Dinamika Desain Ruang Kerja yang Lembam

Di tengah penanganan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, tren desain dan tata letak ruang kerja di lingkup perkantoran hingga akhir tahun belum terlalu banyak berubah dibandingkan dengan tahun lalu.

Lay out ruangan yang dapat menjamin individu bekerja dengan aman dan sehat masih menjadi hal yang utama. Sementara itu, kalangan desainer interior belum memastikan tren desain untuk ruang kerja pada 2022.

Desainer Interior Roland Adam mengatakan, sampai saat ini belum banyak perubahan yang terjadi untuk lay out ruangan kerja di sejumlah perusahaan.

Tren desain ruangan kerja di perkantoran saat orang kembali bekerja diperkirakan baru dapat terlihat dalam 1--2 bulan ke depan.

Saat ini, peletakan furnitur-furnitur seperti meja mau tidak mau diatur agar dapat mendukung protokol kesehatan.

Jika sebelum pandemi lay out meja kerja dibuat berdekatan dan saling berhadapan, maka pandemi membuat layout menjadi tidak lagi sama.

^{Desain ruang kantor sebelum pandemi Covid-19/Istimewa}

Beberapa bahkan tidak bisa dimungkiri memberikan dampak terhadap produktivitas kinerja individu dan memengaruhi individu dalam berinteraksi dan berkomunikasi.

Hal ini lebih dikarenakan alasan bahwa tiap individu harus menghadap ke tembok. “Itu dinamika yang berubah,” katanya.

Dalam desain ruang bekerja, perusahaan juga bisa meletakkan tanaman-tanaman yang dapat ditempatkan di dalam ruangan.

Warna hijau yang ada pada tanaman tersebut cukup membantu menyegarkan mata saat berada di dalam ruangan.

Dari sisi warna, warna-warna terang seperti putih, hijau pupus, dan krem, dapat dite­­rapkan di ruang kerja untuk memberikan rasa nyaman kepada individu yang bekerja di dalam ruang kerja.

Warna-warna yang diimplementasikan terhadap interior ruang kerja memberi pengaruh terhadap psikologi individu yang berada di dalamnya.

^{Ruangan coworking space GoWork/dok. GoWork}

Di sisi lain, Wisnu Triatmojo, Senior Marketing Manager GoWork, penyedia coworking space, mengungkapkan kinerja perusahaan sepanjang 2020 mengalami penurunan.

Hal ini terjadi lantaran pandemi Covid-19 memukul semua lini bisnis tanpa terkecuali.

Meskipun begitu, perusahaan optimistis dengan kondisi 2021. Perusahaan melihat ada peningkatan ketertarikan pekerja menggunakan coworking space pada awal tahun ini dibandingkan dengan kuartal IV/2020 yang mencapai 3 kali lipat.

Sementara itu, sepanjang tahun ini, perusahaan optimistis dengan kinerja perusahaan. Perusahaan akan melakukan ekspansi dengan menambah maksimal lima coworking space.

MODERN DINAMIS

Desain coworking space yang dimiliki oleh GoWork bergaya modern dinamis.

Desain antara satu tempat dengan tempat lain terdapat irisan meskipun memiliki perbedaan.

Sebagai contoh, di GoWork Central Park, yang banyak dikunjungi anak muda sehingga desain yang ditampilkan pun diklaim lebih luwes dibandingkan dengan coworking GoWork yang berada di tengah kota yang cenderung lebih kaku.

Dari sisi warna, warna-warna yang nyaman di mata dan tidak mencolok menjadi pilihan perusahaan. Adapun dari sisi pencahayaan ruangan, GoWork memilih menggunakan pencahayaan yang maksimal.

Dalam hal ini terdapat penggunaan kaca sehingga pencahayaan dari luar mudah masuk.

Perusahaan bahkan menawarkan fleksibilitas kepada konsumen perusahaan terkait dengan desain ruangan yang ingin dipersiapkan.

^{Salah satu coworking space di Kuningan, Jakarta/Reuters}

Perusahaan juga menjalankan sejumlah protokol kesehatan bagi siapa pun yang akan masuk ke dalam coworking space miliknya.

Chairul Amal, Founder & Principal Union EQUIL & CArchitect, menilai coworking space dari sisi kegiatan kerja akan lebih baik jika diban­dingkan dengan bekerja dari rumah karena saat bekerja dari rumah, individu dapat terganggu dengan kegiatan rumah.

Kemudian, fasilitas di coworking space juga jelas mengingat ada kebutuhan kerja individu-individu zaman sekarang, seperti internet dan suasana ruangan yang mendukung.

Tiap individu bahkan juga bisa berpindah dari satu coworking space ke coworking space yang lain jika bosan.

“Dari sisi fungsi, produktivitas, untuk anak muda zaman sekarang itu bagus, cocok,” katanya.

Lebih jauh, metode bekerja zaman sekarang yang tidak memerlukan kolaborasi hadir dalam satu ruangan juga membuat coworking space cocok digunakan.

“Efisiensi jelas lebih baik dengan pola kerja zaman sekarang,” tambah Chairul.

^{Suasana coworking space di Cocowork The Maja, Jakarta Selatan, sebelum pandemi Covid-19./cocowork.co}

Ruangan coworking space dari sisi pengguna harus fleksibel, nyaman baik untuk perokok maupun bukan perokok. Dengan begitu, suhu ruangan harus sesuai.

Saat ini, pengguna coworking space adalah generasi milenial dan Z dengan rentang usia antara 20 tahun sampai lebih dari 50 tahun.

Namun, pengguna paling banyak adalah individu dengan usia di bawah 40 tahun.

Sementara itu, warna yang harus di­gu­nakan adalah warna netral karena yang menggunakan cowork­ing space adalah banyak orang.

“Atau aneh sekalian karena mencari pasar tertentu, misal dirancang untuk anak muda 20-40 tahun yang bekerja di sektor ekspor-impor atau desain grafis. Boleh yang aneh dan unik,” katanya.

Furnitur dalam coworking space juga harus nyaman. Ketinggian kursi dan meja harus tepat. Jika tidak, tutur Chairul, pengguna bisa cepat mengantuk, bosan, dan sakit pinggang. “Jadi, furnitur yang ada haruslah ergonomis.”

Selama pandemi, sejumlah furnitur juga sebaiknya memiliki perlakuan khusus seperti meja yang berjarak dan diberikan partisi. Selain itu, ruangan hanya dapat menampung 50% dari total kapasitas.