Target Ekspor Batu Bara Dibayangi Keterbatasan Kapal Tongkang

Pemerintah telah merencanakan ekspor batu bara tahun ini mencapai 487,50 juta ton hingga akhir 2021. Namun, terbatasnya kapal tongkang menjadi kendala dalam pemenuhan target ekspor emas hitam itu.

Rayful Mudassir

29 Nov 2021 - 15.57
A-
A+
Target Ekspor Batu Bara Dibayangi Keterbatasan Kapal Tongkang

Sejumlah kapal tongkang pengangkut batu bara melakukan bongkar muatan di perairan Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (19/7/2021)./ANTARA FOTO-Nova Wahyudi

Bisnis, JAKARTA — Kian memanasnya harga batu bara global sejalan dengan makin tingginya permintaan menjelang musim dingin di sejumlah negara di belahan utara, menjadi peluang bagi eksportir untuk meningkatkan volume penjualan emas hitam itu di pasar global.

Kendati peluang ekspor makin besar, Asosiasi Pemasok Batubara dan Energi Indonesia (Aspebindo) mengakui terbatasnya kapal tongkang menjadi kendala dalam pemenuhan ekspor batu bara tahun ini.

Ketua Umum Asosiasi Pemasok Batubara dan Energi Indonesia (Aspebindo) Anggawira mengatakan bahwa minimnya kapal pengangkut batu bara ke berbagai tujuan yang terjadi sepanjang pandemi Covid-19, membuat ekspor batu bara ke berbagai negara pengimpor tidak dapat serta merta dipenuhi.

Di sisi lain, pemerintah telah merencanakan ekspor tahun ini mencapai 487,50 juta ton hingga akhir 2021. "Dengan harga tinggi, pasti everyone pengen ekspor ya, tapi seperti kendala kemarin kan dari sisi logistik ketersediaan dari angkutan cukup terbatas," katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021).

Berdasarkan mineral one data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi produksi batu bara telah mencapai 544,35 juta ton atau 87,10% dari target 625 juta ton.

Akan tetapi, realisasi ekspor emas hitam itu baru 54,24% atau hanya 264,43 juta ton hingga saat ini, dari rencana ekspor 487,50 juta ton.

Di sisi lain, Anggawira juga meminta pengusaha pertambangan untuk tidak meninggalkan kewajiban pemenuhan pasokan untuk pasokan dalam negeri. Pengusaha berkewajiban memenuhi minimal 25% dari total produksi batu bara untuk pasar domestik. 

"Market domestic juga dari target suplai masih banyak belum terpenuhi. Jadi saya rasa dikembalikan kepada masing-masing perusahaan. Kan ada kewajiban dalam konteks domestik yang harus dipenuhi juga. Jadi kita sih mengarahkan tetap ada keseimbangan antara ekspor dan dalam negeri," kata Anggawira. 

Dia tidak menampik kenaikan harga batu bara saat ini membuat badan usaha pertambangan akan mengejar pasar ekspor.

Hal ini dapat terjadi seiring dengan harga komoditas dalam negeri masih berada di angka US$70 per ton untuk PLN dan US$90 per ton untuk industri pupuk dan semen.

Beberapa waktu lalu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia sempat memperkirakan produksi harga batu bara tidak akan memenuhi rencana 625 juta ton hingga akhir tahun.

Kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor utama. Beberapa di antaranya adalah cuaca buruk di area pertambangan dan masih terbatasnya alat berat di area pertambangan. Alhasil produksi baru bara masih sulit mencapai target.

"Untuk produksi akhir tahun mungkin tidak mencapai target 625 juta ton. Ini cuma proyeksi saja. Mungkin pihak lain punya pandangan berbeda," ujar Hendra.

Berdasarkan bursa ICE Newcastle, batu bara masih dihargai tinggi meski tengah mengalami koreksi. Pada penutupan perdagangan Jumat (26/11/2021), batu bara kontrak November menyentuh US$157,50 per ton atau turun 0,50 poin dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu untuk kontrak Desember, batu bara anjlok hingga 8,50 poin menjadi US$176 per ton atau merosot 4,61% dibandingkan dengan harga penutupan perdagangan sebelumnya yakni US$184,50 per ton.

Meski mengalami koreksi dalam, harga batu bara masih terbilang tinggi. Pada awal tahun, komoditas ini diperdagangkan pada level US$90 per ton. Meningkatnya permintaan yang tidak didukung oleh suplai saat krisis energi melanda, membuat harga batu bara kembali membara.

Sepanjang tahun ini, batu bara di bursa ICE Newcastle sempat membukukan rekor harga tertinggi yakni pada level $272,5 per ton pada 5 Oktober 2021. Catatan itu menjadi tertinggi untuk harga batu bara sepanjang masa.

Peneliti dari Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan bahwa harga komoditas mengalami lonjakan kuat seiring dengan tingginya permintaan dari sejumlah negara termasuk Eropa.

"Harga akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun karena permintaan akan terus tinggi ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (26/11/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.