IHSG Catat Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan akhir pekan ketiga November 2021, dengan ditopang transaksi investor domestik. IHSG terpantau naik 1,26% atau 83,79 poin menuju level 6.720,26 pada akhir perdagangan Jumat (19/11).

Bisnis Indonesia Resources Center

19 Nov 2021 - 18.04
A-
A+
IHSG Catat Rekor Tertinggi  Sepanjang Sejarah

Papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA—Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan akhir pekan ketiga November 2021, dengan ditopang transaksi investor domestik. IHSG terpantau naik 1,26% atau 83,79 poin menuju level 6.720,26 pada akhir perdagangan Jumat (19/11).

Sektor transportasi dan logistik menopang indeks komposit dengan kenaikan paling pesat hingga 2,76%.IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi intraday 6.720,98. Pencapaian tersebut sekaligus membawa IHSG ke rekor tertinggi intraday terbaru.

Pada 11 November 2021 lalu, IHSG menyentuh level intraday tertinggi sepanjang masa di posisi 6.704, yang sebelumnya dicapai pada 20 Februari 2018 pada level 6.693,46.

Adapun, rekor penutupan tertinggi IHSG sebelumnya juga dicatatkan pada 11 November 2021 di level 6.691,34. Tercatat total transaksi mencapai Rp14,63 triliun dengan net sell investor asing sebesar Rp142,21 miliar di seluruh pasar.

Dapat diartikan, pencapaian rekor IHSG ke rekor tertinggi sepanjang masa kemarin ditopang oleh transaksi saham investor domestik, saat investor asing marak melakukan aksi jual.

Terpantau saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi yang paling banyak diborong investor asing dengan net buy mencapai Rp443,34 miliar. Kemudian diikuti saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang juga dikoleksi oleh investor asing sebesar Rp206,12 miliar.

Di sisi lain, investor asing melepas saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dengan net sell Rp44,42 miliar dan saham PT Astra International Tbk. (ASII) sebesar Rp38,32 miliar.

Penguatan IHSG beriringan dengan rilis Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) oleh Bank Indonesia (BI) pada triwulan III/2021 yang mencatat surplus sehingga mampu menopang ketahanan eksternal. NPI pada triwulan III 2021 mencatat surplus US$10,7 miliar, setelah mengalami defisit US$0,4 miliar pada triwulan sebelumnya.

Kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi berjalan yang mencatat surplus, berbalik dari triwulan sebelumnya yang tercatat defisit, serta surplus transaksi modal dan finansial yang makin meningkat. 

Indeks Bisnis-27

Indeks Bisnis 27 ditutup melesat pada perdagangan hari Jumat (19/11), di tengah pencapaian IHSG ke rekor tertinggi sepanjang masa.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks hasil kerja sama Bisnis Indonesia dan bursa ini parkir di level 520,63, naik 2,01% atau 10,28 poin dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya. Dari seluruh anggota konstituen yang ada, sebanyak 19 saham terpantau naik dan 8 lainnya terkoreksi.

Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menjadi penopang utama pergerakan indeks dengan kenaikan menyentuh 7,54% atau 260 poin ke level 3.710 . Menyusul di belakangnya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang juga meroket hingga 7,44% atau 270 poin ke level 3.900. Selain itu saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) juga naik 5,42% ke level 1.265.

Sementara itu, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terpantau turun paling dalam 1,92% ke level 1.020 disusul oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang melemah 1,69% dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan koreksi 1,24%. 

Keuangan

Indeks sektor keuangan terpantau menguat 0,61% ke level 1.569,87 pada perdagangan Jumat (19/11).

