Bisnis, JAKARTA — Potensi jebolnya kuota subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang telah ditetapkan selama satu tahun ini kian besar jika pemerintah tidak segera melakukan pengendalian. Dampaknya, beban subsidi dan kompensasi yang harus ditanggung negara dipastikan akan makin berat.
Ditambah lagi dengan tren peningkatan konsumsi BBM subsidi di dalam negeri yang masih sulit ditekan, padahal harga minyak dunia diperkirakan masih akan bertahan di level US$100-an per barel hingga akhir 2022. Semestinya, kondisi ini bisa menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera melakukan tindakan penyelamatan agar tidak mengganggu ketahanan energi nasional.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) bahkan memperkirakan kuota BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar bakal habis pada Oktober 2022, dengan tingkat rata-rata konsumsi masyarakat di kisaran 10 persen setiap harinya.
Baca juga: Lampu Kuning Subsidi BBM, Kebijakan Pro Rakyat yang Bikin Risau