Bisnis PCR Menteri Jokowi, Pencari Rente atau Social Enterprise?

Heboh bisnis PCR memunculkan tudingan kabinet sekarang adalah pencari rente.  Sementara itu, pendapat lain menyebutkan soal social enterprise. Publik penting mengetahui bedanya social enterprise dan perusahaan yang didirikan untuk tujuan profit semata.

Saeno

7 Nov 2021 - 17.46
A-
A+
Bisnis PCR Menteri Jokowi, Pencari Rente atau Social Enterprise?

Petugas melakukan tes usap atau PCR test virus Covid-19 di Genomik Solidaritas Indonesia (GSI), Jakarta, Rabu (12/8/2020). GSI Lab melakukan tes usap Covid-19 secara walk thru, ride thru, dan drive thru./Bisnis - Hendri T Asworo

Bisnis, JAKARTA - Heboh keterlibatan dua menteri Jokowi dalam bisnis PCR masih menggelinding di media sosial. Muncul tudingan kabinet sekarang adalah kabinet pencari rente.  Sementara itu, pendapat lain menyebutkan soal sosial enterprise dan publik penting mengetahui bedanya sosial enterprise dan perusahaan yang didirikan untuk kepentingan bisnis semata.

Menurut Rocky Gerung terbongkarnya keterlibatan dua menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait bisnis tes PCR untuk Covid-19. Dia menilai, hal tersebut membuktikan bahwa sekarang ini merupakan kabinet pencari rente.

Adapun dua menteri yang disinyalir terseret bisnis PCR yaitu Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, dan Menteri BUMN Erick Thohir. Nama Luhut dan Erick dikaitkan dengan PT Genomik Solidaritas Indonesia.

"Dari awal kabinet isinya pencari rente, semua menteri rent seeking itu, rent seeker yang memang didiamkan oleh Presiden Jokowi," kata Rocky di Channel Youtube Rocky Gerung Official, dikutip Minggu (7/11/2021).

Rocky Gerung berpendapat mestinya Presiden Jokowi mengetahui sejak awal bahwa kabinet yang dibentuknya ingin mengembalikan dana-dana kampanye yang mereka pakai untuk keperluan Pilpres.

Menurut Rocky sikap pejabat yang mengintai seluruh lini bisnis bukanlah barang baru. Karena itu, dia mengatakan jika nanti perubahan kekuasaan, bisa jadi satu kabinet akan masuk pengadilan.

"Bahwa akan ada akal sehat juga untuk menelanjangi mereka. Apa keropos kecil itu, ya putusan Mahkamah Konstitusi yang enggak pernah dia prediksi itu akan dibatalkan," papar Rocky Gerung.

Mantan Dosen Filsafat UI itu menilai dalam politik mudah sekali berbuat curang. Hal itu akan diingat dalam peristiwa kecil yang akan dipakai untuk membongkar persekongkolan besar. Menurutnya, peristiwa kecil saat ini sederhana, yaitu mahalnya harga tes PCR. Namun, hal itu akan berlanjut menjadi persoalan yang lebih besar.

Postingan LBP

Sementara itu, di facebook, akun Ezki Suyanto mengaku mendapat postingan terkait penjelasan Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan. 

"Saya dapat postingan ini di grup orang2 Batak lalu saya tanya ke Pak Menko bolehkah saya share? Lalu Pak LBP telpon isinya bla bla bla… Ini postingan Pak LBP," ujar Ezki.

Berikut postingan LBP dimaksud: 

Terimakasih doa teman2 semua, sekedar memberitahukan saja, tdk ada yg salah saya lakukan, semua saya berikan sebagai dana kemanusian akibat keadaan yg sulit diawal covid bulan feb, maret tahun 2020, penyakit yg belum diketahui apa persisnya, perlu obat, perlu pcr dsbnya saya menyumbang dgn sukarela, tdk ada keuntungan finacial sama sekali, dlm anggaran dasar dan rumah tangga nya jelas tdk ada pembagian keintungan, saya juga dgn teman2 sdh membantu 14 fak kedokteran itk lab tesnya….termasuk usu,dan saya tdk ingat semua itu sampai ramai dibincangkan, saya minta dilaporkan tadi malam, saya senang benar2 tdk ada yg salah….sekali lagi semua masalah kemanusian….tdk ada sedikitpun kaitan dgn bisnis saya, atau ada keuntungan pribadi yg didapat…terimakasih semua support teman2, saya tdk akan memalukan orang batak maupun istri, anak2, cucu 2 saya….(LBP)

Social Entreprise

Terkait kehebohan soal LBP dan bisnis PCR, di akun facebook Ezki juga terdapat tangkapan layar dari akun Feri Latief soal social enterprise. Akun ini menyebutkan bahwa konsep social enterprise belum banyak dikenal publik.

Ketidaktahunan publik, ujarnya, diperparah oleh sentimen politik dan tindakan warganet yang main pukul rata ketika nama Luhut dan Erick Thohir muncul di balik kehebohan PCR dan GSI ( PT Genomik Solidaritas Indonesia).

 

 

Seperti dikutip bisnismuda.id, social enterprise merupakan sebuah usaha dengan strategi komersial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, sosial, serta lingkungan. Bentuk usaha ini sekaligus memaksimalkan peluang dari dampak lingkungan-sosial menjadi keuntungan, baik bagi sosial maupun perusahaan.

Secara substansi, kegiatan usaha sosial sudah eksis pada abad ke-19, terdapat gerakan koperasi hingga pembangunan sekolah perawat di India. Berdasarkan buku Berani Jadi Wirausaha Sosial? yang diterbitkan DBS Foundation dan UKM Center UI, social enterprise memiliki 4 tipe, yaitu :

1. Community-based Social Enterprise (CBSE)

Berangkat dari kebutuhan sekelompok orang dengan permasalahan dan kondisi yang sama, atau tinggal dalam satu lingkup, tipe usaha sosial berbasis komunitas ini menjadi salah satu tipe yang cukup umum.

Biasanya, konsumen tipe ini sekaligus menjadi penerima manfaatnya. Para anggota komunitas nantinya akan diajak bekerja sama dengan pelaku usaha sosial untuk menyelesaikan masalah secara bersama. Contoh konkrit dari tipe ini adalah koperasi.

2. Non-for-profit Social Enterprise (NFPSE)

Tipe ini benar-benar fokus pada pemberdayaan masyarakat. NFPSE umumnya didorong oleh rasa peduli buat mengatasi masalah masyarakat dan berfokus pada dana sosial.

Tipe usaha sosial ini butuh pengelolaan yang lebih profesional hingga sumber daya manusia yang kompeten. Tipe NFPSE ini seperti yang dilakukan Dompet Dhuafa dan KitaBisa.

3. Hybrid Social Enterprise (HSE)

Usaha sosial dengan tipe ini biasanya memiliki target berkelanjutan. Tipe HSE komposisi dananya meliputi dana sosial dan semi komersial, bahkan komersial. Salah satu usaha sosial dengan tipe ini adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa.

4. Profit-for-benefit Social Enterprise

Tipe usaha sosial yang satu ini menjangkau target organisasi yang lebih luas, meliputi pemberdayaan, pengembangan, hingga pertumbuhan bisnisnya. Hal ini dilakukan untuk membuat targetnya menjadi mandiri dan tidak memiliki ketergantungan dengan penyandang dana.  (Indra Gunawan,  Feni Freycinetia Fitriani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.