6 Kebiasaan Buruk Ini Bisa Memicu Ponsel Meledak

Jika terdengar suara mendesis atau letupan dari ponsel, atau mencium bau bahan kimia yang terbakar, ponsel mungkin tengah rusak dan bisa memicu ledakan. Perhatikan juga panas berlebih yang berasal dari perangkat, terutama ketika mengisi daya.

Yusuf Waluyo Jati

16 Agt 2022 - 22.15
A-
A+
6 Kebiasaan Buruk Ini Bisa Memicu Ponsel Meledak

Bisnis, JAKARTA – Pemberitaan ihwal ponsel meledak bahkan hingga menelan korban jiwa masih sering terdengar. Baru-baru ini, seorang bocah ditemukan meninggal di kediamannya di Desa Kiarapayung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (3/8/2022) yang disinyalir karena ponsel yang digenggamnya meledak. 

Akibat luka bakar pada bagian dadanya yang sangat serius, nyawa bocah tersebut tak terselamatkan. IHM, bocah 9 tahun yang masih duduk di bangku kelas 3 SD itu disebut-sebut tengah memainkan ponsel pintar alias smartphone sembari diisi daya. Aktivitas tersebut hingga menyebabkan HP yang dipegangnya meledak. Luka bakar di bagian tubuh yang vital pun tak terhindarkan. 

Insiden tersebut turut ditanggapi oleh pakar keamanan siber sekaligus teknologi dari Vaksincom Alfons Tanujaya. Menurutnya, kejadian nahas tersebut patut diteliti lebih lanjut untuk memastikan penyebab meninggalnya bocah tersebut.

Melansir PC Magazine, terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan ponsel meledak. Akan tetapi, kemungkinan ponsel untuk meledak sebenarnya sangatlah kecil. Kebanyakan kasus ponsel meledak berkaitan dengan baterai. 

Sebagian besar ponsel masa kini ditenagai oleh baterai lithium-ion, yang mengandung keseimbangan elektroda positif dan negatif untuk memungkinkan pengisian ulang. Ketika terjadi kesalahan, komponen bagian dalam baterai dapat rusak dan menimbulkan reaksi volatil yang dapat menyebabkan kebakaran hingga ledakan.

Baca juga: 7 Kiat Hemat Baterai HP Saat Mudik

Masalah paling umum yang dapat memicu hal itu adalah kadar panas yang berlebih. Jika baterai yang diisi daya atau prosesor yang bekerja terlalu keras menjadi panas dengan terlalu cepat, hal itu dapat merusak susunan kimiawi pada komponen ponsel. 

Dengan baterai, reaksi berantai yang disebut thermal runaway dapat membuat baterai menghasilkan lebih banyak panas dan akhirnya terbakar atau meledak.

Nah, faktor-faktor yang membuat ponsel terlalu panas dapat bermacam-macam, di antaranya: kerusakan fisik yang dapat mengganggu kerja bagian dalam baterai, membiarkan ponsel di bawah sinar matahari terlalu lama. 

Selain itu, adanya malware yang membuat CPU bekerja terlalu keras, kegagalan pengisian daya, umur ponsel yang telah uzur sehingga membuat peforma komponen dalam ponsel melemah, serta cacat produksi pada ponsel.

Ilustrasi - Ponsel terbakar/Solopos.com

Terdapat sejumlah hal yang mesti diperhatikan untuk mencegah ponsel meledak. Melansir Times of India, jika terdengar suara mendesis atau letupan dari ponsel, atau mencium bau bahan kimia yang terbakar, ponsel mungkin tengah rusak dan bisa memicu ledakan.

Perhatikan juga panas berlebih yang berasal dari perangkat, terutama ketika mengisi daya. Jika terasa panas saat disentuh, segera cabut ponsel dari isi daya. Sejumlah merek ponsel memiliki fitur pengingat jika ponsel tengah dalam kondisi panas yang tidak wajar.

Siapapun tentu tak ingin kejadian ponsel terbakar justru datang menghampiri. Agar terhindar dari malapetaka seperti ini, ada baiknya perhatikan sejumlah gejala maupun kebiasaan sehari-hari yang mungkin sering dialami konsumen, seperti:

 

1. Kebiasaan memakai aksesoris palsu.

Ada banyak aksesoris ponsel yang langsung berkaitan dengan koneksi listrik seperti charger palsu, layar LCD palsu, hingga baterai aspal alias asli tapi palsu. Hindari sekarang juga. Namun, seseorang sering berburu berbagai aksesoris ponsel karena tergiur harga murah dan kesamaan fungsi. Perlu disadari bahwa membeli aksesoris ponsel palsu berarti harus siap mendapatkan kualitas yang sama palsunya. 

