Joe Biden Tunjuk Jerome Powell dan Dampaknya pada Rupiah

Sepanjang perdagangan Selasa(23/11/2021), rupiah bergerak turun imbas keputusan Presiden Joe Biden menunjuk kembali Jerome Powell.

Nindya Aldila & Mutiara Nabila

23 Nov 2021 - 17.45
A-
A+
Joe Biden Tunjuk Jerome Powell dan Dampaknya pada Rupiah

Karyawati salah satu bank memperlihatkan uang rupiah dan dolar di Jakarta, Kamis (29/4/2021). Bisnis - Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menetapkan Jerome Powell sebagai Kepala Federal Reserve (the Fed). Powell bakal memimpin bank sentral AS itu untuk masa jabatan kedua.

Biden punya alasan kembali memilih Powell sebagai pemimpin the Fed. Dia menyebut Powell sebagai orang yang tepat untuk memimpin bank sentral karena ekonomi AS terus membaik dari kontraksi pandemi dan pemerintah tengah upaya menghambat inflasi. 

"Ini menjadi pekerjaan the Fed untuk mengimbangi dua target kunci. Pertama untuk memaksimalkan ketenagakerjaan sehingga semakin banyak orang Amerika mendapat pekerjaan. Kedua untuk menjaga inflasi tetap rendah dan stabil," kata Biden kepada Bloomberg seperti dikutip dari bisnis.com pada Selasa (23/11/2021). 

Keputusan Biden itu pun langsung menekan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (23/11/2021) terkoreksi 8,5 poin atau 0,06 persen ke level Rp14.257,50 per dolar AS. Padahal indeks dolar AS tengah melemah 0,155 poin atau 0,16 persen ke 96,393.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS sempat menguat sebelumnya dipicu perkiraan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan. Penguatan terjadi setelah Presiden AS Joe Biden menominasikan Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk masa jabatan kedua. 

“Biden menominasikan Powell untuk masa jabatan empat tahun yang kedua pada Senin. Sementara Lael Brainard dipromosikan menjadi wakil ketua Fed," jelas dia dalam riset harian, Selasa (23/11/2021).

Namun, Managing Partner SPI Asset Management Stephen Innes menilai tidak akan ada pergeseran hawkish yang tiba-tiba karena pencalonan. Tetapi kelanjutan dari kebijakan saat ini dengan pengurangan aset yang lebih cepat sudah diajukan oleh pejabat pekan lalu. 

Sementara itu, investor juga terus memantau lonjakan kasus Covid-19 di Eropa. Hal itu bisa berdampak pada kebijakan moneter sejumlah bank sentral di Benua Biru.

Meski begitu, Gubernur Bank of France Francois Villeroy de Galhau mengatakan pada Senin (22/11/2021) bahwa kebangkitan kasus dan inflasi yang tinggi tidak akan mengubah rencananya untuk memulai pengurangan aset pada Maret 2022. 

Sementara itu, sentimen internal datang dari proyeksi pemerintah terhadap serapan anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang mencapai 95 persen atau setara Rp705,53 triliun pada akhir 2021. Namun, untuk komponen kesehatan kemungkinan besar akan cukup tinggi realisasinya karena masih ada beberapa proses tagihan rumah sakit yang sedang berproses dan diharapkan bisa terselesaikan pada tahun 2021. 

Hingga 19 November 2021 realisasi serapan anggaran PEN telah mencapai 67 persen dari pagu Rp744,77 triliun. Dengan sejumlah sentimen tersebut, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah pada Rabu (23/11/2021) dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.240 - Rp14.280 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.