Bisnis, JAKARTA — Komitmen PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) untuk mengintensifkan co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara demi menekan emisi karbon tidaklah mudah. Sejumlah tantangan masih mengadang, terutama menyangkut isu lingkungan.
Kendati PLN mengeklaim implementasi co-firing biomassa dapat menurunkan emisi karbon yang selama ini dihasilkan dari batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik serta bahan bakunya mudah didapatkan dan tidak perlu membangun pembangkit baru, ada isu deforestasi yang membayangi program co-firing tersebut.
Baca juga: Utak-Atik PLTU Batu Bara demi Netral Karbon yang Dilematis
Terlebih, peningkatan porsi co-firing pada pembangkit batu bara belakangan juga membuat pasar hulu limbah biomassa makin ketat. Relaksasi bahan baku untuk pembangkit yang dapat langsung memanfaatkan serbuk kayu (sawdust) makin mempersempit pasokan ke industri lanjutan pengolahan limbah menjadi pelet.