Apalagi, aksesoris tersebut bukan dirilis dan dibuat langsung ataupun vendor resmi yang ditunjuk oleh si prinsipal pemegang merek ponsel yang bersangkutan. Kebiasaan-kebiasaan membeli aksesoris ponsel tak original membuat potensi ponsel terbakar dan meledak sangatlah besar.

 

2. Kebiasaan memakai ponsel yang rusak parah

Kebiasaan seseorang yang kerap memakai ponsel yang sudah rusak, bahkan cenderung parah, sangat meningkatkan risiko ponsel meledak. Sering kita melihat seseorang masih tetap menggunakan ponsel pintarnya kendati layarnya sudah retak. 

Penggunaan ponsel yang layarnya sudah pecah, meski masih bisa dipakai, membahayakan seseorang. Retakan di layar ponsel berpotensi kemasukan benda-benda cair seperti air hujan, minuman dan keringat. Hal tersebut bisa meningkatkan risiko korsleting yang memercikan api.

 

3. Kebiasaan menyervis ponsel di gerai abal-abal.

Niat memperbaiki ponsel di tempat tak resmi dan tak dapat dipercaya sangat berisiko membuat ponsel Anda seakan-akan kembali normal. Namun, sebenarnya justru meningkatkan risiko terjadinya ledakan di kemudian hari. 

Memperbaiki ponsel di tempat tak resmi bahkan banyak mendatangkan mudharat alias kerugian dan bahaya. Iming-iming harga murah saat menyervis di tempat tak resmi mungkin hanyalah ilusi, karena seseorang bisa datang berulang kali di tempat servis yang sama. Hal ini menimbulkan akumulasi biaya cukup besar. 

Apalagi jika kita mendapati tempat servis tak resmi dengan perilaku karyawannya yang curang. Entah mencurangi harga komponen ponsel, kerusakan ringan tetapi dibilang berat. Masalah akan lebih repot lagi bila kita mendapati tempat servis yang teknisinya tidak ahli. Bukan ponselnya yang meledak, tetapi emosi konsumen yang meledak. 

 

4. Kebiasaan menindih ponsel dengan benda berat.

Kebiasaan tidur bersama ponsel meningkatkan risiko ponsel tertindih oleh tubuh. Jika kebiasaan ini terjadi berulang kali, hal tersebut dapat memicu penurunan fungsi ponsel. Risiko akan meningkat dua kali lebih besar apabila ponsel yang tertindih oleh badan juga dalam kondisi mengisi baterai. 

Ini juga membahayakan seseorang apabila ponsel tak lagi mampu menahan beban tubuh dan bisa memicu ledakan. Sebelum tidur, hendaknya letakkan ponsel pada tempat yang agak jauh dari jangkauan kita agar ponsel tak mendapatkan tekanan beban. Hindari pula menaruh suatu benda di atas ponsel, apalagi ketika dalam proses pengisian daya. Usahakanlah ponsel dalam keadaan mati/off

 

5. Lupa mencabut kabel pengisian daya baterai.

Agar umur baterai ponsel tetap awet, biasakan tidak terlalu lama melakukan pengisian daya. Ada baiknya segera mencabut baterai ketika indikator di posisi 90 persen. Jika terpaksa indikator mencapai 100 persen, bergegaslah mencabut kabel daya tanpa ditunda.

Jangan pula membiarkan baterai diisi daya ketika posisi sudah sangat kritis. Usahakan baterai diisi ulang ketika indikator ke posisi 30 persen. Kebiasaan mengisi daya terlalu lama akan membuat baterai panas dan memicu kerusakan berbagai komponen lain. Jika ini terjadi, tentu sangat berisiko.

 

6. Mengisi daya baterai di dalam mobil pakai adaptor jelek

Sejumlah pabrikan mobil sudah banyak yang menyediakan sarana pengisian daya ponsel melalui terminal USB, kendati pengisian daya ponsel di mobil dirasakan bisa menurunkan optimalisasi pengisian. 

Bagi sebagian orang, adaptor mobil dapat membantu mempercepat pengisian baterai. Namun, pemilihan adaptor berkualitas rendah sangat tak disarankan di dalam mobil. Adaptor charger yang tidak baik kualitasnya dapat memicu lonjakan daya berlebih, yang kemungkinan bisa mengakibatkan ponsel seseorang meledak. 

Jika terjadi, hal ini tak hanya akan merusak ponsel Anda, tetapi juga membahayakan keselamatan Anda, penumpang, dan mobil Anda. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yusuf Waluyo Jati

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.