Beberapa saham penopangnya adalah PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) terangkat 5,50% ke level Rp3.450, diikuti PT Bank QNB Indonesia Tbk. (BKSW) melesat 2,66% ke level Rp193 dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) tumbuh 2,39% ke level Rp4.280.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi penopang setelah dibeli asing mencapai Rp206,12 miliar. Pelaku pasar menanti data neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal III/2021 yang akan segera dirilis dan ini bisa mempengaruhi laju IHSG. Pada kuartal II/2021, Indonesia mencatatkan defisit US$2,0 miliar atau 0,7% dari PDB.

Bank Indonesia mencatat transaksi berjalan pada kuartal III/2021 mengalami surplus, terutama ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang yang naik secara signifikan.

Properti dan Real Estat

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/11) indeks sektor properti dan real estat berada di zona hijau dengan kenaikan 0,46% ke level 861,91.

Saham yang menghijau antara lain PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG) meroket 34,85% ke level Rp89, diikuti PT Metro Realty Tbk. (MTSM) melonjak 19,23% ke level Rp310 dan PT Kota Satu Properti Tbk. (KOTA) menguat 11,49% ke level Rp97.

Bank Indonesia (BI) menerbitkan Hasil Survey Harga Properti Residensial (SHPR) yang mengindikasikan harga properti residensial tumbuh pada Triwulan III/2021. Direktur Eksekutif Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan pertumbuhan itu tecermin dari kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) di Triwulan III/2021 sebesar 1,41% yoy.

Pada Triwulan IV/2021 harga properti residensial diperkirakan masih tumbuh sebesar 1,19%. Sementara itu pembiayaan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama konsumen dalam membeli properti residensial hingga mencapai 75,38% dari total pembiayaan.

Teknologi

Pergerakan sektor teknologi melaju 1,35% ke level 9.495,28 pada Jumat (19/11).

Saham yang mendorong antara lain PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH) menguat 8,43% ke level Rp360, disusul PT Sentral Mitra Informatika Tbk. (LUCK) meningkat 8,33% ke level Rp286 dan PT Limas Indonesia Makmur Tbk. (LMAS) tumbuh 6,82% ke level Rp94.

Kenaikan sektor teknologi ditopang oleh aksi beli asing pada emiten CASH sebesar Rp296,62 juta. Dalam memperkuat jaringan bisnis, CASH telah memperluas kolaborasi dengan penyedia jasa pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan para merchant. Pada kuartal III/2021 CASH sudah menambahkan lebih dari 3.106 merchant baru atau 62,12% dari target 2021

Sejak akhir 2020, CASH mulai menjajaki kerja sama untuk menyediakan jenis pembayaran via paylater, seperti VosPay, Kredivo, Atome, dan Indodana. Paylater ini ditujukan untuk konsumen agar mendapatkan banyak pilihan pembayaran.

Infrastruktur

Kinerja indeks infrastruktur melesat 1,35% ke level 9.495,28 pada Jumat (19/11).

Penopangnya yakni saham PT Djasa Ubersakti Tbk. (PTDU) meroket 34,12% ke level Rp228, selanjutnya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) meningkat 7,44% ke level Rp3.900 dan PT Link Net Tbk. (LINK) tumbuh 4,44% ke level Rp4.230.

Indonesia Investment Authority (INA) akan semakin gencar mencari investor untuk pembangunan infrastruktur seperti bidang jalan tol, pelabuhan dan bandara pada tahun 2022 mendatang. Peluang investasi ini masih berfokus pada proyek-proyek milik BUMN.

Setidaknya hingga saat ini sudah terdapat komitmen investasi senilai US$11,25 miliar atau kisaran Rp159,75 triliun yang diterima INA untuk diinvestasikan ke pelabuhan  dan  US$3,75 miliar untuk diinvestasikan di jalan tol di Indonesia. Raihan investasi ini tentu dapat menjadi katalsi positif bagi emiten konstruksi dalam pembiayaan proyek.

Transportasi dan Logistik

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/11) indeks sektor transportasi dan logistik menjadi yang moncer dengan penguatan 3,22% ke level 1.433,12.

