Top 5 News: Defisit APBN 2025 hingga Prospek Emiten CPO

Sejumlah berita menarik, mulai dari proyeksi defisit APBN 2024 hingga prospek emiten CPO menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu, 8 Mei 2024.

Emanuel Berkah Caesario

8 Mei 2024 - 07.47
A-
A+
Top 5 News: Defisit APBN 2025 hingga Prospek Emiten CPO

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto diyakini bakal menyiapkan kebijakan fiskal yang lebih longgar seiring sejumlah kebijakan populisnya. Kendati mengakomodasi beragam pagu belanja baru, defisit APBN diperingatkan agar tetap dalam koridor.

Berita tentang defisit APBN 2025 menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini, Rabu (8/5/2024). Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id

Berikut ini highlight Top 5 News Bisnisindonesia.id hari ini:


1. Wanti-Wanti Jaga Defisit APBN 2025

Sejumlah lembaga internasional memproyeksi arah kebijakan fiskal bakal lebih longgar menyusul rencana kebijakan belanja pemerintahan baru yang lebih akomodatif dengan berbagai program populis. Alhasil, defisit fiskal pun diproyeksi lebih lebar pada tahun pertama rezim baru.

IMF dan OECD memproyeksi defisit anggaran pada tahun depan –APBN pemerintahan baru—akan lebih longgar dan akomodatif karena akan ada banyak program-program populis. Defisit fiskal diproyeksi 2,7% terhadap PDB, disebabkan oleh program-program bansos seperti makan siang gratis, pengeluaran yang muncul akibat pembentukan badan-badan baru, yakni Badan Penerimaan Negara dan badan yang mengurusi makan siang gratis (anggaran tidak melekat pada anggaran K/L). 

Pelebaran defisit fiskal APBN sudah terlihat tahun ini. Semula defisit ABPN 2024 diperkirakan 2,2% terhadap PDB. Namun, karena ada bansos, outlook defisit menjadi 2,8% terhadap PDB. 

Dalam RKP 2025, target defisit 2,4%-2,8% karena pemerintah sudah mengantisipasi pengeluaran yang lebih besar. Defisit itu lebih lebar dari APBN 2023 yang hanya 1,6% terhadap PDB.


 

2. Saham UNTR Masih Layak Beli, Meski Kinerja Lesu di Awal Tahun

Kinerja keuangan emiten alat berat Grup Astra, PT United Tractors Tbk., cenderung lesu pada awal tahun ini. Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan minat mayoritas analis untuk tetap menyematkan rekomendasi beli terhadap saham berkode UNTR tersebut.

Pada kuartal I/2024, UNTR melaporkan pendapatan bersih sebesar Rp32,4 triliun, turun 7% dari Rp34,9 triliun di periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen Mesin Konstruksi dan Pertambangan Batu Bara.

Ditambah lagi dengan biaya keuangan yang lebih tinggi dan kerugian selisih kurs, UNTR terpaksa menelan penurunan laba bersih sebesar 15% menjadi Rp4,5 triliun dari Rp5,3 triliun di triwulan pertama tahun 2023.

Pelemahan di lini usaha Mesin Konstruksi disebabkan oleh penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 37% menjadi 1.126 unit dibandingkan tahun lalu 1.791 unit. Meski begitu, Komatsu masih memimpin pangsa pasar alat berat nasional sebesar 29%.

Pelemahan di lini usaha Mesin Konstruksi disebabkan oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan. Secara keseluruhan pendapatan unit usaha Mesin Konstruksi turun 22% menjadi Rp8,3 triliun dibandingkan Rp10,6 triliun pada periode yang sama tahun 2023.


 

3. Masalah Berulang Di Pelabuhan Merak

Kemacetan panjang di Pelabuhan Merak, Banten saat arus mudik Lebaran 2024 menyita langsung perhatian Presiden Joko Widodo. Pemerintah dituntut berbenah agar kejadian itu tidak lagi terulang.

Salah satu momen krusial saat puncak arus mudik tahun ini adalah kemacetan panjang yang terjadi di Pelabuhan Merak. Setidaknya selama dua hari, terjadi penumpukan panjang penumpang dari Pelabuhan Merak yang akan menuju ke Bakauheni di Lampung.

Salah satu penyebab peristiwa ini terjadi adalah pemudik yang masuk ke jalur antrian meski tidak memiliki tiket. Pun demikian, pemerintah mulai memetakan permasalahan yang terjadi di perlintasan tersebut. 

"Jadi yang paling krusial adalah Merak-Bakauheni. Satu jumlah pelabuhan harus ditambah, kedua kapal itu harus lebih besar dan lebih cepat sehingga kapasitasnya baik," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi usai mengikuti Rapat Terbatas terkait Evaluasi Arus Mudik dan Balik Lebaran Tahun 2024 di Istana Merdeka, Senin (6/5/2024).

Dia mengusulkan adanya delay system pada hari tertentu, khususnya ketika terjadi macet panjang. Dia melihat kemacetan saat arus mudik ini disebabkan banyak masyarakat yang tidak memiliki tiket namun tetap mengantre di pelabuhan.

 

4. Adu Panjat Laba Bank Periode Kuartal I/2024, Siapa Jawara?

Sejumlah bank mencatatkan pertumbuhan labanya pada kuartal I/2024, meskipun sejumlah tantangan mengikutinya. 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, awal tahun ini sejumlah bank masih membukukan pertumbuhan kinerja, meskipun tidak sekinclong tahun lalu.

“Bank-bank dihadapkan pada relaksasi restrukturisasi kredit yang tidak lagi diperpanjang, pelemahan mata uang rupiah, dan kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik,” ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (7/5/2024).

Misalnya saja, bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV mencatatkan pertumbuhan laba yang tipis. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp12,7 triliun pada kuartal I/2024, tumbuh 1,13% secara tahunan (year on year/yoy). 

Adapun laba bank Mandiri pada kuartal I/2024 tumbuh melambat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan laba sebesar 25,2% (yoy). Laba pada awal tahun ini dipengaruhi oleh sejumlah tantangan.

“Dampak ekonomi global ke kinerja, secara sektoral banking industry memang cukup resilient, walaupun saat ini tantangan kondisi likuiditas pasar dan semakin tingginya ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah yang menjadi faktor tertundanya penurunan suku bunga The Fed, ini pengaruhi dinamika pasar keuangan domestik,” ujarnya dalam paparan kinerja Bank Mandiri pada bulan lalu (30/4/2024).


 

5. Sinyal Kuat Pengungkit Emiten Komoditas CPO 

Katalis positif mengikuti kinerja emiten komoditas minyak sawit atau crude palm oil, antara lain menguatnya harga hingga performa emiten di sektor tersebut. 

Harga komoditas CPO berjangka menguat, pada perdagangan Senin (6/5/2024) kontrak Juli 2024 mengalami penguatan 19 poin ke 3.863 ringgit per ton di Bursa derivatif   Malaysia. 

Mengutip Bernama, kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives telah berakhir lebih tinggi pada Senin (6/5). Seorang dealer menuturkan bahwa kenaikan ini mengikuti kenaikan pasar China yang dibuka kembali setelah libur Hari Buruh pada minggu lalu.  

Kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani mengatakan harga kedelai berjangka sebagian besar lebih tinggi di Dalian Commodity Exchange.   

Selain itu, perdagangan berjangka minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) pada jam-jam Asia juga terlihat lebih tinggi, ditambah dengan melemahnya ringgit terhadap dolar AS yang memberikan dukungan pada pasar berjangka CPO lokal.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.