Rupiah Makin Perkasa, Tahun Depan Diproyeksi Capai Rp 14.800

Setelah melemah selama dua pekan, rupiah mulai unjuk gigi dengan menguat terhadap dolar AS dalam dua hari terakhir.

Ika Fatma Ramadhansari & Dwi Nicken Tari

8 Des 2021 - 18.12
A-
A+
Rupiah Makin Perkasa, Tahun Depan Diproyeksi Capai Rp 14.800

Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Rabu (18/3) hingga pukul 10.09 WIB, nilai tukar rupiah melemah 140 poin atau 0,93 persen ke posisi Rp15.223 per dolar AS. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar - wsj.

Bisnis, JAKARTA - Rupiah melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (8/12/2021). Laju mata uang garuda itu pun diproyeksi bakal makin kencang pada tahun depan. 

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip dari Bisnis.com, nilai tukar rupiah kembali ditutup menguat 0,15 persen atau 21 poin ke posisi Rp14.357 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah 0,23 persen ke level 96,15 pada pukul 15.15 WIB.  

Pelemehan dolar AS pun menyulut penguatan mata uang lain di kawasan Asia. Seperti baht Thailand yang naik 0,36 persen, won Korea Selatan naik 0,31 persen, yuan China naik 0,17 persen dan yen Jepang naik 0,16 persen terhadap dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebut pelemahan dolar AS dipicu turunnya imbal hasil Treasury AS. Selain itu, investor masih wait and see data inflasi AS dan China yang akan dirilis besok, Kamis dan data indeks harga konsumen AS yang keluar sehari setelahnya.

Sentimen negatif terhadap dolar AS semakin kencang seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap varian Omicron. Meskipun varian virus corona itu disebut-sebut tidak terlalu parah, tetapi vaksin yang ada juga disebutkan tidak mampu memberikan perlindungan penuh.

Di sisi lain, rupiah mampu menguat setelah rilis data cadangan devisa November 2021 yang mengalami peningkatan setelah pada Oktober lalu menurun. Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa pada November sebesar US$145,9 miliar atau naik tipis US$0,4 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$145,5 miliar.  

“Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2021 dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa sentra penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” jelas Ibrahim dalam riset hariannya, Rabu (8/12/2021). 

Dia menjelaskan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,3 bulan impor atau 8,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini pun berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.  

Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ditambah lagi, survei konsumen BI pada November 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia masih terus menguat.

 Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2021 sebesar 118,5 atau lebih tinggi dari 113,4 pada Oktober 2021.  Berdasarkan sentimen tersebut, Ibrahim pun memprediksi pergerakan rupiah pada Kamis (9/12/2021) akan ditutup menguat.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.330 - Rp14.380,” tutupnya.   

 

 

Semakin Perkasa 

Di sisi lain, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menargetkan rupiah bergerak pada kisaran Rp14.500-Rp14.800 per dolar AS pada tahun depan. Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan, menjelaskan rupiah berpotensi sedikit melemah pada 2022 di tengah perubahan kebijakan moneter global dan normalisasi harga komoditas dunia.

“Namun ketahanan fundamental yang baik akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah,” kata Katarina, Selasa (7/12/2021).

Adapun, performa rupiah akan ditopang oleh kebijakan moneter prudensial yang ditetapkan Bank Indonesia, ketahanan eksternal yang kuat, serta cadangan devisa negara yang memadai. Selain itu, lanjut Katarina, harapan iklim investasi yang lebih kondusif pada 2022 juga dapat mendorong investasi langusng yang dapat menopang stabilitas rupiah.

Sementara itu, peningkatan sinergi fiskal dan moneter juga masih akan tetap dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah tahun depan. “Selama burden sharing ini membantu pemulihan ekonomi Indonesia, pasar sangat apresiasi,” kata Katarina.

Dia menyebut perbaikan struktural Indonesia yang berkelanjutan bakal menjadi fondasi dan penopang kuat sentimen pasar finansial. Manulife Aset Manajemen Indonesia pun memperkirakan defisit neraca berjalan (CAD) berada di kisaran 2,1-2,5 persen pada 2021 dengan inflasi sekitar 2,5-3 persen.

Selanjutnya suku bunga diperkirakan meningkat pada kisaran 3,75-4 persen pada 2022. Sementara itu, pertumbuhan domestik bruto (PDB) diperkirakan sebesar 5-5,4 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.