Hal ini didorong oleh penguatan saham PT Batavia Prosperindo Trans Tbk. (BPTR) melambung tinggi ke 25,00% ke level Rp280, lalu PT Trimuda Nuansa Citra Tbk. (TNCA) melesat 24,72% ke level Rp1.110 dan PT Temas Tbk. (TMAS) melonjak 19,53% ke level Rp765.

PT Temas Tbk. (TMAS) menjadi emiten pelayaran melambung setelah net buy Rp2,35 miliar. Tercatat dalam sepekan TMAS telah meningkat 24,39% dan dalam sebulan moncer 145,19%. Peningkatan saham-saham pelayaran ditopang oleh adanya integrasi sistem pelabuhan PT Pelabuhan Indonesia.

Selain itu, dalam upaya menurunkan biaya logistik dengan memangkas biaya operasional untuk  menciptakan efisiensi, Kementerian Perhubungan terus mengoptimalkan digitalisasi melalui aplikasi Inaportnet di Pelabuhan Banten dan Batam. Aplikasi ini mengakomodasi kapal-kapal Pelayaran Rakyat serta kapal di bawah 35 GT. Hal ini dilakukan karena digitalisasi dinilai dapat meningkatkan transparansi dalam pelayanan.

Energi

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/11) indeks sektor energi ditutup di zona hijau, naik ke level 1.041,43 atau menguat 2,41%.

Penguatan sektoral dipimpin oleh PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) yang melejit 14,97% ke level Rp845, Lalu saham PT Logindo Samudramakmur Tbk. (LEAD) melesat 12,07% ke level Rp65 dan saham PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) naik 12,06% ke level Rp1.440.

Sentimen positif dari harga komoditas minyak dunia yang melanjutkan penguatannya yang stabil setelah sebelumnya mengalami sesi bergejolak, seiring dengan prospek pelepasan terkoordinasi cadangan minyak mentah resmi dari persediaan produsen minyak utama.

Tercatat pada perdagangan pada pukul 15.45 WIB harga minyak jenis Brent naik 0,69% menjadi US$81,78/barel sementara pada minyak jenis WTI menguat 0,51% menjadi US$78,93/barel.

Barang Konsumen Primer

Pada perdagangan Jumat (19/11), indeks sektor barang konsumen primer ditutup menguat 1,52% di level 703,36.

Saham yang mendorong penguatan ialah PT Siantar Top Tbk. (STTP) melejit 13,49% ke level Rp8.200, Kemudian diikuti saham PT Central Proteina Prima Tbk. (CPRO) melesat 9,57% ke level Rp126 dan saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) naik 5,42% ke level Rp1.265.

Penguatan tersebut adanya sentimen positif dari Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang menilai kenaikan indeks harga produsen pada kuartal III masih dapat terjangkar dan belum mempengaruhi indeks harga konsumen.

Jika dilihat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) indeks harga produsen (IHP) gabungan tiga sektor yakni sektor pertanian, pertambangan dan penggilingan dan industri pengolahan pada kuartal III naik 1,87% dibandingkan kuartal II-2021 (qtq) dan secara tahunan (yoy) naik 7,26% dibandingkan kuartal III-2020.

Barang Konsumen Non-Primer

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/11), indeks sektor barang konsumen non-primer ditutup menguat 0,57% ke level 874,19.

Penguatan sektor ini dipimpin oleh saham PT Esta Multi Usaha Tbk. (ESTA) melejit 18,58% ke level Rp268, diikuti saham PT Citra Putra Realty Tbk. (CLAY) melesat 9,83% ke level Rp950 dan saham PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) naik 7,16% ke level Rp4.490.

Bank Indonesia (BI) dan pemerintah optimistis kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 menguat dibandingkan capaian kuartal III yang tumbuh 3,51%. Penguatan tersebut ditopang dari kinerja  ekonomi yang diperkirakan meningkat pada kuartal IV/2021, didukung oleh perbaikan kinerja ekspor, kenaikan belanja fiskal Pemerintah, maupun peningkatan konsumsi dan investasi.

