Ukraina Makin Tegang, Invasi Rusia Picu Perang Dunia Ketiga?

Pemerintah Amerika Serikat telah memerintahkan seluruh keluarga staf Kedutaan Besar AS di Ukraina meninggalkan negara itu. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan invasi Rusia ke Ukraina.

Tim Redaksi

24 Jan 2022 - 18.55
A-
A+
Ukraina Makin Tegang, Invasi Rusia  Picu Perang Dunia Ketiga?

Bendera Ukraina/wikimedia

Bisnis, JAKARTA - Perkembangan di Ukraina menyiratkan tensi yang terus meningkat. Pemerintah Amerika Serikat telah memerintahkan seluruh keluarga staf Kedutaan Besar AS di Ukraina meninggalkan negara itu. Hal itu terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan invasi Rusia ke Ukraina. 

Departemen Luar Negeri AS menyatakan kepada keluarga staf di kedutaan AS di Kyiv bahwa mereka harus meninggalkan negara itu. Staf Kedutaan yang tidak penting dapat meninggalkan Ukraina dengan biaya pemerintah. 

Para pejabat AS menekankan bahwa Kedutaan di Kyiv akan tetap buka dan pengumuman itu bukan merupakan evakuasi. Langkah itu telah dipertimbangkan untuk beberapa waktu dan tidak mencerminkan pelonggaran dukungan AS untuk Ukraina, kata para pejabat seperti dikutip TheGuardian.com, Senin (24/1/2022). 

Kekhawatiran soal invasi Rusia terwakili oleh penumpukan militer Rusia di perbatasan Ukraina. Hal itu tidak mereda bahkan selama pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Jenewa, Jumat lalu. 

Di sisi lain, menjelang pertemuan para menteri luar negeri di Brussels pada Senin, seorang pejabat senior Eropa mengatakan Uni Eropa akan siap untuk memberlakukan sanksi "dalam beberapa hari" jika pasukan Rusia melancarkan invasi. 

AS bahkan bersumpah akan memberikan 'tanggapan cepat, keras dan bersatu' jika Rusia menginvasi Ukraina.

Ukraina juga dikatakan bereaksi "serius" terhadap tuduhan Kantor Luar Negeri Inggris bahwa Moskow memiliki rencana untuk menyerang negara itu dan mendirikan pemerintahan boneka, menurut seorang penasihat senior pemerintah. 

Kyiv menolak keras upaya Rusia mengacaukan pemerintah dan ekonominya. Kementerian Luar Negeri mengeklaim bahwa Moskow dapat menggulingkan pemerintah dan mengangkat Yevhen Murayev, mantan anggota parlemen yang mengendalikan stasiun televisi pro-Rusia, sebagai presiden Ukraina.  

Ancaman atau gertakan Eropa dan Amerika Serikat bisa jadi dipertimbangkan Rusia. Namun, hal itu tidak selalu berarti bahwa Rusia akan menuruti keinginan barat, dalam hal ini Eropa dan Ameriksa Serikat. Jika hal terakhir yang terjadi, dan Rusia menginvasi Ukraina, komplikasi yang terjadi bisa sangat rumit dan sulit diurai kembali.

Betapa pun Eropa dan Amerika Serikat berkepentingan untuk memelihara pengaruhnya di Ukraina. Bagi Eropa, Ukraina adalah jalur suplai gas penting yang selama ini dikirimkan dari Rusia melalui negeri tersebut,  Sedangkan bagi Amerika Serikat, Ukraina adalah negara yang penting untuk menjadi proxy, perwakilan kekuatan AS di Erop[a Timur sekaligus wilayah bekas Uni Sovyet tersebut.

Tidak mengherankan jika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memperkuat ancamannya terhadap rencana invasi Rusia ke Ukraina.

"Jika satu orang saja pasukan Rusia masuk ke Ukraina dengan gelagat perang, seperti yang saya katakan, maka langkah itu akan memicu pembalasan yang cepat, keras, dan bersatu dari kami dan dari Eropa," kata Blinken seperti dikutip CNN.com, Senin (24/1/2022). 

Komentar Blinken itu lebih memperjelas posisi AS pada setiap tindakan militer Rusia setelah negara itu mengumpulkan puluhan ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina.

Meski sempat menyatakan "serangan kecil" mungkin tidak memicu tanggapan yang sama dari NATO. Presiden AS Joe Biden mengoreksi pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa setiap pasukan Rusia yang melintasi perbatasan Ukraina akan merupakan invasi. 

Blinken menegaskan semua hal yang dilakukan, termasuk membangun kekuatan bersama Eropa, merupakan konsekuensi besar bagi Rusia. Hal itu dirancang agar Presiden (Vladimir) Putin membuat perhitungan untuk menghentikan rencananya saat AS terus  mengupayakan jalur diplomasi. 

