Free

Merawat Potensi Generasi Z

Generasi Z yang lebih akrab berinteraksi dan tumbuh di dalam ekosistem digital ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar memiliki daya saing yang kuat sebagai digital native

Fatkhul Maskur
23 Jul 2021 - 17.34
A-
A+
Merawat Potensi Generasi Z

Generasi Z. Kompetensinya tidak kalah, tetapi pengalamannya masih kurang. Bloomberg

Bisnis, JAKARTA - Setelah generasi milenial beranjak dewasa, keberadaan generasi Z mulai banyak mengambil peran dalam berbagai aspek kehidupan. Generasi yang lebih akrab berinteraksi dan tumbuh di dalam ekosistem digital ini, perlu mendapatkan perhatian khusus agar memiliki daya saing yang kuat sebagai digital native

Generasi Z atau i-Generation ialah generasi kelahiran 1995—2010 yang tumbuh dan berkembang pada era teknologi digital melaju pesat.

Generasi internet ini memiliki karakteristik yang kuat sebagai digital native di mana aspek pengetahuan, pengalaman, keterampilan, hingga karakternya terbentuk dari hasil interaksinya di ruang siber.

Hampir setiap aktivitasnya selalu berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil mereka mengenal teknologi dan akrab dengan gadget canggih. Usia mereka yang masih 11—26 tahun, mayoritas merupakan anak muda yang masih dalam tahap pencarian jati diri, dan baru sebagian kecil yang memasuki usia kerja.

Beberapa karakteristiknya ditandai dengan cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, egosentris dan individualis, ingin serba instan, tidak sabaran, dan kurang menghargai proses.

Semua itu menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam menyambut 1 abad Republik Indonesia pada 2045. Apa saja yang perlu dipersiapkan pemerintah dalam mengawal generasi Z agar kecakapan digital menjadi sebuah kekuatan dan daya saing dalam menghadapi kompetisi global yang kian ketat.

Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Institute Heru Sutadi mengatakan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni menjadi kunci dari keberhasilan transformasi digital di Tanah Air. Namun sayangnya, hal itu masih jauh panggang dari api lantaran tingkat literasi digital di Indonesia terbilang rendah.

Saat ini, sektor yang urgen untuk segera ditransformasi selain kesehatan adalah pendidikan. Dia menilai belum terlihat adanya langkah konkret dari pemerintah untuk mewujudkan transformasi digital di sektor pendidikan.

“Pendidikan masih belum kelihatan strateginya seperti apa, kecuali bantuan kuota saja. Padahal konten pendidikan masih terkendala, dan infrastruktur belum memadai,” katanya.

Tak kalah penting, lanjutnya, pemerintah harus mendorong lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi untuk memanfaatkan sepenuhnya teknologi digital mutakhir seperti komputasi awan, kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan analitik mahadata.

Tentunya pemanfaatan itu perlu diiringi oleh penyesuaian proses pembelajaran agar kemampuan mahasiswa atau anak-anak usia kuliah di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi tak kalah dengan negara-negara maju.

Pakar Teknologi Informasi dari Universitas Gunadarma Ruddy J. Sutahril mengatakan, pada dasarnya kompetensi SDM, terutama anak-anak muda di bidang teknologi, informasi dan komunikasi sudah jauh lebih baik. Hanya, mereka sulit untuk bersaing di kancah global lantaran pengalaman yang dimiliki masih jauh dari cukup.

Menurutnya, peran lembaga pendidikan, khususnya perguruan tinggi lewat kerja samanya dengan dunia industri, menjadi kunci utama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurutnya, tak dapat dipungkiri jika dinamika di dunia industri seringkali jauh berbeda dengan apa yang dipelajari di kampus.

“Kompetensinya tidak kalah, tetapi pengalamannya masih kurang. Jadi, perguruan tinggi perlu mendorong mereka untuk turun ke lapangan, belajar langsung di dunia industri. Apalagi sekarang yang dibutuhkan itu spesialis, bukan yang umum seperti dahulu,” ungkapnya.

