B20 Lahirkan Kawasan Industri Hijau Pertama di Asia Tenggara

Task Force Energy, Sustainability and Climate Business 20 (TF ESC-B20) berhasil melahirkan Kawasan Industri Hijau pertama di Asia Tenggara.

Rayful Mudassir

15 Nov 2022 - 14.40
A-
A+
B20 Lahirkan Kawasan Industri Hijau Pertama di Asia Tenggara

Bisnis, BALI - Task Force Energy, Sustainability and  Climate Business 20 (TF ESC-B20) berhasil melahirkan Kawasan Industri Hijau pertama di Asia Tenggara. 

Lahirnya kawasan industri hijau menunjukkan dekarbonisasi industri menjadi sangat penting, baik untuk industri yang berdiri maupun klaster industri.

Chair of Task Force Energy, Sustainability and   Climate Business 20 (TF ESC-B20) Nicke Widyawati mengatakan bahwa bagi Indonesia dekarbonisasi industri akan mempercepat emisi nol bersih yang ditargetkan pada 2060 atau lebih cepat.  

Mendukung pengembangan klaster industri hijau, katanya, akan menarik lebih banyak investasi asing sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja.

“Dekarbonisasi klaster industri memungkinkan kami untuk menerapkan pendekatan terintegrasi untuk transisi menuju nol bersih,” ujar Nicke Widyawati, Chair TF ESC-B20 yang juga Direktur Utama Pertamina di Bali, Jumat, (11/11/2022). 

Menurut Nicke, salah satu pilar penting dari dekarbonisasi adalah efisiensi energi dan sirkularitas, dengan menggunakan teknologi yang sedang berkembang seperti modernisasi alat dan komponen hemat energi, serta adopsi sistem flaring recovery. 

Inisiatif dekarbonisasi industri lainnya adalah penerapan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) dan implementasi Nature Based Solutions (NBS).

“Indonesia memiliki 400 miliar ton potensi penyimpanan CO2 di reservoir kami untuk CCUS. Kami juga memiliki potensi NBS global terbesar ke-2 di dunia,” katanya. 

Nicke menuturkan penggunaan energi pada sektor industri menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan penggunaan energi di gedung dan sektor transportasi. 

Oleh karena itu, salah satu rekomendasi TF ESC-B20 adalah meningkatkan kerja sama global dalam mempercepat transisi ke energi berkelanjutan yang digunakan dengan mengurangi intensitas karbon dan dekarbonisasi industri.

Untuk itu, kata Nicke, efisiensi energi merupakan salah satu pilar penting dekarbonisasi yang akan berkontribusi untuk target net zero emission

“Selama 10 tahun terakhir, konsumsi energi tumbuh pesat sebesar 47%. Menurut perkiraan terbaru, pengurangan CO2 rata-rata tahunan perlu meningkat lima kali lipat untuk mencapai target Perjanjian Paris. Laju transisi perlu dipercepat,” tegasnya. 

Menurut Nicke, teknologi baru yang mempercepat konsumsi energi industri dan konsumen sangat penting untuk mendorong efisiensi. 

Selain itu, salah satu rekomendasi kebijakan dari TF ESC-B20 adalah meningkatkan kerja sama global dalam mempercepat transisi menuju penggunaan energi berkelanjutan.

“Kita harus lebih mendorong kerja sama global yang memungkinkan kita mempercepat NZE sejalan dengan tema G20, yakni Pulih Bersama, Pulih Lebih Kuat," imbuh Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Rayful Mudassir

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.