Sementara itu, Pemerintah Inggris menuduh Rusia berusaha menggantikan pemerintahan Ukraina dengan pemerintahan pro-Moskow. Inggris menyebutkan mantan anggota parlemen Ukraina Yevheniy Murayev sedang dipertimbangkan sebagai calon potensial. 

Murayev adalah kepala partai kecil pro-Rusia Nashi, yang saat ini tidak memiliki kursi di parlemen Ukraina. Kementerian Luar Negeri Inggris menyebut beberapa politisi Ukraina lainnya yang dikatakan memiliki hubungan dengan dinas intelijen Rusia juga dijagokan untuk menguasai pemerintahan. 

Akan tetapi, tidak jelas bagaimana cara yang akan digunakan Rusia untuk membentuk pemerintahan yang bersahabat di Kyiv. Pemerintah Inggris membuat klaim berdasarkan penilaian intelijen, tanpa memberikan bukti untuk mendukungnya. 

Spekulasi itu muncul di tengah perang kata-kata antara Moskow dan Barat atas desain Rusia di Ukraina. Menteri Luar Negeri Liz Truss mengatakan informasi itu menyoroti sejauh mana aktivitas Rusia yang dirancang untuk menumbangkan pemerintahan Ukraina dan menanamkan pemikiran Kremlin sebagaimana dikutip CNBC.com, Minggu (23/1/2022). 

Truss mendesak Rusia mengurangi eskalasi, mengakhiri rencana agresi dan disinformasi serta memilih jalur diplomasi. Inggris menegaskan kembali pandangannya bahwa “setiap serangan militer Rusia ke Ukraina akan menjadi kesalahan strategis besar-besaran dengan biaya besar.” 

Sebelumnya, Inggris telah mengirim senjata anti-tank ke Ukraina sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat pertahanan atas potensi serangan Rusia. Di tengah upaya diplomatik untuk meredakan krisis, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace diperkirakan akan bertemu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu untuk melakukan pembicaraan di Moskow. 

Akan tetapi, belum ada jadwal yang diberikan untuk pertemuan itu, yang akan menjadi pembicaraan pertahanan bilateral pertama Inggris-Rusia sejak 2013. 

AS telah melakukan kampanye agresif dalam beberapa bulan terakhir untuk menyatukan sekutu Eropanya melawan invasi baru Rusia ke Ukraina. Gedung Putih menyebut penilaian pemerintah Inggris "sangat memprihatinkan" dan mengatakan pihaknya mendukung pemerintah Ukraina yang terpilih. 

Sementara itu, negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia dan Lithuania akan mengirim rudal anti-tank dan anti-pesawat buatan AS ke Ukraina dalam sebuah langkah yang menurut Blinken didukung sepenuhnya oleh Washington. 

“Saya mempercepat dan mengizinkan dan kami sepenuhnya mendukung transfer peralatan pertahanan Sekutu NATO dari Estonia, Latvia, dan Lithuania yang diberikan ke Ukraina untuk memperkuat kemampuannya mempertahankan diri terhadap agresi Rusia yang tidak beralasan dan tidak bertanggung jawab,” ujarnya. 

Blinken menambahkan pihaknya mengapresiasi dukungan mereka ke Ukraina. 

Di sisi lain, Dmitry Peskov, juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, awal pekan ini menggambarkan pasokan senjata Barat ke Ukraina sebagai sangat berbahaya. Menurutnya, mereka "tidak melakukan apa pun untuk mengurangi ketegangan". 

Pihak Barat telah menolak tuntutan utama Moskow agar NATO tidak menjadikan Ukraina sebagai anggota, tidak ada senjata aliansi yang akan dikerahkan di dekat perbatasan Rusia, dan bahwa mereka akan menarik kembali pasukannya dari Eropa Tengah dan Timur.

Lantas apa yang terjadi jika akhirnya Rusia menginvasi Ukraina? Apakah hanya akan menyebabkan perang di Ukraina atau justru jadi pemantik perang dunia ketiga.

Hal yang tidak diinginkan itu mungkin saja terjadi jika Ukraina makin panas, dan kisruh yang terjadi di sana memancing kehadiran banyak pihak untuk berada di barisan yang saling berlawanan.

Sejarah mencatat bahwa perang dunia terjadi karena peperangan yang melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan. Jika AS dan Eropa bersatu menggempur Rusia, sementara sejumlah negara yang selama ini memusuhi AS bergabung dengan Rusia, mimpi buruk tentang perang dunia ketiga pun menjadi nyata. (John Andhi Oktaveri, Fitri Sartina Dewi, Edi Suwiknyo, Nancy Junita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.