Varian Baru Covid-19 Poles Prospek Emas

Kemunculan varian baru Covid-19 secara global memoles prospek emas di pasar komoditas. Simak penjelasannya.

Duwi Setiya Ariyanti

27 Nov 2021 - 19.27
A-
A+
Varian Baru Covid-19 Poles Prospek Emas

Kemunculan varian baru Covid-19 secara global memoles prospek emas di pasar komoditas. (Antara)

Bisnis, JAKARTA— Munculnya varian baru Covid-19 akhirnya menjadi sentimen utama yang mampu memoles prospek emas di pasar komoditas yang masih tertekan sepanjang tahun.

Dikutip dari Markets Insider, Sabtu (27/11/2021), harga emas pada penutupan perdagangan Jumat (26/11/2021) menyentuh US$1.792,6 per troy ounce atau naik 0,17 persen. Kendati menguat, harga logam mulia masih mencetak koreksi 5,4 persen secara tahun berjalan.

Investor kembali mencari aset aman akibat kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara dan pengumuman varian baru tampak di pasar keuangan global.

“Aset berisiko terus terkoreksi pada akhir pekan karena varian baru Covid-19 menimbulkan ketakutan terhadap pembatasan sosial dan penguncian wilayah,” ujar analis pasar senior di Oanda, Craig Erlam seperti dikutip dari Kitco.

Menurutnya, hal yang paling berkontribusi terhadap kecemasan investor yakni terbatasnya informasi tentang varian baru. Informasi yang muncul hanya menyebut bahwa varian Omicron lebih kompleks dibandingkan dengan varian Delta.

Sejumlah ekonom dan analis pasar menyebut bahwa penyebaran varian baru bisa memberikan dukungan terhadap penguatan harga emas jika mulai menimbulkan dampak terhadap kegiatan ekonomi dan arah kebijakan moneter.

Pasalnya, pasar telah berekspektasi bahwa kebijakan moneter bakal makin agresif akibat tingginya tekanan terhadap inflasi. Pelaku pasar bahkan memproyeksi bahwa bank sentral Amerika Serikat mulai menaikkan suku bunga acuan pada Juni 2022.

Namun, beberapa di antaranya masih berharap kondisi akan berubah dengan munculnya varian baru Covid-19. Ekonom dari Canadian Imperial Bank of Commerce (CIBC) menyebut bahwa dengan merebaknya varian baru berarti proses pemulihan makin tertunda.

Seperti diketahui, penyebaran varian baru Covid-19 telah berimbas pada perjalanan global. Uni Eropa telah melarang penerbangan dari Afrika Selatan.

Sementara itu, negara lainnya di Benua Biru seperti Inggris bahkan melarang penerbangan dari negara mana pun yang berasal dari Benua Afrika. Sejalan dengan penyebaran varian baru, negara seperti Jerman bahkan tengah menimbang penerapan penguncian wilayah.

Erlam menyebut kekhawatiran terhadap perkembangan Covid-19 bakal menjadi penopang penguatan harga emas. Menurutnya, sejumlah bank sentral akan mengundur rencana pengetatan moneter.

Di sisi lain, inflasi yang merangkak naik bisa menjadi suntikan tenaga bagi emas terutama di masa yang tak pasti.

"Dalam kondisi seperti saat ini, kami memahami naluri investor yang menginginkan hal yang lebih nyata, aset aman yang andal,” katanya.

Analis komoditas di TD Securities juga menyebut ada potensi bagi harga emas untuk mendapatkan momen bullish. Dia memproyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi tahun depan.

Walapun pasar emas cenderung lesu pada akhir pekan lalu, sejumlah analis menyebut bahwa banyak kerusakan teknis yang terjadi. Pasalnya, emas belum mampu melewati level psikologisnya yakni US$1.800 per troy ounce.

Direktur Utama Bannockburn Global Forex, Marc Chandler menyebut kendati ada prospek penguatan harga emas, dalam jangka pendek, logam mulia bakal menyentuh level lebih rendah terlebih dahulu.

Pada pekan depan, sejumlah sentimen mewarnai pasar logam mulia. Data pembayaran gaji sektor nonpertanian di Amerika Serikat periode November akan menjadi perhatian pelaku pasar.

Pasar tenaga kerja telah menjadi acuan penting bagi bank sentral Amerika Serikat untuk menetapkan kecepatan pemulihan ekonomi. Adapun, para pelaku pasar berekspektasi bahwa 500.000 pekerjaan baru muncul pada November.

Lalu, gaji diproyeksikan naik 0,4 persen setelah terkoreksi 0,4 persen pada Oktober.

Sayangnya, perbaikan data ketenagakerjaan bakal menjadi sentimen negatif bagi emas. Analis logam mulia di Commerzbank, Daniel Briesemann mengatakan kenaikan gaji juga perlu menjadi perhatian.

Pasar pun menantikan pernyataan dari Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell dan Menteri Keuangan Janet Yellen pada Selasa (30/11/2021) dan Rabu (1/12/2021). Pada kesempatan itu, Powell memberikan sambutan setelah kembali ditunjuk oleh Presiden AS, Joe Biden.

Sebelumnya, harga emas melonjak pada perdagangan Jumat (26/11/2021) karena kekhawatiran pukulan terhadap pemulihan ekonomi global menyusul penyebaran varian baru virus corona yang diidentifikasi di Afrika Selatan.

Di pasar spot Asia, emas melambung 0,9 persen menjadi US$1.805,26 per troy ounce. Tren yang sama terjadi pada emas berjangka AS yang melonjak 1,2 persen menjadi US$1.805,2 per troy ounce.

"Pasar khawatir varian baru ini dapat membebani ekonomi lebih kuat daripada varian Delta yang ditemukan tahun lalu dan ini telah mendorong beberapa permintaan safe haven, emas," kata analis Quantitative Commodity Research (QCR) Peter Fertig, seperti dikutip dari Antara.

Secara mingguan, harga logam mulia menuju minggu terburuk sejak 6 Agustus di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Fed dapat mengurangi pembelian asetnya dan menaikkan suku bunga pada laju yang lebih cepat.

Pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.