Free

Kazakhstan Lolos dari Ancaman Kudeta, 164 Orang Tewas

Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengatakan bahwa negaranya sudah melewati upaya kudeta yang dikoordinasikan oleh apa yang disebut sebagai “pusat tunggal” setelah kerusuhan paling kejam sejak runtuhnya Soviet.

Saeno

10 Jan 2022 - 20.47
A-
A+
Kazakhstan Lolos dari Ancaman Kudeta, 164 Orang Tewas

Peta Kazakhstan/Google Maps

Bisnis, NUR-SULTAN - Kazakhstan telah lolos dari upaya kudeta yang memanfaatkan kondisi yang terjadi di negeri di Asia Tengah tersebut. Hal itu tersurat dari pernyataan  Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Senin (10/1/2022). Presiden  Kassym-Jomart Tokayev  mengatakan bahwa negaranya sudah melewati upaya kudeta yang dikoordinasikan oleh apa yang disebut sebagai “pusat tunggal” setelah kerusuhan paling kejam sejak runtuhnya Soviet.

Tokayev mengatakan Kazakhstan akan segera memberikan bukti kepada masyarakat internasional tentang apa yang telah terjadi.

Dia menyebutkan 16 anggota angkatan keamanan sudah tewas dan jumlah warga sipil yang tewas dalam kekerasan itu masih dalam pemeriksaan.

Hal itu disampaikan Tokayev dalam pertemuan daring dengan aliansi militer pimpinan Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) melalui tautan video.

Tokayev mengatakan Kazakhstan telah kembali tertib, tetapi pemburuan terhadap “teroris” tetap berjalan. Dia mengatakan operasi "kontra-terorisme" skala besar akan segera berakhir bersamaan dengan misi CSTO yang disebut terdiri dari 2.030 tentara dan 250 perangkat keras militer.

Campur Tangan Asing

Sementara itu, China menawarkan diri untuk meningkatkan kerja sama dengan Kazakhstan. China bersedia meningkatkan kerja sama penegakan hukum dan keamanan dengan Kazakhstan. China juga bersedia membantu Kazakhstan menentang campur tangan kekuatan eksternal setelah protes keras di negara di Asia Tengah itu.

Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, Senin (10/1/2022). Wang Yi, yang juga menjabat sebagai penasihat negara, menyampaikan hal itu  dalam percakapan telepon dengan Perdana Menteri Kazakhstan Mukhtar Tileuberdi. 

“Gejolak baru-baru ini di Kazakhstan menunjukkan bahwa situasi di Asia Tengah sedang menghadapi tantangan berat dan itu sekali lagi membuktikan bahwa sejumlah kekuatan eksternal tidak menginginkan perdamaian dan ketenangan di wilayah kami,” ujar Wang saat berbicara dengan Tileuberdi seperti dikutip Kementerian Luar Negeri China .

Gedung-gedung pemerintahan di Kazakhstan sempat direbut atau dibakar di beberapa kota pekan lalu saat aksi menentang harga bahan bakar yang berawal damai  memanas menjadi kekerasan.

Tentara diperintahkan untuk menembak, membunuh untuk memadamkan pemberontakan di seluruh negeri.

Otoritas Kazakhstan  menuding kekerasan itu dilakukan oleh ekstremis, termasuk militan Islam yang dilatih asing untuk menimbulkan kekerasan itu.

Otoritas Kazakhstan  juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirimkan pasukannya yang pemerintah katakan telah dikerahkan untuk menjaga tempat-tempat strategis.

China bersedia untuk “bersama-sama menentang campur tangan dan infiltrasi kekuatan eksternal manapun,” kata Wang.

Presiden China Xi Jinping pada Jumat (7/1/2022) mengatakan kepada Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev bahwa China dengan tegas menentang kekuatan apa pun yang mengganggu stabilitas Kazakhstan, kata televisi pemerintah China.