Hal ini juga tecermin dari kenaikan indikator hingga awal November 2021 seperti mobilitas masyarakat, penjualan eceran, ekspektasi konsumen, PMI manufaktur, serta realisasi ekspor dan impor.

Kesehatan

Pada Jumat (19/11) indeks sektor kesehatan ditutup melemah 0,14% ke level 1.421,38.

Pelemahan sektor ini dipimpin oleh PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) ambles 4,02% ke level Rp430, lalu diikuti PT Royal Prima Tbk. (PRIM) drop 2,66% ke level Rp366 dan PT Bundamedik Tbk. (BMHS) turun 2,31% ke level Rp845.

Sentimen dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan adanya penurunan importasi produk farmasi dalam kode HS 30. Penurunan ini sejalan dengan melandainya kasus Covid-19 di Tanah Air.

Menurut data BPS penurunan impor produk farmasi mencapai US$163,2 juta atau terkoreksi 34,47% secara bulanan. Turunnya impor produk farmasi juga menjadi penyumbang terkoreksinya impor barang konsumsi pada Oktober sebesar 11,17% dibandingkan dengan September 2021.

Selain kelompok produk farmasi, impor buah-buahan dalam kode HS 08 juga menjadi penyumbang penurunan barang konsumsi pada Oktober. Dalam data BPS tercatat impor buah-buahan turun 14,51% secara bulanan.

Barang Baku

Indeks sektor barang baku pada penutupan perdagangan Jumat (19/11) ditutup di zona hijau dengan penguatan 1,22% ke level 1.248,62.

Penguatan sektor ini didorong oleh saham PT Inter-Delta Tbk. (INTD) meroket 24,59% ke level Rp304. Diikuti saham PT HK Metals Utama Tbk. (HKMU) melesat 10,45% ke level Rp74 dan saham PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) naik 7,54% ke level Rp3.710.

Sentimen dari harga tembaga yang melesat pada perdagangan kemarin. Membuat sektor ini ikut terkerek menguat. Penguatan tersebut didorong permintaan yang lebih kuat dari pemulihan ekonomi dan permintaan dari energi terbarukan. Tercatat pada perdagangan kemarin harga tembaga sebesar US$9.580,50/ton atau naik 1,84% pada pukul 16.45 WIB.

Diketahui, tembaga sudah memasuki fase permintaan yang lebih kuat, didukung oleh pemulihan ekonomi dan peningkatan produksi industri dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang didukung transisi energi global, yang mendorong permintaan tembaga dalam teknologi energi terbarukan dan penyimpanan baterai.

Perindustrian

Pada penutupan perdagangan Jumat (19/11), sektor perindustrian ditutup melemah 0,20% ke posisi 1.083,33.

Beberapa saham yang terpantau mengalami pelemahan ialah saham PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) anjlok 6,78% ke level Rp2.200. lalu PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA) drop 6,70% ke level Rp167 dan  PT Dyandra Media International Tbk. (DYAN) merosot 6,67% ke level Rp84.

Sentimen negatif dari  hambatan rantai pasok dunia (global supply chain) menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Salah satunya yang menghambat adalah persoalan krisis kontainer. Dimana harga kontainer naik tidak karuan, yang membuat pengusaha kesulitan melakukan ekspor karena efek pandemi.

Menurut Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), harga ongkos angkut kargo atau freight sudah meningkat mencapai 300% pada bulan ini, dibandingkan pada bulan sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari  ongkos angkut dari Semarang menuju Amerika Serikat berada pada kisaran US$20.000 per kontainer, sementara ke Eropa US$14.000 - US$16.000 per kontainer. Sementara itu, untuk rute ke Australia mulai dari US$ 4.000 - US$ 6000 per kontainer.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Aprilian Hermawan

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.