Rupiah Melemah di Awal Pekan Imbas Spekulasi Kebijakan The Fed

Pelaku pasar memproyeksi the Fed bakal menaikan suku bunga di tengah inflasi yang terus melonjak. Hal itu mendorong dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Rinaldi Mohammad Azka

22 Nov 2021 - 10.36
A-
A+
Rupiah Melemah di Awal Pekan Imbas Spekulasi Kebijakan The Fed

Karyawan menghitung mata uang rupiah di salah satu cabang MNC Bank, Jakarta. Bisnis - Abdullah Azzam

Bisnis, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah pada awal perdagangan Senin (22/11/2021). Sentimen negatif yang menekan mata uang Garuda masih berasal dari kebijakan suku bunga Federal Reserve (the Fed).

Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah bertengger di angka Rp14.232 melemah 0,08 persen atau 12 poin. Rupiah dibuka melemah ke level 14.220,5, kemudian bergerak melemah 15 poin atau 0,11 persen ke level Rp14.247 per dolar AS pada pukul 09.24 WIB.

Jika dihitung sejak awal tahun, nilai tukar rupiah telah melemah 1,3 persen. Sementara itu, indeks dolar AS berjangka menguat 0,05 persen atau 0,05 poin ke level 96,132 pada pukul 09.05 WIB. Pada penutupan sebelumnya, greenback parkir di level 96,075.

Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan dolar AS diperdagangkan lebih tinggi lantaran para pedagang berfokus pada kecepatan the Fed terkait kebijakan suku bunga dalam menanggapi kenaikan tingkat inflasi . “Federal Reserve AS saat ini mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebelumnya karena inflasi terus meningkat dan pemulihan ekonomi dari Covid-19 berlanjut,” tulisnya dalam riset harian, Jumat (19/11/2021).

Data dari pekan sebelumnya juga menunjukkan bahwa inflasi naik ke level tertinggi dalam 30 tahun pada Oktober. Presiden Fed Chicago Charles Evans, salah satu pembuat kebijakan dovish bank sentral, mengatakan pada Kamis (18/11/2021), bahwa ia terbuka untuk mengubah kebijakan moneter pada 2022 jika inflasi terus tetap tinggi.

Evans mengatakan kenaikan suku bunga pada 2022 bisa menjadi langkah tepat jika inflasi tinggi terus berlanjut.  Sementara itu, data pada Kamis menunjukkan bahwa 268.000 klaim pengangguran awal diajukan di AS sepanjang pekan.

Meskipun mendekati level sebelum Covid-19, angka tersebut lebih tinggi dari angka 260.000 dalam perkiraan sejumlah analis. “Kekurangan pekerja menjadi hambatan untuk pertumbuhan pekerjaan yang lebih cepat,” imbuhnya.

Dari dalam negeri, Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di atas level 5 persen pada kuartal IV/2021 dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depannya.

Salah satu alasan ekonomi diatas 5 persen adalah optimisme dari berbagai capaian indikator ekonomi dan pengendalian Covid-19. Selain itu momentum Indonesia yang akan menjadi Presiden G-20 pada 2022 perlu dimanfaatkan.

Perekonomian Indonesia pada kuartal III/2021 juga masih tetap tumbuh positif sebesar 3,51 persen (yoy). Pertumbuhan ini masih relatif tinggi, di tengah pembatasan mobilitas dan aktivitas (PPKM) akibat lonjakan kasus positif Covid-19 pada bulan Juli-Agustus 2021.

“Dalam jangka pendek, pandemi Covid-19 dan variannya masih menjadi tantangan utama bagi perekonomian global. Sementara, isu perubahan iklim juga menjadi tantangan bagi ekonomi global dalam jangka panjang,” tambah Ibrahim.

Untuk perdagangan pekan ini, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.220 - Rp14.260 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.