Bisnis, JAKARTA - Di awal tahun, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Uno optimistis target pergerakan wisatawan nusantara tembus 1,2 - 1,4 miliar hingga akhir tahun. Tiga bulan sebelum pergantian tahun, bidikan itu diakui sulit tercapai. Libur natal dan tahun baru bakal menjadi tumpuan terakhir mengejar target.
Optimisme Sandi agaknya dapat dimaklumi. Pergerakan wisatawan dalam negeri mencapai puncaknya pada 2022. Setelah berakhirnya pandemi Covid-19, geliat masyarakat lokal untuk berwisata cukup menggembirakan.
Data kementerian mendapati jumlah wisnus sepanjang tahun lalu mencapai 734,86 juta pergerakan. Selain melampui target 660 juta, capaian itu juga menjadi yang tertinggi setidaknya dalam delapan tahun terakhir.
Realisasi 2022 memicu pemerintah menaikkan target hingga dua kali lipat yakni 1,2 - 1,4 miliar pada 2023. Bidikan itu ditetapkan seiring dengan kembali bergeliatnya industri pariwisata, diikuti dengan fenomena revenge travel atau wisata ‘balas dendam’ akibat pandemi berkepanjangan.
Setelah sembilan bulan berjalan, realitas berkata sebaliknya. Kemenparekraf merevisi target mereka. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu optimis pergerakan wisatawan nusantara menyentuh 1 miliar hingga akhir tahun.
Baca juga
Mengejar Target Kunjungan Wisatawan Nusantara
Pariwisata Bali Masih Jadi Primadona Wisatawan Asing
Saat Geliat Wisatawan Nusantara Masih di Bawah Harapan
Laporan terakhir Kemenparekraf mencatat jumlah pelancong lokal sepanjang Januari - September baru menyentuh 626,08 juta, baru sekitar 60 persen dari target teranyar.
“Kami pastikan sendiri bahwa memang untuk mencapai 1,2 miliar-1,4 miliar sangat berat. Oleh karena itu, kami di Kemenparekraf optimis kita akan capai dulu 1 miliar [pergerakan wisnus],” kata Vinsensius dalam konferensi pers di Kantor Kemenparekraf, Senin (6/11/2023).
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat Kemenparekraf sukar mencapai target tersebut. Di antaranya, kondisi ekonomi nasional serta daya beli masyarakat yang belum pulih 100% pascapandemi Covid-19.
Harga Tiket Pesawat
Selain persoalan daya beli, pemerintah turut menyoroti belum pulihnya jumlah penerbangan ke frekuensi prapandemi turut menghambat tercapainya target pergerakan wisatawan nusantara.
“Jadi saat-saat tertentu, saat-saat libur, [masyarakat] kesulitan juga untuk mendapatkan tiket pesawat. Bahkan juga di saat-saat tertentu harga tiket masih sangat mahal untuk penerbangan domestik,” ujarnya.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyatakan sulit mencapai target wisnus tahun ini. “Sepertinya enggak tercapai ya. Kalau ini saja sudah sampai di bulan September, 626 [juta perjalanan]. Jadi kalau ke 1,2 [miliar perjalanan] menurut saya sih berat ya,” katanya.
Dia menilai daya beli masyarakat yang masih lemah akibat pandemi Covid-19 menjadi pemicu lambatnya jumlah kunjungan wisnus. Dia berharap pemerintah dapat mendorong masyarakat kelas menengah ke atas untuk berlibur di Indonesia.
Meskipun secara volume tidak mencapai target, dia menilai setidaknya secara perputaran uang diharapkan memenuhi target mengingat pengeluaran masyarakat kelas menengah lebih besar.
Peneliti Senior dan mantan Kepala Pusat Studi Pariwisata UGM Janianton Damanik menyebut persoalan harga tiket penerbangan tidak pernah terselesaikan meski terus menerus diungkit. Kondisi ini sulit terelak di tengah keterisian penumpang yang masih rendah dan frekuensi ke sejumlah destinasi belum konsisten.
“Ujung-ujungnya tarif jadi tidak kompetitif. Kalau wisman mau explore ke luar Jawa Bali Lombok harus mikir panjang. Sementara kalau terpusat di Jawa Bali Lombok tidak ada pengalaman baru,” katanya saat dihubungi Selasa (7/11/2023).
Dia mendorong pemerintah untuk menebar insentif terhadap industri penerbangan di saat volume penumpang melorot. Selain itu, perlu juga diberikan insentif penerbangan kepada pelancong. Misalnya pemendekan jam kerja, perbaikan layanan transportasi umum darat dan laut. Termasuk kampanye dengan menyasar generasi muda.
Meski demikian, dia menyebut bahwa geliat pariwisata sedang dalam masa low season. Bagi wisatawan asing, periode saat ini masih disibukkan oleh pekerjaan, menambah tabungan wisata dan merencanakan perjalanan. “ Nanti musim libur/akhir tahun jumlahnya mulai besar,” sebutnya.
Target Akhir Nataru
Kurang dari dua bulan menjelang pergantian tahun, pemerintah memulai langkah untuk mencapai target terbaru. Kemenparekraf menempuh kolaborasi dengan sejumlah kementerian/lembaga serta asosiasi untuk menyambut libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu menjelaskan bahwa salah satu kolaborasi yang dilakukan bersama online travel agent adalah dengan menyediakan paket promo sebanyak 10.000 pax selama Desember 2023.
“Hanya 10.000, first come first serve, total promo sekitar Rp500 juta,” kata Vije, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers, dikutip Selasa (7/11/2023).
Selain berkolaborasi dengan online travel agent, Kemenparekraf turut menggandeng Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, InJourney, dan asosiasi seperti Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) untuk menghadirkan #diIndonesiaAja travel fair yang menjual paket-paket libur Nataru.
Kemenparekraf juga berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan sosialisasi liburan #diIndonesiaAja.
Mengutip data perkiraan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), akan ada peningkatan pergerakan orang sebesar 5% pada liburan Nataru tahun ini.
Kemenhub sebagai mitra strategis Kemenparekraf telah melakukan langkah antisipasi dengan estimasi peningkatan pergerakan sekitar 904.496 orang penumpang transportasi umum saat libur Nataru.
Di sisi transportasi, diperkirakan akan ada sekitar 52.755 angkutan roda dua dan 98.267 roda empat. Bus juga ikut memberikan kontribusi sekitar 12.157 bus dan truk sekitar 55.569 unit telah disiapkan.
Adapun, tahun ini Kemenparekraf menargetkan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di kisaran 1,2 miliar-1,4 miliar. Kendati demikian, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga September 2023 jumlah pergerakan wisnus baru mencapai 626,09 juta pergerakan.
Untuk itu hingga akhir tahun, Kemenparekraf menargetkan pergerakan wisnus sebanyak 1 miliar pergerakan, lantaran angka 1,2 miliar-1,4 miliar dinilai sangat berat.
“Kami pastikan sendiri bahwa memang untuk mencapai 1,2 miliar-1,4 miliar sangat berat. Oleh karena itu, kami di Kemenparekraf optimis kita akan capai dulu 1 miliar [pergerakan wisnus],” ujar Vije. (Ni Luh Angela/Rayful Mudassir)