7.939 Orang Ditahan, 164 Tewas 

Dampak kerusuhan yang terjadi, pasukan keamanan Kazakhstan menahan total 7.939 orang. Kerusuhan tersebut bermula dari protes damai menentang kenaikan harga bahan bakar. Belakangan aksi unjuk rasa berubah menjadi tindak kekerasan dan penguasaan sejumlah bangunan.

Pihak berwenang Kazakhstan menuding kekerasan itu dilakukan oleh "ekstremis" dan "teroris", beberapa di antaranya adalah orang asing.

"Saya pikir ada semacam konspirasi yang melibatkan kekuatan penghancur domestik dan asing tertentu," kata Menteri Luar Negeri Yerlan Karin kepada televisi pemerintah, Senin, tanpa menyebut nama tersangka.

Sementra itu, Mantan kepala Komite Keamanan Nasional Karim Masimov ditahan atas tuduhan makar pekan lalu, beberapa hari setelah Presiden Kassym-Jomart Tokayev memecatnya.

Tokayev juga telah memecat kabinetnya, mengeluarkan perintah tembak mati untuk mengakhiri kerusuhan, dan mengumumkan keadaan darurat di negara kaya minyak berpenduduk 19 juta jiwa itu.

Dia juga meminta blok militer pimpinan Rusia untuk mengirim pasukan, yang menurut pemerintah telah dikerahkan untuk menjaga objek-objek strategis.

Media Rusia dan pemerintah melaporkan 164 orang tewas dalam bentrokan tersebut, merujuk pada unggahan media sosial pemerintah.

Namun, otoritas kesehatan dan polisi tidak mengonfirmasi angka tersebut dan unggahan media sosial itu kemudian dihapus.

Konsolidasi dan Netral dari Faksi Nazarbayev

Pascakerusuhan Presiden Kazakhstan dituntut bergerak cepat mengonsolidasikan kekuasaannya. Sebelumnya, Tokayev memutuskan hubungan dengan pendahulunya yang kuat saat negara itu dilanda kekerasan, pekan lalu. 

Mantan Perdana Menteri Akezhan Kazhegeldin, Minggu, menyebut kekerasan itu merupakan yang  paling mematikan  dalam 30 tahun kemerdekaan Kazakhstan dari Moskow.

Ketika pengunjuk rasa membakar gedung-gedung di kota terbesar Almaty, Rabu lalu, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mencopot Nursultan Nazarbayev sebagai kepala Dewan Keamanan yang digdaya. Selama ini, posisi itu dimanfaatkan Nazarbayev, 81, untuk terus mengendalikan kekuasaan meskipun sudah tidak menjadi presiden sejak 2019.

Sebanyak 164 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 6.000 orang ditahan dalam peristiwa yang disebut Tokayev sebagai operasi kontra-teroris. Pembersihan di kalangan aparat keamanan pun sedang berlangsung di negara penghasil minyak dan uranium di Asia Tengah itu.

Kazhegeldin mengatakan kepada Reuters bahwa Tokayev, yang memerintah sejak 2019 di bawah bayang-bayang pria yang mendominasi negara itu selama tiga dekade sebelumnya, perlu menghilangkan keraguan tentang siapa yang benar-benar berkuasa.

"Saya pikir banyak orang di jejaring sosial, kritikus, terus mengatakan dia adalah calon Nazarbayev, bahwa Nazarbayev berdiri di belakangnya dan memanipulasi dia," katanya, seperti dikutip Antara.

"Sekarang dia memiliki kekuasaan eksekutif formal yang lengkap, pertanyaannya adalah bagaimana dia akan menggunakannya. Dia perlu mengambil alih komando," ujar Kazhegeldin yang menjabat perdana menteri di bawah Nazarbayev pada 1990-an, saat itu Tokayev masih menjabat menteri luar negeri.

Kazhegeldin berhenti dari pemerintahan karena kegelisahannya tentang korupsi. Kini, dia tinggal di pengasingan di Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.