Bisnis, JAKARTA – Pemimpin otoriter Kazakhstan memerintahkan pasukan keamanan untuk menembak tanpa peringatan di tengah tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev juga mengatakan 20.000 “bandit" menyerang kota utama Almaty, pusat protes yang dipicu oleh kenaikan harga bahan bakar.
Tokayev, 68 tahun, menyalahkan "teroris" yang dilatih di luar negeri, tanpa memberikan bukti. Kementerian Dalam Negeri mengatakan 26 "penjahat bersenjata" dan 18 petugas keamanan tewas dalam kerusuhan itu.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Tokayev menolak seruan untuk mengadakan pembicaraan dengan pengunjuk rasa dan menyebutnya sebagai "omong kosong", dengan mengatakan: "Pembicaraan macam apa yang bisa kita lakukan dengan penjahat dan pembunuh?"
"Kami harus menghadapi bandit bersenjata dan siap, baik lokal maupun asing. Lebih tepatnya, dengan teroris. Jadi, kami harus menghancurkan mereka, ini segera dilakukan," papar Tokayev. Kelompok oposisi menolak tuduhan pihak berwenang atas terorisme.
Sebelumnya, dia mengatakan tatanan konstitusional sebagian besar telah dipulihkan. Seorang koresponden BBC di Almaty mengatakan situasinya jauh lebih tenang setelah berhari-hari kekerasan, meski masih ada beberapa suara tembakan dan ledakan.
Tokayev mengatakan pasukan penjaga perdamaian yang dikirim dari Rusia dan negara-negara tetangga telah tiba atas permintaannya dan berada di negara itu untuk sementara guna memastikan keamanan.
Pasukan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia dilaporkan memiliki sekitar 2.500 tentara. Tokayev memberikan "terima kasih khusus" kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengirim pasukan ke negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev./Eurasianet
Koneksi internet telah dipulihkan di beberapa daerah, dan pejabat Kazakhstan serta pasukan CSTO mengendalikan bandara utama Almaty, sehari setelah direbut kembali dari pengunjuk rasa.
Komisi Eropa, yang merupakan eksekutif Uni Eropa, menawarkan "bantuan yang kami bisa" untuk membantu Kazakhstan menyelesaikan krisis serta juga menyerukan diakhirinya kekerasan, menggemakan pernyataan sebelumnya dari PBB, AS, Inggris, dan Prancis.
Kerusuhan dimulai pada Minggu (02/01/2022) ketika biaya bahan bakar gas cair (LPG), yang digunakan banyak orang di Kazakhstan untuk bahan bakar mobil mereka, melambung berlipat ganda.
Pemerintah mengatakan bahwa harga bahan bakar minyak akan dikembalikan selama 6 bulan. Namun, pengumuman itu gagal mengakhiri protes, yang meluas hingga mencakup keluhan politik lainnya.
Kazakhstan, yang beribu kota di Nursultan (dahulu Astana), sering digambarkan sebagai otoriter, dan sebagian besar pemilihan dimenangkan oleh partai yang berkuasa dengan hampir 100% suara. Tidak ada oposisi politik yang efektif.