Perguruan tinggi juga perlu menyesuaikan diri dengan dunia industri yang membutuhkan ahli di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dengan kemampuan spesifik. Hal itu bisa direspons dengan menghadirkan pembekalan tambahan, penambahan konsentrasi mata kuliah, atau pembukaan program studi baru.

Skill digital yang dibutuhkan pada era transformasi digital berbeda dengan sebelumnya. Dulu tenaga bidang IT [information technology] itu kerjanya kan bermacam-macam, mulai dari benerin koneksi internet, reparasi komputer rusak, membersihkan virus dan lain-lain. Nah kalau sekarang keahliannya harus spesifik,” ujarnya.

BUTUH SOFT SKILL

Menurutnya, anak-anak yang duduk di bangku kuliah perlu diarahkan untuk menguasai beberapa soft skill untuk menunjang kemampuan spesifik itu. Soft skill mencakup kepribadian, kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, keramahan, optimisme, dan kemampuan terkait hubungan interpersonal lainnya.

“Kemampuan coding atau data engineer tentunya harus ditunjang kemampuan komunikasi yang baik dan semangat kerja keras. Untuk itu, diperlukan juga tools untuk menjaga kemampuan mereka apabila nantinya terjun ke bidang berbeda seperti yang banyak terjadi di sini,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam mengatakan transformasi digital yang lajunya kian kencang di tengah pandemi Covid-19 perlu ditindaklanjuti agar Indonesia tak hanya menjadi pasar atau konsumen semata.

Menurutnya, peran Kemdikbud saja tidak akan cukup untuk mewujudkan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam hal digitalisasi. Untuk itu, sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan menjadi kunci. Tak terkecuali antarkementerian dan lembaga yang saat ini dinilainya masih belum sepenuhnya satu suara dalam hal transformasi digital.

“Industri 4.0 itu membanjirnya data, diperlukan hub untuk menghubungkan itu semua antara supply dan demand seluruh sektor. Jangan sampai ada sektor yang nantinya tertinggal dan kemudian hilang. Tentunya ini membutuhkan sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan,” katanya.

Adapun transformasi digital di sektor pendidikan, terutama perguruan tinggi, Nizam mengungkapkan pihaknya sudah memulainya sejak lama, banyak pihak yang tak menyambut baik upaya tersebut dan enggan berpartisipasi.

“Seperti platform konferensi Inherent yang disiapkan Kemendikbud untuk kampus-kampus jauh sebelum pandemi, dan peralatan yang cukup mahal. Tapi akhirnya penggunanya hanya kampus itu-itu saja.”

Guna mendorong transformasi digital di lingkup pendidikan tinggi, Kemdikbud pun menyiapkan program Kampus Merdeka yang memungkinkan mahasiswa tidak hanya mendapatkan pendidikan tradisional dalam ruang kampus, tapi mendapatkan edukasi dari dunia industri.

"Bentuk kegiatan dalam Kampus Merdeka ini dapat dipilih mahasiswa seperti magang, riset, studi independen, kuliah kerja nyata [KKN], dan mengajar."

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan merupakan kunci dalam membangun industri 4.0. Jadi, pihaknya menyiapkan ekosistem khusus yang diberi nama SINDI 4.0 guna mempercepat proses transformasi industri 4.0 di Tanah Air.

Menurutnya, pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam SINDI 4.0 meliputi pemerintah, pelaku industri/asosiasi, akademisi dan lembaga riset, penyedia layanan, konsultan, dan pelaku keuangan. Sinergi dan kolaborasi yang mereka lakukan nantinya akan mengacu pada rencana transformasi digital yang disiapkan melalui program nasional Making Indonesia 4.0.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier menambahkan, teknologi manufaktur seperti mahadata, kecerdasan buatan, robotik, dan internet untuk segalanya adalah hal mutlak untuk mewujudkan transformasi digital.

"[Teknologi manufaktur] hanya bisa diimplementasikan jika lini produksi pabrik didukung dengan peralatan-peralatan otomatisasi. Ke depannya, peralatan ini akan menjadi sebuah kebutuhan bagi industri agar tetap dapat bersaing di pasar.”  (Rezha Hadyan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.