Rupiah Ditutup Loyo Saat IHSG Mencetak Rekor Tertinggi

Pelaku pasar masih menantikan kebijakan lanjutan dari bank sentral AS, the Fed, yang menyebabkan greenback terus menguat.

Mutiara Nabila

19 Nov 2021 - 15.50
A-
A+
Rupiah Ditutup Loyo Saat IHSG Mencetak Rekor Tertinggi

Karyawan menunjukan Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (27/1/2021). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp14.050 per dolar AS. Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (19/11/2021). Padahal pasar modal Indonesia tengah bersorak dengan rekor baru indeks harga saham gabungan (IHSG) di level 6.270.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip dari bisnis.com, Jumat (19/11/2021), mata uang Garuda melemah 12 poin atau 0,08 persen ke Rp14.232 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,178 poin atau 0,19 persen ke 95,72.

Pergerakan rupiah berlawanan arah dengan pasar saham, dimana IHSG berhasil mencatatkan rekor tertinggi. Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai pelemahan rupiah dipengaruhi oleh perkasanya dolar AS karena pelaku pasar masih berfokus langkah Bank Sentral AS terkait tingkat inflasi dengan kenaikan suku bunga.

“Federal Reserve AS saat ini mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebelumnya karena inflasi terus meningkat dan pemulihan ekonomi dari Covid-19 berlanjut,” tulisnya dalam riset harian, Jumat (19/11/2021).

Data dari pekan sebelumnya juga menunjukkan bahwa inflasi naik ke level tertinggi dalam 30 tahun pada Oktober 2021.  Presiden Fed Chicago Charles Evans, salah satu pembuat kebijakan dovish bank sentral AS, mengatakan pada Kamis (18/11/2021), bahwa ia terbuka untuk mengubah kebijakan moneter pada 2022 jika inflasi terus tetap tinggi.

Evans mengatakan kenaikan suku bunga pada 2022 bisa menjadi langkah tepat jika inflasi tinggi terus berlanjut. Sementara itu, data pada Kamis menunjukkan bahwa 268.000 klaim pengangguran awal diajukan di AS sepanjang pekan.

Meskipun mendekati level sebelum Covid-19, angka tersebut lebih tinggi dari angka 260.000 dalam perkiraan sejumlah analis. “Kekurangan pekerja menjadi hambatan untuk pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat,” imbuhnya.

Dari dalam negeri, pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di atas level 5 persen pada kuartal IV/2021 dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya. Salah satu alasan ekonomi di atas 5 persen adalah optimisme dari berbagai capaian indikator ekonomi dan pengendalian Covid-19.

Selain itu momentum Indonesia yang akan menjadi Presiden G-20 pada 2022 perlu dimanfaatkan. Perekonomian Indonesia pada kuartal III/2021 juga masih tetap tumbuh positif sebesar 3,51 persen (yoy). Pertumbuhan ini masih relatif tinggi, di tengah pembatasan mobilitas dan aktivitas (PPKM) akibat lonjakan kasus positif Covid-19 pada bulan Juli-Agustus 2021.

“Dalam jangka pendek, pandemi Covid-19 dan variannya masih menjadi tantangan utama bagi perekonomian global. Sementara, isu perubahan iklim juga menjadi tantangan bagi ekonomi global dalam jangka panjang,” tambah Ibrahim.

Untuk perdagangan awal pekan depan, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah. Mata uang Garuda itu pun diprediksi bergerak di rentang Rp14.220 - Rp14.260 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.