Memilah Saham Cuan di Tahun Kelinci Air Berdasarkan Feng Shui

Elemen logam masih akan bersinar pada Tahun Kelinci Air. Salah satunya adalah nikel karena sentimen kendaraan listrik.

Jaffry Prabu Prakoso

21 Jan 2023 - 15.03
A-
A+
Memilah Saham Cuan di Tahun Kelinci Air Berdasarkan Feng Shui

Petugas tengah memantau pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia. /Bisnis-Abdurrachman.

Bisnis, JAKARTA – Tahun 2023 dalam kalender China adalah Tahun Kelinci Air yang diramal membawa keberuntungan pada sektor-sektor dengan elemen logam.  

Konsultan Feng Shui yang juga Dosen FEB Universitas Kristen Satya Wacana Linda Kho menjelaskan bahwa kelinci merupakan simbol dari elemen Yin Wood (Kayu Yin). Dengan demikian, tahun Kelinci Air merupakan perpaduan antara elemen kayu dan air.

“Berdasarkan ilmu Chinese metaphysic, hubungan antara kayu dan air adalah hubungan konstruktif karena air mendukung kayu. Air Yin ibarat embun pagi. Kayu Yin adalah bunga. Kombinasi keduanya dapat dilukiskan dengan tetesan embun di kelopak bunga. Hubungan konstruktif ini menggambarkan hubungan yang harmonis dalam berbagai hal,” kata Linda kepada Bisnis, Jumat (20/1/2023).


Tahun Kelinci Air/Ilustrasi Freepik. 


Tahun ini, kata Linda, tingkat optimisme dan antusiasme dunia usaha secara umum dan pasar modal secara khusus tidak jauh berbeda dengan tahun 2022. Hal ini disebabkan elemen api sebagai simbol antusiasme masuk dalam siklus tersembunyi.

“Namun jika dilihat dari bidang usaha untuk setiap elemen, dapat diprediksi peluangnya. Bidang usaha yang memiliki prospek positif, yaitu usaha yang berelemen logam dan tanah. Sementara itu, bisnis yang berelemen api, kayu, dan air, akan mendapat tantangan yang cukup besar,” jelas Linda.

Bisnis yang berelemen tanah, antara lain properti, real estate, pertambangan, asuransi, software, produk berteknologi tinggi. Usaha yang termasuk elemen logam antara lain mesin, otomotif, suku cadang.

Baca juga: Transaksi Saham Sultan Subang Pakai Broker Suspensi

Bisnis berelemen kayu antara lain fashion, media, surat kabar, pendidikan, furniture kayu, dan percetakan. Bisnis yang berelemen air yaitu transportasi, komunikasi, ekspedisi, air minum. Sedangkan bisnis yang berelemen api antara lain energi, keuangan, hiburan, bahan kimia, dan mainan anak-anak.

Secara terpisah, Direktur Equator Swarna Investama Hans Kwee mengelompokkan tiga sektor sebagai pilihan berdasarkan feng shui dan dua sektor yang harus diwaspadai.

“Tiga sektor pilihan ahli feng shui saya jelaskan juga secara ekonomi yaitu sektor teknologi, sektor konsumen primer, dan sektor metal,” katanya kepada Bisnis, Jumat (20/1/2023).

Hans menjelaskan bahwa sektor teknologi berpeluang rebound dengan kondisi tren inflasi AS yang sudah turun dalam 6 bulan terakhir dan Bank Sentral AS Federal Reserve segera mencapai puncak kenaikan suku bunganya pada tahun ini. 

Baca juga: Ada 76 Saham Nyangkut di Harga Rp50 dalam 6 Bulan Terakhir

Sektor selanjutnya adalah konsumen primer karena di tengah ancaman perlambatan ekonomi global akibat kenaikan suku bunga, masyarakat tetap melakukan konsumsi.

“Selain itu Indonesia akan memasuki tahun pemilu sehingga diperkirakan ada dana kampanya yang akan masuk ke sistem perekonomian sehingga mendorong konsumsi masyarakat. Biasa tahun pemilu positif untuk konsumsi masyarakat,” jelas Hans.

Elemen logam, kata Hans, masih akan bersinar sehingga sektor metal masih menarik, salah satunya nikel karena sentimen kendaraan listrik.

Dua sektor yang disebut perlu diwaspadai menurut Hans adalah sektor energi dan sektor properti. Hans mengatakan bahwa pada awal tahun sektor energi masih menarik karena konflik Rusia dan Ukraina serta kondisi musim dingin.


Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati


“Tetapi unsur Yin Air dan Yin Kayu akan mendorong konflik internasional mereda dan berpotensi mendorong aksi koreksi di sektor energi,” katanya.

Selanjutnya yaitu sektor properti yang diramal masih akan stagnan pada tahun ini. Hal ini karena kebijakan moneter menekan inflasi dengan menaikan suku bunga.

“Selain faktor suku bunga juga karena investor properti masih menunggu karena Indonesia menjelang pemilu. Hal ini mendorong sektor properti baru menarik di tahun depan,” imbuh Hans. (Artha Adventy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Jaffry Prabu Prakoso

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.