Bisnis, JAKARTA – Sedikitnya 84 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka setelah terjadi ledakan besar di ibu kota Sierra Leone, Freetown.
Ledakan itu terjadi setelah kendaraan pengangkut bahan bakar minyak sepanjang 40 kaki bertabrakan dengan bus di persimpangan yang sibuk di kota tersebut.
Rekaman yang disiarkan oleh media lokal menunjukkan tubuh-tubuh hangus di jalan-jalan di sekitar lokasi kecelakaan itu.
Presiden Julius Maada Bio mengatakan dia "sangat terganggu oleh kebakaran tragis dan hilangnya nyawa yang mengerikan".
Dalam sebuah tweet, dia mengatakan pemerintahnya akan melakukan "segalanya untuk mendukung keluarga yang terkena dampak".
Wali Kota Freetown Yvonne Aki-Sawyerr menggambarkan melihat foto-foto "mengerikan" tetapi mengatakan skala kerusakan belum jelas.
Dalam sebuah posting di Facebook dia mengatakan ada "rumor bahwa lebih dari 100 orang telah kehilangan nyawa mereka", meskipun belum ada jumlah kematian resmi.
Kamar mayat yang dikelola negara sejauh ini telah menerima 91 jenazah, kata manajernya sebagaimana dilansir BBC pada Sabtu (6/11/2021).
Ledakan itu diyakini terjadi di persimpangan di luar Supermarket Choithram yang sibuk di wilayah Wellington di kota itu pada Sabtu sekitar pukul 5 pagi WIB.
Satu laporan mengatakan sebuah bus yang penuh dengan orang terbakar habis, sementara toko-toko dan kios-kios pasar di dekatnya terperangkap dalam kobaran api ketika bahan bakar tumpah ke jalan-jalan.
Brima Bureh Sesay, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional Sierre Leone, negara seluas 71.740 km2 di Afrika bagian barat, mengatakan kepada media lokal bahwa insiden itu adalah "kecelakaan yang mengerikan".
Kota pelabuhan, yang merupakan rumah bagi lebih dari 1 juta orang, telah menghadapi beberapa bencana serius dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Maret, lebih dari 80 orang terluka setelah kebakaran besar di salah satu daerah kumuh kota menyebabkan lebih dari 5.000 orang mengungsi.
Pada 2017 lebih dari 1.000 orang tewas setelah hujan lebat menyebabkan tanah longsor yang melanda kota, menyebabkan sekitar 3.000 orang kehilangan tempat tinggal.