasian, serta kesulitan dengan koordinasi dan fungsi motorik.  

Gejala lainnya, penderita menjadi kebingungan dan disorientasi.  

Sementara itu, pada perubahan psikologis, pada penderita demensia dapat terlihat seperti perubahan kepribadian, depresi, kecemasan, paranoid, agitasi hingga halusinasi.
Penyebab Demensia

Demensia biasanya disebabkan oleh kerusakan atau hilangnya sel saraf dan koneksinya di otak. Demensia tergantung pada area otak yang rusak. Demensia dapat mempengaruhi orang secara berbeda dan menyebabkan gejala yang berbeda. 

Berikut beberapa penjelasan mengenai penyebab demensia:

- Demensia Vaskular 

Demensia jenis ini disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Masalah pada pembuluh darah dapat menyebabkan stroke atau mempengaruhi otak, seperti terjadinya kerusakan serat di materi putih otak. 

Tanda-tanda paling umum demensia vaskular adalah penderita kesulitan memecahkan masalah, menunjukkan pemikiran yang lambat, dan kehilangan fokus.  

- Demensia Tubuh Lewy 

Demensia tubuh lewy adalah demensia yang disebabkan oleh gumpalan protein abnormal seperti balon yang ditemukan di otak penderita.  Tanda dan gejala umum penderita demensia ini adalah kerap mengalami halusinasi, kehilangan fokus, berpikir lambat, sering tremor hingga mengalami kekakuan. 

 - Demensia Frontotemporal 

Demensia jenis ini akan ditandai dengan kerusakan sel saraf dan koneksinya pada lobus frontal dan temporal otak. Ini adalah area yang umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa.  

Gejala umum demensia Frontotemporal akan mempengaruhi perilaku, kepribadian, pemikiran, penilaian, bahasa dan gerakan. 

Pencegahan Demensia 

Cara pasti dari mencegah demensia belum ditemukan, namun beberapa hal yang Anda lakukan bisa jadi bermanfaat untuk menurunkan kemungkinan terkena demensia.  Misalnya, jaga pikiran Anda, tetap aktif dengan melakukan aktivitas yang merangsang mental seperti membaca, memecahkan teka-teki, bermain permainan kata, dan pelatihan memori yang dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi efeknya. 

Kemudian, jadilah aktif secara fisik dan lakukan interaksi sosial. Hal ini dipercaya dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi gejalanya.  

Terakhir, asupan vitamin yang cukup. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kadar vitamin D rendah dalam darah lebih mungkin mendapatkan penyakit alzheimer dan demensia.

Nilai MRI dalam penyelidikan Young Onset Demensia

Berikut nilai MRI dalam penyelidikan Young Onset Demensia dikutip dari situs web  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/


(A)_Penyakit Alzheimer ringan pada individu berusia 60 tahun dengan penyakit Alzheimer sporadis (MRI dengan pembobotan T1): atrofi hippocampi (panah) adalah gambaran paling awal pada penyakit Alzheimer amnestik tetapi hippocampi mungkin tampak normal, terutama pada pasien yang lebih muda dengan penyakit alzheimer. 

B, C) Atrofi kortikal posterior pada individu berusia 58 tahun (MRI dengan pembobotan T1). Pandangan sagital (B) menunjukkan hipokampus (kepala panah) yang relatif terpelihara dengan baik; atrofi parieto-oksipital (panah) terlihat pada pandangan sagital (B) dan koronal (C). 

(D) MRI dengan pembobotan T1 dari seorang individu berusia 58 tahun dengan afasia tidak lancar progresif yang memiliki penyakit Pick yang terbukti secara patologis. 

(E) MRI dengan pembobotan T1 dari seorang wanita 63 tahun dengan demensia semantik yang memiliki tau-negatif, inklusi TARDBP-positif pada otopsi. 

(F) Individu 21 tahun dengan peningkatan sinyal bilateral di pulvinar (panah) pada FLAIR MRI aksial. Tanda pulvinar merupakan indikasi varian penyakit Creutzfeldt-Jakob dan paling baik terlihat pada FLAIR aksial (atau MRI dengan pembobotan T2) di mana talamus postero-medial lebih terang daripada ganglia basal. Varian penyakit Creutzfeldt-Jakob kemudian dikonfirmasi pada biopsi tonsil. 

(G) Dengan menggunakan FLAIR MRI, sinyal tinggi hipokampus bilateral dan atrofi ditunjukkan pada pria 57 tahun dengan ensefalitis limbik antibodi saluran kalium voltage-gated (panah). 

*FLAIR (fluid attenuated inversion recovery) = pemulihan inversi yang dilemahkan cairan. 

**TARDBP (TAR-DNA binding protein) = protein pengikat TAR-DNA (juga dikenal sebagai TDP-43).


(Anshary Madya Sukma/Saeno)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.